Tips Belanja Bahan Kerajinan Di Toko Liman Jogja

Mengaku crafter Jogja tapi nggak tahu Liman? Minimal sudah pernah dengar namanya lah di komunitas sebagai toko bahan kerajinan yang legendaris.

Screen shoot dari Google Earth. Maaf, foto milik sendiri tidak ketemu padahal artikel sudah selesai ditulis. Lain waktu foto ini saya ganti setelah saya ke Liman lagi.

Memang, letaknya yang ditengah Malioboro membuat banyak orang yang ragu kesana. Yang paling sering dikhawatirkan adalah parkir dimana dan males karena kelihatannya ramai terus. Untuk crafter yang sekedar hobi untuk dinikmati sendiri, lebih suka belanja bahan di online shop daripada capek-capek menembus lalu lintas Malioboro yang padat dan berjuang untuk parkir. Online shop jaman sekarang lengkap banget koleksi bahannya. Tapi saya lebih suka beli di toko-toko offline karena sekalian cuci mata, melihat tren dan meraba tekstur bahan. 

Toko Liman terletak di Jl Malioboro no 47 Yogyakarta, selatan Malioboro Mal, tepatnya seberang Hotel Mutiara. No teleponnya (0274) 555551/555552. Jadi kalau capek belanja, bisa mampir ngemil lumpia dulu didepan Samijaya, sebelah hotel Mutiara. 

Koleksi bahan kerajinan di Liman termasuk yang terlengkap dan ter-update di Jogja. Memang sih ada saja stok bahan yang habis. Karena itulah, saya akan cerita juga tentang toko-toko lain nantinya untuk melengkapi kalau-kalau di Liman kehabisan.

Yang bisa dibeli di Liman adalah bahan tas, bahan jok, bahan kamar (termasuk peredam ruangan) sampai busa untuk jilbab. Jenis bahannya mulai dari berbagai kanvas, busa, plastik, vinil, spunbond, karet dan sebagainya.

Jam buka Liman cukup lama, yaitu jam 08.00-21.00. Teman-teman bisa lebih leluasa memilih waktu. Kalau saya lebih senang jam 08.00 karena masih fresh dan jalanan belum panas. Jika tidak berencana membeli bahan yang berat atau bulky, saya lebih suka naik motor kesana. Tapi jika berencana beli busa jok kursi atau bantal yang besar-besar, saya pasti bawa mobil. Masalah utama yang sering ditanyakan teman-teman adalah parkirnya dimana?

Berikut alternatif parkir jika hendak belanja di Liman:
  1. Di toko Liman. Sejak sepeda motor dilarang parkir di Malioboro, Liman menyediakan bagian depan tokonya untuk parkir motor. Makanya saya lebih senang naik motor karena bisa parkir didalam, nggak capek ngangkut belanjaan ke parkiran. Rupanya pengelola Liman menyadari bahwa pelanggan utama mereka adalah para pengrajin kecil yang kemana-mana naik motor. Kalau pengusaha besar nggak mungkin capek-capek datang ke toko untuk membeli dengan partai kecil, bukan? Jangan lupa, kalau sudah sampai didepan toko, mesin motor dimatikan supaya para karyawan didekatnya tidak keracunan gas CO2, ya.
  2. Jl Suryatmajan atau Jl Pajeksan. Ini lebih cocok untuk parkir mobil. Letak jalan tersebut ada di perempatan setelah Kantor Gubernur DIY. Dari perempatan tersebut kalau kekiri masuk Jl Suryatmajan, ke kanan masuk Jl Pajeksan. Saya sendiri belum pernah parkir di Pajeksan. Saya selalu parkir di Suryatmajan karena lebih familiar saja. Berhubung plat kendaraan saya Jogja dan saya tidak pernah kesana pada waktu liburan, saya cuma bayar parkir normal Rp 2.000,-.
  3. Ramai Mall. Jaraknya lumayan jauh di selatan Liman sih, tapi bisa dijadikan alternatif kalau tidak ada yang dekat. Ada 2 parkiran di Ramai Mall, resmi dan tak resmi. Yang resmi tentu saja didalam mall dan bertingkat. Aksesnya lewat Jl Beskalan. Disini lebih aman, baik untuk motor maupun mobil. Tapi saya kurang suka dengan belokan-belokan menuju parkiran yang awkward. Lagipula nggak enak ya, bawa busa segede gambreng lewat dalam mall untuk menuju parkiran. Yang tak resmi ada di kiri Jl Beskalan, pas disamping Ramai. Biasanya saya lebih memilih yang tak resmi ini karena aksesnya mudah, cuma berupa halaman lapang. Sayangnya, tarif parkirnya flat Rp 10.000. Jadi, harus diniatkan belanja banyak supaya impas dengan biaya parkirnya.
  4. Malioboro Mall. Sebenarnya, dari Malioboro Mall lebih dekat dibanding dari Ramai Mall. Masalahnya sama, nggak enak bawa banyak belanjaan busa atau kain-kain masuk ke mal untuk menuju parkiran. Lagipula satpam disini lebih ketat dan akan memeriksa bawaan kita jika mencurigakan. Kalau mau aman sih parkir diluar saja, disamping, sebelah McDonalds. Belum lagi parkiran disini cepet banget penuhnya, jarang ada yang kosong.
Didepan Liman ada halaman Hotel Mutiara yang tidak terlalu luas dan Kantor Gubernur DIY (Kepatihan) yang sangat luas. Entah apakah sudah ada yang menyamar parkir disitu atau belum, tapi saya samasekali tidak menganjurkan. Ini lebih ke masalah etika saja. Apakah prakteknya nanti bakal ditanyain satpam atau tidak, saya tidak tahu. Saya sudah pernah sekali ke Hotel Mutiara dan beberapa kali ke Kepatihan tapi memang karena ada keperluan disana, bukan untuk numpang parkir.

