Judulnya drama banget, Mengatasi Jahitan Benang Bawah Kendor Sampai Titik Darah Penghabisan, tapi menggambarkan kejadian seharian kemarin. Mohon dimaklumi ya. Heheee....
Perlengkapan perang: kuas lukis berbulu lembut, minyak mesin jahit dan obeng. Obeng beli sendiri yang ujungnya ada magnet untuk mengangkat mur yang kecil. Obeng bawaan mesin jahit kurang mantap. |
Sebenarnya sudah dari awal mulai suka menjahit pengin nulis berseri tentang mesin jahit, supaya teman-teman mengikuti proses belajar saya. Betul, saya sedang belajar, jadi bukan bermaksud sok pintar, melainkan supaya teman-teman ikut merasakan gairah sekaligus penderitaan saya. Hahahah....
Soal jahitan benang bawah yang kendor ini seharusnya setelah saya menulis tutorial basic menggunakan mesin jahit. Yang sudah saya tulis baru unboxing mesin jahit mini dan Janome L-395F. Tapi mumpung barusaja kejadian, nggak apa-apa kali ya, saya tulis dulu. Supaya dapat gregetnya.
Ceritanya, saya membuat tas hobo dan sudah saya unggah di instagram. Tas hobo tersebut keren banget kalau difoto. Kenyataannya, jahitan tindasnya hancur parah sehingga harus saya dedel dan perbaiki setelah difoto. Disitulah saya mulai mendapat masalah, yaitu jahitan benang bawah longgar.
Selama ini saya tidak pernah mengubah-ubah pengaturan length dan tension benang diluar yang disarankan buku petunjuk mesin jahit Janome L-395F milik saya. Paling-paling kalau menjahit bahan yang super tebal, saya naikkan tension dan length, serta menekan habis pressure button, sesuai dengan saran di beberapa artikel blog. Ketika saya mendapat masalah seperti ini, saya langsung menuduh mesin jahitnya punya masalah.
Pengalaman yang sungguh terbatas, membuat saya hanya tahu 3 macam kain, yaitu tipis, sedang dan tebal. Saya juga hanya menyimpan 3 macam jarum merk Singer, yaitu no 8 untuk kain tipis, 13 untuk kain sedang dan 18 untuk kain tebal. Untuk benang, saya selalu menggunakan merk Extra yang paling mudah ditemukan di pasaran. Selama ini semua berjalan baik meski menggunakan merk kain yang berbeda. Untuk peristiwa kali ini, saya menggunakan 2 bahan yang ditumpuk, yaitu kanvas lokal dan katun pvc. Jadi apa masalahnya? Yuk simak petualangan saya kemarin, yang dimulai pada jam 08.00. Hehehee.
CEK BERTAHAP
Cek bertahap ini selalu saya lakukan apapun masalah mesin jahit saya. Entah benar entah tidak cara ini, tapi untuk sementara cukup berhasil. Mungkin karena usia mesin jahit saya belum terlalu lama, jadi masalahnya belum sebanyak masalah saya yang sudah uzur ini.
Jadi caranya, setiap saya selesai melakukan satu tahap pengecekan, saya tes apakah masalahnya sudah teratasi. Cara ini memang perlu kesabaran jadi cocok dengan kepribadian saya yang penyabar (yang mau protes, silakan tulis di kolom komentar). Tahapan tersebut adalah:
- Cek threading. Perbenangan ini gampang-gampang susah. Jadi semua benang saya copot lalu saya pasang ulang sambil memastikan tidak ada satupun kait yang terlewat. Ini adalah salah satu fakta dari mesin jahit yang baru saya ketahui, yaitu sensi sekali. Terlewat satu saja, dia sudah bertingkah aneh. Setelah threading oke, ternyata jahitan benang bawah masih kendor.
- Bersihkan rumah sekoci. Rumah sekoci adalah tempat diletakkannya sekoci. Sekoci inilah yang memegang gulungan benang bawah. Meskipun di buku petunjuk ada gambar sikat gigi untuk membersihkan area ini, tapi saya menggunakan kuas lukis yang diameternya kecil dan bulunya lembut sehingga bisa digunakan untuk membersihkan bagian dalam secara maksimal. Disini saya panen serat halus disana-sini, yang kalau dikumpulkan jadi gumpalan kecil. Serat ini merupakan campuran serat benang, kain dan debu. Selain membersihkan, tak lupa saya pulas dengan sedikit minyak agar bersih tapi tidak sampai menodai benang. Hasilnya tetap seperti semula, benang bawah tidak mau ketat.
