2 Kasus Blog Parenting, Ketika Hidup Tak Lagi Sejalan Dengan Tema Blog

2 kasus blog parenting ketika hidup tak lagi sejalan dengan tema blog ini saya pilih sebagai contoh bagaimana blogger bersikap profesional terhadap perkembangan hidupnya, yang biasanya menjadi bahan menulis blog parenting.




Contoh tersebut utamanya saya tujukan pada diri sendiri tapi saya share kepada teman-teman. Siapa tahu ada yang mau belajar bareng dengan saya dari kedua blog tersebut.

Sebagai blogger amatiran, apa yang saya posting sering dipengaruhi oleh kejadian dan mood sehari-hari. Memangnya blogger profesional tidak? Nah, ini ingin saya ketahui. What to do when something is wrong.

Saya mengambil contoh 2 blogger parenting asing ini. Mengapa tidak blogger dalam negeri saja? Bukankah banyak blogger parenting Indonesia yang hebat? Memang, tapi saya ingin mencari contoh yang ekstrim. Saya ingin melihat bahwa dalam mengambil keputusan, semua dikembalikan pada kebutuhan masing-masing, yang artinya tak semua orang sama. Jadi tak perlu takut berbeda.

Yang saya pahami dari blog parenting adalah segala hal yang diposting, baik berupa tips, teori, pengalaman, bahkan pelajaran dari sebuah kesalahan dimaksudkan untuk membuat anak-anak tumbuh dan berkembang dengan baik. Modal yang dimiliki blog parenting adalah anak. Mungkin ada blog parenting yang tanpa modal anak. Tapi saya sudah membayangkan sulitnya menulis yang tidak diketahui. Semacam tulisan tentang product review oleh seseorang dengan user's experience tentu beda dengan yang cuma membaca product brief. Bonus terbaik dari blog parenting adalah modal keluarga seperti iklan Keluarga Berencana (KB). Bukan berarti blog parenting oleh single parent tidak menarik. Tapi blog parenting dengan keluarga lengkap berarti punya modal banyak cerita dari sisi ayah sehingga bisa menjaring visitors para bapak.

Namun, seperti segala yang ada didunia, tidak ada yang abadi dan tidak ada yang sempurna. Anak-anak tumbuh dan keluarga tak selamanya bahagia. Lalu bagaimana dengan konten blognya? Mungkin kebanyakan orang akan berpendapat, ya sudahlah, blog itu bak diary. Tak masalah jika blog ikut berevolusi sesuai perkembangan kehidupan bloggernya. Pembaca juga berevolusi sesuai dengan jamannya kok. Seperti yang saya tulis diatas, bagaimana jika bersikap beda dengan kebanyakan orang?


ANAK-ANAK TUMBUH, BLOG JUGA IKUT TUMBUH?

Ceritanya beberapa waktu lalu saya sedang mencari bacaan dari blog-blog mom blogger sedunia. Saya googling secara random saja sih. Lalu muncullah www.phdinparenting.com di jajaran top ten mom blogger terbaik di Canada. Pertamanya kelihatan hebat ya, Phd in Parenting? Really

Ternyata itu bukan gelar akademik dibidang parenting, melainkan untuk memberikan kredit atas apa yang telah dilakukan oleh blogger tersebut, Annie, dalam hal riset, hipotesa dan menyebarkan kesadaran akan hak asasi orangtua dan anak, berdasarkan pengalamannya bersama sang anak. Annie tidak mau merekomendasikan teori atau ahli tertentu dalam mengawal tumbuh kembang anak karena dia percaya tiap anak itu berbeda, tidak bisa diselesaikan dengan satu teori meski kasusnya sama. Diluar kegiatan online, Annie memang sedang mengejar PhD tapi dibidang Corporate Social Responsibility (CSR).

Pada awal ngeblog, Annie tidak pernah kekurangan bahan untuk menulis. Terlebih yang ditulis adalah pengalamannya sendiri sebagai orangtua. Seolah semua bisa ditulis dan diobrolkan dengan pembaca, dari mulai waktu tidur anak yang tepat, makanan, susu, daycare. dan sebagainya. Ngobrolin susu saja bisa sangat seru, apalagi ada mom war ASI versus susu formula. Setiap keputusan sebagai respon tumbuh kembang si anak bisa dibahas panjang dan mendalam.