Cara Belanja Di Liman

Saya pernah membaca beberapa informasi bahwa Liman juga melayani delivery untuk pembelian diatas Rp 250.000. Setahu saya, mereka memang bisa melakukan delivery ke beberapa teman tapi minimal belanjanya perlu dipastikan lagi. Teman saya itu selalu membeli dalam jumlah yang sangat banyak, jadi wajar kalau minta layanan delivery. Sedangkan Rp 250.000,- itu cukup kecil jika dilihat rata-rata orang yang belanja tiap saya kesana.

Selama bolak balik ke Liman, saya belum pernah barengan dengan driver ojek online. Beda dengan Jolie yang sering terlihat driver ojek online diutus membeli benang.

Liman terdiri dari dua lantai. Lantai atas khusus bahan berbagai macam kain, jok, spunbond dan busa. Disini menerapkan sistem antrian, yaitu antrian bahan serta antrian busa dan jok. Jadi, teman-teman tak perlu kesal diserobot. Ambil antrian saja, lalu duduk seadanya sambil menunggu nomor teman-teman dipanggil. Saya selalu menggunakan kesempatan menunggu itu untuk keliling melihat bahan-bahan yang ada disana. Biasanya sih ada satu atau dua bahan yang kemudian saya beli diluar rencana sebagai hasil melihat-lihat itu. Selain itu, saya juga ngobrol dengan sesama pengantri. Karena kebanyakan pengantri adalah pengrajin atau penghobi craft, selalu ada masukan atau networking dari ngobrol-ngobrol itu. Jadi, kalau sudah berada di lantai 2 ini, sebaiknya simpan saja ponsel teman-teman.

Setelah nomor kita dipanggil, akan ada satu karyawan yang akan melayani sampai selesai. Antrian bahan kain biasanya lebih panjang, jadi utamakan mengambil antrian disini dulu, baru ambil antrian di busa dan jok. Sebaiknya sebelum nomor dipanggil, kita sudah tahu apa saja yang akan dibeli supaya mbak atau mas yang melayani tidak buang-buang waktu menunggu kita yang masih labil mau membeli motif yang mana. Minimal pembelian disini adalah 1 meter. 1 meter itu nggak banyak bagi yang hobi craft. Sebentar saja habis untuk macam-macam kreasi. 

Di lantai 2 ada kasir tapi harus cash. Untuk debet ada di lantai 1. Setahu saya tidak semua kartu debet bisa dilayani. Saya lupa apa saja yang bisa. Yang jelas, BCA bisa. Jika masih pengin belanja di lantai 1, jangan khawatir akan angkat-angkat kain vinil yang berat karena belanjaan kita akan diantarkan oleh karyawan ke bagian pengambilan barang di sisi toko paling depan. Tinggal diambil disana setelah membayar.