- Langkah selanjutnya merupakan jurus terakhir dari upaya yang biasa saya lakukan, yaitu bongkar total. Bongkar yang saya maksud adalah tutup mesin jahitnya ya, onderdilnya sih tetap ditempat. Saya bersihkan total seluruh bagian yang tampak menggunakan kuas tadi dan memulas tiap sendinya dengan minyak yang agak banyak. Oya, ini minyak bawaan mesin jahit ya. Kalau habis, beli lagi saja merk umum di toko jahit. Merknya nggak tahu sih karena belum pernah beli. Syukurlah langkah terakhir ini membuahkan hasil, jahitan lebih baik tapi kok saya merasa belum mantap ya? Ya sudahlah, yang penting selesai.
Rumah sekoci, tempat sekoci dan bobin/spul benang bawah. Harus rajin dibersihkan karena merupakan bagian mesin jahit paling gampang kotor. |
Sudah 2 hari saya tidak menjahit karena kesibukan keluarga. Jadi setelah tas hobo itu bisa diperbaiki, saya buru-buru mengambil bahan untuk membuat tas yoga. Beberapa waktu lalu, saya kopdaran dengan Mira, founder Kumpulan Emak Blogger (KEB). Sebagai kenang-kenangan, saya sudah menyiapkan laptop sleeve yang sesuai dengan theme color KEB. Belum rejeki mungkin ya? Karena buru-buru, sleeve tersebut tertinggal dirumah. Karena terpikir terus, eh kok jadi belok mikirin tas yoga? Mungkin karena Mira gemar yoga, ya?
Untuk tas yoga, saya menggunakan 3 macam bahan, yaitu kulit sintetis tipis, kanvas lokal dan blacu kasar. Sebenarnya pola tas yoga ini sudah saya gunting sejak Jumat, tapi sampai Selasa ini baru bisa dilanjutkan untuk dijahit. Yang pertama-tama akan saya jahit adalah bahan blacu. Ya ampuuun, benang bawahnya kendor lagi. Oke, ujian kesabaran belum selesai. Berhubung semua cara standar saya sudah diterapkan, berarti langkah selanjutnya adalah browsing internet.
KATA EMAKWATIK.COM
Blog www.emakwatik.com ini sudah sering saya kunjungi meski jarang komen (atau malah nggak pernah komen?) sejak belum punya mesin jahit. Secara personal sih saya nggak kenal, padahal beliau blogger Surabaya, ya? Maaf, sayanya yang kurang gaul, bukan blog beliau yang kenapa-kenapa. Selama ini, blog emakwatik.com lah yang paling sering saya datangi untuk urusan jahit-menjahit yang berbahasa Indonesia selain fitinline.com dan craftbymood.com. Dua yang terakhir olshop sebenarnya, tapi juga ngeblog cukup komplit.
Beliau mendapat saran dari temannya untuk meraba plat tempat benang dari bawah keluar. Jika ada permukaan yang kasar, segera saja diamplas tapi pelan-pelan. Permukaan kasar itu terjadi karena pantikan jarum yang patah. Jarum saya memang pernah sekali patah. Sayapun mengamplasnya. Hasilnya? Tidak ada perubahan, benang bawah tetap kendor.
Soal amplas-mengamplas ini saya temukan juga di channel youtube BIMA SENA. Sayang, mesin jahitnya bukan tipe portable, melainkan industri merk Typical. Ada bagian yang ia sarankan untuk diamplas tepat dibawah plat tadi. Jadi plat harus dibuka. Saya sudah bolak-balik mencarinya tapi tidak ketemu.
Bagian dalam mesin jahit. Tidak perlu sering dibersihkan, yang penting rutin dan wajib diminyaki setelah dibersihkan. |
SELINTAS DARI serihati-kraf.blogspot.com
Heran juga, tiap saya googling tentang jahit menjahit, blog dari negeri seberang berbahasa Melayu dan Inggris logat India banyak sekali muncul, selain video-video dari Amerika dan Inggris. Apakah karena crafter Indonesia tidak sadar dokumentasi, tidak suka berbagi ilmu atau semata-mata karena kalah dalam persaingan kata kunci?