Tapi apa yang terjadi setelah anak-anak besar? Annie sudah menuliskan tentang mereka selama 7 tahun. Annie merasa bahwa konteksnya sudah tidak tepat lagi. Tidak semua penting untuk dibahas dan hanya menjadi suatu cerita  keseharian yang biasa-biasa saja. Annie merasa kisah-kisah tersebut tak perlu dibahas berpanjang-panjang lagi di blog, cukup di-share di twiter dan facebook.

Yang beda ketika anak-anak telah besar adalah interaksi yang sangat berkurang. Ini bukan berarti karena hubungan ortu dan anak renggang, melainkan anak-anak sudah banyak kegiatan di luar rumah dan sedikit demi sedikit mandiri. Tidak lagi menempel seperti koala. Selain itu, banyak anak-anak yang sudah remaja, tak suka jika teman-teman mereka membaca kisahnya di internet. 

Lalu apa yang dilakukan Annie? Annie berhenti menulis di blognya.

Tapi dia melakukannya dengan berbeda. Dia tidak men-delete blognya, melainkan hanya berhenti ngeblog disana. Blog tersebut tetap ada sampai sekarang meski sudah hampir 2 tahun tidak ada update dengan 2000 visitors tiap hari. Bagaimanapun tema parenting itu timeless. Sampai kapanpun bermanfaat dan dicari, kecuali ada perkembangan baru di bidang medis dan gaya hidup. Selama masih banyak yang membutuhkannya, bukankah lebih baik tetap bisa dibaca orang? 

Beberapa hal yang dilakukan Annie terhadap blog tersebut setelah menyatakan berhenti ngeblog disana adalah:
  • Membuat postingan terakhir berupa surat perpisahan dengan pembacanya dan menjelaskan alasan mengapa berhenti ngeblog di www.phdinparenting.com.
  • Meminta pengunjung tetap klik banner Amazon untuk membiayai domain blog tersebut karena dia sudah tidak menerima job apapun di blog tersebut. Smart way agar blog bisa menghidupi dirinya sendiri.
  • Menggiring pembaca baru ke sitemap link untuk mengetahui apa saja yang bisa dibaca di blog tersebut. Another smart way untuk mempertahankan kunjungan pembaca lebih lama di blog.
  • Tetap membuka komunikasi dengan pembaca melalui email. More smart way. Bukankah kita selalu bisa menggunakan bank data untuk keperluan apapun dimasa depan?

Ternyata bersikap profesional itu tak harus hidup mati bertahan disebuah blog, melainkan tahu kapan bertahan dan tahu kapan berhenti. Berhentinya seorang profesional-pun tidak lantas asal delete tapi masih memikirkan manfaatnya sekarang dan manfaatnya dimasa yang akan datang.


KELUARGA SEMPURNA YANG BERANTAKAN

Ada yang pernah jalan-jalan ke www.scarymommy.com? Minimal copas quote-nya di pinterest atau lainnya? Blog scarymommy pertama kali dibuat oleh Jill Smokler tahun 2008 ketika masih punya bayi. Dari blog itu Jill sudah menghasilkan buku laris sebagai Best Selling Author di the New York Times.

Jill terkenal karena kejujurannya dalam menulis artikel-artikel parenting. Dia tak mau merasa sok paling ngerti tentang parenting. Menjadi ibu atau orangtua itu memang menakutkan. Ibu bagaikan paspampres yang menyediakan dan memastikan semua bekal si anak, baik asupan maupun pendidikan siap pada waktunya.

Moto scarymommy: Parenting doesn't have to be perfect.

Dalam perjalanannya, scarymommy tumbuh menjadi komunitas, lalu diakuisisi oleh Some Spider. Dengan kerjasama tersebut, scarymommy tidak dihandle oleh Jill seorang lagi, melainkan ada tim editor dan digital experts. Saat ini scarymommy dikunjungi lebih dari 10 juta visitors setiap bulan. Saya mencoba mencari informasi tentang pendapatannya tapi belum menemukan.

Jill memiliki 3 anak dan telah berumah tangga selama 17 tahun dengan total hidup bersama Jeff selama 23 tahun.

Sebuah keluarga sempurna dengan blog / portal parenting yang sempurna, sampai kemudian Jill mengumumkan perceraian "damai"nya dengan suami karena si suami gay.