Cover pot dari bahan  yang saya beli di Liman.

Nah, di bagian printilan di lantai 1 itulah yang harus struggle karena tidak ada nomor antrian dan karyawan yang melayani bagian itu tidak banyak. Di lantai 1 ada karpet wool, karpet karet, karpet plastik, mika meteran, bantal dan sebagainya. Saya lebih sering berada di etalase yang menyediakan berbagai printilan seperti handle tas, rit, lem, webbing dan sebagainya itu. Disini perlu lebih sabar karena per orang bisa membeli banyak item. Namanya juga printilan perlengkapan craft, ya. Karena tidak ada nomor antrian, bisa saja disalip orang. 

Untuk item tertentu di bagian ini pernak pernik perlengkapan ini dikenakan minimal pembelian. Misal rit dan webbing yang minimalnya 5 meter. Kalau hanya perlu sedikit, bisa memilih yang sudah potongan di sebuah kotak tapi jumlahnya sedikit dan panjang potongan seadanya yang disana, tidak bisa dipotong sesuai kebutuhan kita. Kebayang bagaimana panjangnya antrian disini seandainya yang beli satu meter juga dilayani. Nah, buat yang butuh pernak pernik semacam resleting cuma satu meteran, ada beberapa toko lain yang bisa dijadikan alternatif. Kapan-kapan saya bagi tipsnya juga.

Berhubung toko Liman menjadi rujukan para pengrajin dan crafter se Jogja, berarti kita akan menemukan banyak kesamaan motif. Tapi nyatanya aman-aman saja sampai sekarang karena tiap pengrajin atau crafter punya kreasi dan ciri khas sendiri-sendiri. Saya bahkan bisa menemukan motif yang saya pakai untuk membuat membungkus kardus bekas menjadi sebuah sepatu anak muda yang keren di sebuah toko sepatu terkemuka di Jogja. Kesamaan motif tidak membuatnya pasaran, tergantung ketrampilan dan selera pembuatnya.

Post a Comment

12 Comments

  1. aq selalu suka deh ke toko crafter gini mbak lusi, padahal sih mungkin gak belanja juga, cuma lihat2 aja, hahaha.. tapi seneng gitu lihatnya..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama, kadang survey harga doang soalnya bingung mau bikin apa

      Delete
  2. Sama mba,kalo beli ginian lebih suka liat langsung krn biasanya ide menjalar kemana2. Walaupun sampe rumah kadang ga di eksekusi hahaha penyakit menahun *males*

    ReplyDelete
  3. aku baru tahu loh mba kalo ada toko liman, jadi pengen mampir kalo ke Jogja. Ini kayak IKEA nya Jogja gitu ya :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahahha jauh lah kalau spt ikea. Disini bahan saja & tokonya biasa.

      Delete
  4. Maklus idolaaaaak, makasih yaaa kompor bikin lucuk lucuk pake mesin jahitnya. Jadi kepakek lagi mesinnya dan rekomendasi Limannya nyussss bikin kalap mata bnyk lucu2 di sana. Berkah selalu ya makLus tulisannya.

    ReplyDelete
  5. Aku kalo masuk ke toko craft suka lupa jalan pulang. Semua pengin di lihat, di sentuh, dan rajin nanya ke mbak-mbaknya ini buat apaan ya, ini harganya berapa ya, dan lain-lain yang berujung dua tangan kewalahan nenteng benda-benda yang kebanyakan menjadi penghuni setia ruang jahit aku alias belum ketemu ide nya mau diapain ya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak, selalu ada belanjaan yang tidak dicatat karena diluar rencara :))

      Delete
  6. Saya ini lagi belajar jahit buat2 kerajinan. Terinspirasi mbak lusi loh...hihi. tapi mesin jahit saya belum sebagus mbak

    Btw waktu saya hidup di jogja selama setaon, saya sering nongkrong d malioboro. Tapi kok gak sadar ada toko ini yah? Ckckck...mgkn saat itu masih belum minat dunia craft

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ayo, aku senang ada temannya krn blogger yg ngecraft blm banyak. Crafter banyak tapi yg rajin ngeblog sedikit. Kapan2 bisa bkin challenge bareng

      Delete

Dear friends, thank you for your comments. They will be appeared soon after approval.

Emoji
(y)
:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
:>)
(o)
:p
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
x-)
(k)