Dalam blog tersebut diceritakan bahwa si blogger (perempuan muda) mendapat masalah yang sama, lalu ia bertanya pada ayahnya yang paham jahit menjahit. Setelah dicek, ternyata gulungan di bobin tidak rapi sampai-sampai si ayah menyeletuk apakah menggulungnya pakai tangan atau bagaimana. Saya ingat, waktu saya mengisi bobin juga berakhir dengan kurang mantap karena benang yang akan saya pindah ke bobin habis ditengah jalan. Buru-buru saya menggulung bobin baru untuk menggantikan yang sedang saya pakai itu. Hasilnya, jahitan benang bawang tetap kendor.
TIPS SEDERHANA CreativeLive
Setelah menghabiskan waktu buat nonton beberapa video tutorial di youtube, saya kepincut dengan video tentang adjust tension ini. Videonya bersih, tidak ada caption, tidak ada musik, bahkan tidak rempong dengan background macam-macam. Ibu bule yang membawakannya berbicara dengan jelas dan menggunakan bahasa Inggris yang mudah dimengerti.
Tutorialnya basic tapi sangat detil tentang cara mengecek tension benang utama dan benang di bobin. Untuk benang utama, caranya persis seperti yang saya lakukan diatas. Ternyata benar atau salahnya itu nggak perlu bolak-balik diurutkan tapi cukup dengan menarik benang keluar jarum. Ketika pressure foot diatas, seharusnya benang bisa ditarik dengan mudah. Ketika pressure foot diturunkan, seharusnya benang tidak dapat ditarik.
Untuk sekoci, setelah benang diletakkannya didalamnya, pegang ujung benang dan biarkan sekoci meluncur kebawah. Jika meluncur terus sampai lantai, berarti mur di sekoci harus diputar kekanan supaya rapat. Jika sama sekali tidak meluncur kebawah berarti sekoci terlalu ketat. Yang benar, sekoci meluncur sekitar 1 inchi dari posisi benang dimulut sekoci. Yah, tidak terlalu ketat, tidak terlalu longgar gitu, deh.
Si ibuk juga memberi tambahan tips bagi pemegang mesin jahit pemula agar tidak membolak balik knop putaran mesin utama yang besar itu. Gerakan tangan kita harus selalu menuju badan, bukan menjauhi.
Hasilnya, jahitan benang bawah tetap kendor tapi saya sekarang tahu cara cek apakah threading saya sudah benar atau belum. Jadi saya tetap mendapat sesuatu.
TENSION ADJUSTMENT Sailrite
Akun youtube ini saya temukan agak lama karena tidak berada di halaman pertama. Pembawanya bapak-bapak bule. Sama seperti video diatas, video ini saya sukai juga karena jelas, runtut dan nggak ditambahi macam-macam pernak pernik.
Akun youtube ini saya temukan agak lama karena tidak berada di halaman pertama. Pembawanya bapak-bapak bule. Sama seperti video diatas, video ini saya sukai juga karena jelas, runtut dan nggak ditambahi macam-macam pernak pernik.
Si bapak memperlihatkan beberapa hasil jahitan dengan length yang sama tapi tension yang diubah-ubah. Hasilnya, pada tension tertentu ada yang benang bawahnya persis seperti masalah saya. Mungkinkah ini jawabannya? Cuma masalah tension? Nggak perlu bongkar-bongkar mesin jahit? Tapi kan selama ini saya mengikuti buku petunjuk dan tension saya selalu benar?
Di akhir video, si bapak juga mengingatkan untuk tidak usah menekan pressure button sampai pol untuk kain biasa agar kerja mesin jahit tidak terlalu keras. Kenop itu hanya perlu ditekan jika benar-benar mendesak untuk tumpukan kain tebal.
Ya sudahlah, nggak ada salahnya dicoba. Di mesin jahit saya, tension itu ditunjukkan dengan angka 0 sampai 9. Untuk blacu, biasanya saya gunakan tension 4 dan length 3. Kali ini length saya pilih 3 seperti biasa, lalu tension saya coba mulai dari angka 1. Ternyata... sampai tension 7 barulah benang bawah rapi seperti biasanya. Waaah.... kok kombinasinya aneh ya?