Di Amerika dan Eropa yang memiliki pandangan bebas tentang pernikahan tak serta merta menerima semua gaya hidup. Berbeda dengan Caitlyn Jenner (dulunya Bruce Jenner), ayah tiri the Kardashians yang tak sekedar gay tapi juga bertransformasi menjadi wanita, the Smoklers punya beban lebih besar.

Jill punya 3,5 juta followers yang melihatnya sebagai panutan untuk parenting blog atau mom blogger. Tentu berat sekali bagi Jill untuk mengakui ketidaksempurnaan tersebut didepan publik meski semua proses dilalui dengan damai bersama keluarganya. Jill bisa saja diam dan bercerai begitu saja. Tapi untuk publik figur yang berpengaruh seperti dia, keputusannya akan membuat orang bertanya-tanya dan menggali informasi kemana-mana. Maka itulah yang dilakukannya. Lalu apa yang terjadi?

Tak ada. Semua berjalan seperti biasa karena:

  • Jill mengumumkan perceraian tersebut ketika dia dan Jeff sama-sama sudah siap, dengan jujur tanpa drama. Tidak ada saling balas menggalau di media sosial.
  • Jill tidak mengumbar keresahan atau curhat di blog karena menyadari blog yang dimilikinya telah bertransformasi menjadi portal informasi para ibu. Artikel yang keluar di portal tersebut haruslah benar-benar bermanfaat dan tidak keluar dari editorial.

Banyak blog pribadi yang kerap menulis curhat sehingga masalah kecil seolah akan mendatangkan kiamat. Tapi jika bermaksud menjadikan blog profesional, apalagi blog parenting yang seharusnya penuh edukasi, mungkin langkah Jill bisa menjadi salah satu contoh bahwa masalah yang seperti kiamat dunia itu bisa tak berarti apa-apa. Hidup tetap berjalan seperti biasa, hanya beda antisipasi.

Sometimes life sucks. Anything can happen. So what? Parenting doesn't have to be perfect. "Kepentingan untuk dimengerti" tentu memuncak ketika kita mendapat masalah besar. Tapi ketika mengelola sebuah blog parenting, pelajaran dari masalah tersebutlah yang lebih penting agar tidak mewariskan korban, yaitu masa depan mental, spiritual dan sosial anak-anak.


Menarik ya contoh-contoh blog parenting diatas? Namanya juga profesionalitas, tentu tiap langkah punya konsekuensi berbeda dengan blog parenting biasa. Semoga teman-teman blogger parenting siap karena hidup itu tak abadi dan tak ada yang sempurna.


Post a Comment

13 Comments

  1. Nahhh ini yg sempet aku pikirin dan pernah ada teman blogger parenting yg bilang kayak gt, anak udah gede bla bla. Tapi ga kepikiran buat berhenti ngeblog dengan smooth kaya gt

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, bisa bikin blog dg tema baru sementara tema lama nggak ilang krn sdh punya nama sbg blogger.

      Delete
  2. Makasih sharingnya mba. Kalimat ini "Banyak blog pribadi yang kerap menulis curhat sehingga masalah kecil seolah akan mendatangkan kiamat" jleb banget :).

    ReplyDelete
  3. Kereen bangettt mereka, yaa. Suka dg keputusan2nya, Mbak. Apalagi Mbak Phd, konsisten. :)

    ReplyDelete
  4. wah, luar biasa. mbak ini referensinya sudah melanglang buana :D

    ReplyDelete
  5. Aku dulu awal-awal ngeblog postingannya juga tentang anak-anak. Sekarang saat anak-anak udah gede, kalo mau posting tentang mereka mesti tanya dulu, boleh nggak, ntar mereka ngambek gara-gara nggak suka dibahas mamanya di blog. Dan nggak semua sih cerita tentang anak bisa diceritain di blog, ada yang privacy juga kan.

    ReplyDelete
  6. Nice share mbak.

    Menarik juga cara mereka mengambil keputusan pada akhirnya itu. Belajar banyak dari sana.

    ReplyDelete
  7. Makasih kak udah sharing
    Jadi ada bahan pertimbangan kedepannya

    ReplyDelete

Dear friends, thank you for your comments. They will be appeared soon after approval.

Emoji
(y)
:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
:>)
(o)
:p
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
x-)
(k)