Komunitas: Pasar atau Bukan?

komunitas

Mau mendapatkan kenalan banyak dalam waktu singkat? Bergabunglah dengan komunitas. Tapi untuk apa sih perlu kenalan banyak dalam waktu singkat?

Mungkin tak ada diantara kita yang mau buang-buang waktu masuk kedalam komunitas jika tidak bermanfaat. Minimal kita harus bisa mendapatkan kesenangan disana. Selain itu, banyak motivasi yang mengiringi ketika bergabung dengan komunitas, misalnya ingin berbagi, ingin mencari teman sehobi, ingin mendapatkan ilmu baru, bahkan untuk promosi. Promosi? Mengapa tidak?

Sekumpulan orang, atau setidaknya akun, sayang jika tidak dimanfaatkan untuk berpromosi. Tapi ketika masuk ke dalam komunitas, pertama-tama perhatikan peraturan didalam komunitas, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Patuhi peraturan tersebut karena peraturan tersebut dibuat untuk kenyamanan bersama, dan sebagai anggota baru tentunya belum paham apa yang membuat tidak nyaman para anggota.

Setelah itu kenali dulu anggotanya, terutama minat dan latar belakang masing-masing. Cara mengenalinya bagaimana? Stalking? Menyelidik? Jika ingin mendapatkan informasi yang benar, hanya bisa dengan satu cara, bergaul.

Episode The Apprentice Asia semalam menggambarkan dengan pas bahwa kita tidak bisa berjualan tanpa mengenali pasar kita. Nik sebagai kontestan lokal dianggap terlalu lambat melakukan closing penjualan oleh rekannya, Ningku, sehingga Ningku mengambil alih peran. Tony Fernandes justru membenarkan cara Nik berkomunikasi dengan calon pembeli karena memang seperti itulah karakter pembeli Malaysia, jadi harus didekati dengan cara yang menurut Ningku bertele-tele. Sayang, Nik kurang tegas mempertahankan caranya dan membiarkan Ningku mengambil alih. Akibatnya tim mereka kalah.

Begitu pula ketika ingin berpromosi di sebuah komunitas. Kita harus mengenali komunitas itu terlebih dulu sebelum menentukan pendekatan yang tepat. Hard selling, tembak langsung begitu masuk ke dalam komunitas, sama saja dengan membunuh karakter sendiri dipandangan pertama. Marketing expert, Hermawan Kertajaya, juga menegaskan pada para marketeer untuk menjalin hubungan horisontal dengan pasar. Bertemanlah. Bergaulah.

Dari semua teman yang saya kenal, teman-teman penulis adalah yang paling berhasil melakukan cara-cara horisontal sehingga tak tampak menjengkelkan ketika mempromosikan buku-buku mereka. Perbincangan tentang buku-buku mereka terasa enak mengalir tanpa takut dikejar-kejar dan dikuliahi tentang kehebatan buku mereka.

Jadi, komunitas itu pasar atau bukan? Saya pikir teman-teman bisa simpulkan sendiri dari paparan di atas. Kalau saya bilang pasar, teman-teman komunitas akan marah karena diperlakukan sebagai object. Tapi efek dari perkenalan atau pergaulan bisa membawa ke kegiatan intensif lainnya, termasuk kegiatan kemanusiaan dan bussiness network.

Coba bayangkan, kita sudah demikian yakinnya berpromosi pada detik pertama kita kenalan dengan anggota komunitas, ternyata beliau memiliki usaha yang sama dan sudah sepuluh kali omset kita, atau beliau keturunan orang kaya raya yang sama sekali tidak butuh bisnis kecil-kecilan kita. Banyak yang mengatakan mengapa harus malu dan takut salah? Tapi dalam hal ini, kemauan untuk berpikir jernih dan menekan ambisi yang membabi buta, bisa mempertahankan aset berharga kita lainnya dalam jangka panjang, yaitu personal branding.

Post a Comment

1 Comments

  1. kalau basa basi dulu baru promosi gimana mbak :) biasanya kalau pertama kenalan langsung disodorkan dagangan agak gimanaaa gitu

    ReplyDelete

Dear friends, thank you for your comments. They will be appeared soon after approval.

Emoji
(y)
:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
:>)
(o)
:p
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
x-)
(k)