Mencoba semua tension dengan length yang sama. Bagian paling luar adalah tension tinggi. |
Entahlah, yang penting benang bawah sudah menemukan solusinya. Jam sudah menunjukkan pukul 20.00 wkwkwkk. Jadi seharian kemarin tidak menghasilkan karya tapi saya tidak merasa rugi karena saya jadi belajar banyak tentang mesin jahit. Lucunya, di tiap video asing yang saya tonton, prolognya pasti tentang mengirit biaya ke tukang reparasi jahit. Heheheee....
Keunggulan orang asing memang seperti itu, mereka mau menghabiskan waktu untuk mengulik hal-hal teknis dibanding dengan ibu-ibu sini yang seringnya panik lalu tanya-tanya nomor telpon tukang service. Itupun yang tukangnya mau dipanggil ke rumah. Padahal ibu-ibu dari negara maju duitnya banyak ya, tapi mereka terbiasa mandiri dan perhitungan. Bukan pelit loh. Pengalaman saya kerja kantoran dulu selalu bersama orang asing, jadi saya paham cara berpikir mereka. Jadi, ayo dong bu, nggak usah takut untuk mencoba utak atik sendiri. Selain jadi tambah pengetahuan dan pengalaman, bisa buat bahan blog atau vlog juga, kan? Nah, kalau segala cara sudah buntu, barulah minta bantuan ahlinya.
Apakah solusi tersebut akan berlaku untuk semua jenis bahan? Semoga saja ya, hari ini mau meneruskan tas yoga tersebut. Saya harus menyiapkan kain-kain perca untuk tes tension sebelum mulai menjahit bahan yang sebenarnya. Kalau tidak berhasil, berarti postingan ini akan saya update tambah panjang karena berarti saya harus mencoba solusi lain.
24 Comments
Mungkin karena Alm Mamaku dulu suka jahit, therefore tiap kali lihat mesin jahit, aku jadi mbrebes mili @_@
ReplyDeleteSampai sekaran mesin Singernya masih nangkring di rumahku tapi udah lama banget ga pernah dioperasikan. Kira-kira masih bisa dipake gak ya....
Dibawa ke service dulu aja biar diminyaki
DeleteWeleh, weleh,kalo bunda mah udah langsung nyerah dah kalo ngalamin hal seperti ini. Apalagi benang kendor di bagian bawah, huhuhuuu....angkat tangan, panggil teknisi mesin-jahitlah mendingan daripada kepala keliyengan, hehehe... Salut sama Mak yang satu ini. Coba ah, bunda jadi penasaran dengan postingan-postingan sebelumnya. Meluncuuuur.
ReplyDeleteIni akhirnya nyerah juga bunda :))
DeleteSaya sering banget ngalamin kayak gini, Mbak. Malahan sy masih amatiran, jadi suka give up trus berhenti jahit. Nnt kalau moodnya dapet baru utak atik lagi. Tfs lho, Mbak.
ReplyDeleteSama akhirnya saya juga nyerah wkwkwkwk
DeleteSelama ini saya merasa bahwa pekerjaan tambalin baju sobek dan permakan lain adalah tugasnya bapak tukang permak karena mereka kan buka jasa permak. Jadi serahkan saja pada ahlinya :)
ReplyDeleteSaya pernah melihat wanita (ibu-ibu?) yang naik-naik tangga untuk pasang lampu, saya pikir kasihan amat kemana suaminya? Itukan pekerjaan laki-laki (suami)? Kalau suaminya nggak ada kan bisa minta tolong tetangga atau kalau nggak enak bisa panggil tukang sekalian?
Ternyata pikiran itu harus dirubah ya mbak? Kalau bisa sendiri mengapa harus minta tolong orang lain? Kalau belum bisa ya belajar, hehe.. ini deh prinsipnya mbak Lusi. Sangat menginspirasi meskipun saya belum tentu bisa menerapkan, paling tidak bisa mengubah cara berpikir dulu, selanjutnya.. tetap.. serahkan ahlinya hahaha..
Awalnya dari terpaksa mbak. Suami kerja jauh. Tukang nggak lewat. Tetangga lagi ada kerjaan juga. Lama2 jadi berani coba2 sendiri, meski sering juga akhirnya nyerah, manggil ahlinya.
DeleteWah wah kalau saya menyerah deh. Walau saya pernah kerja di garmen tetap saja saya tidak mengerti soal urusan mesin jahit. Lempar ke tukang service saja deh.
ReplyDeleteIya, kalau di garmen per bagian punya job desc sendiri2.
DeleteDuh aku nggak ngerti soal jahit dan mesin jahit hahaha. Minggu lalu ke rumah mamer gara2 anak sulungku mau coba jahit. AKhirnya bongkar mesin jahit jadul, dicoba masih bisa cuma itu... buat naruh benang bagian bawahnya hilang, eh apa namanya sekoci itu kali ya? Batal deh nyobain mesin jahitnya. Apalagi mamer juga udah lamaaaaa nggak jahit :D
ReplyDeleteWkwkwkkw padahal murah itu mbak beli gantinya.
DeleteMasalah yang sama muncul, dan saya sampai di sini. Padahal sejam sebelumnya dipakai baik-baik aja dan mesin itu habis diservice. Hiks. Mau keukeuh nyoba semua tips di atas sampai teratasi. *tekad* Trimakasih Mbaak
ReplyDeleteMoga2 bisa mbak. Kalau nggak bisa, masih ada tukang service wkwkwkwk
DeleteSaya udah 3 hr nggak bs jait.benang bwh brudul nggak rapi.bolak balik diurutin satu"masalahnya.msh jg blm rewel.baca blog ini pun sdh berkali-kali..blm jg beres.semangat jait lg mood,giliran mesinnya yg bete
ReplyDeleteBerarti saatnya dibawa ke ahlinya :)
DeleteDatang ke sini dengan masalah yang sama, dan akhirnya bisa (Alhamdulillah) juga dengan cara yang terakhir. Tapi jadi dapat banyak ilmu dari sini.
ReplyDeleteTerima kasih, mbak ☺️
Alhamdulillah :))
DeleteAlhamdulillah..infonya sangat bermanfaat mbak..saya dpt masalah yg sama dan saya jg lakuin smua sma kyk yg mbak tulis.. akhirnya punya saya ktemu masalahnya di sekoci yg udah kendor..saya emang jrg ngutek2 yg itu krn obengnya harus tipis bgt..nyari benda yg bs gantiin obeng itu yg lama..hehe..yg pntg sdh kmbali normal..makasih sharingnya ya mba..😁🙏
ReplyDeleteAlhamdulillah. Semangat mbak :)
DeleteSaya juga berjibaku dengan masalah benang bagian bawah kendor, lebih tapi sebenarnya benang dari atas yang kendor (benang dari jarum), cuma posisinya pada bahan/kain adalah pada bagian bawah, saya juga sampai utak atik bagian rotari, masih saja begitu, tapi ternyata memang benar seperti yg dibahas di artikel ini, masalahnya cuma karena setting tension atas dan bawah (skoci) belum tepat, yg saya heran ternyata skoci terlalu rapat yg menjadi penyebab hasil jahitan seperti itu dan terjadi pada benang berukuran besar saja yakni benang ukuran 20/3 yg biasa saya pakai untuk bahan jeans/denim, kalau benang jeans ukuran 20/2 normal, apalagi benang biasa ukuran 40/2 sangat normal.
ReplyDeleteSoal tension ini tidak tidak pasti, bisa berubah kapan saja, tidak bisa dipastikan dengan dial angka-angka, dan hitungan putaran, intinya adalah, setting lalu testing.
Menurut analisa saya, tension itu kan prinsipnya friksi/gesekan, maka sangat mudah dipengaruhi oleh keadaan sekitar, khususnya kalau terkena minyak, wah ancur setting tension !, saya sampai mencuci tension dan skoci menggunakan sabun cuci piring loh :D, tidak takut karatan karena sebenarnya semua part-nya dilapisi anti-karat.
Saya sangat menjaga agar tension atas dan skoci tidak terkena minyak, tidak perlu mengolesi minyak dengan alasan mencegah karat, biar saja berkarat, kalau berkarat ya ganti, beli yang baru, murah.
Pelumasan pada area rotari juga tipis-tipis saja, cukup diolesin pakai kuas pada bagian shuttle hook dan rel/lintasannya, tidak perlu disemprot minyak secara langsung (cara malas), karena minyak yg berlebihan bisa mengenai skoci dan mengacaukan settingannya.
Oh ya, minyak juga "dust/particle magnetic" loh, debu dan serpihan benang mudah menempel di area yang berminyak.
Waaah terima kasih banyak atas tambahannya. Semoga teman2 juga mencoba cara ini.
DeleteMasya Allah mba, sangat membantu. Janome saya sudah sebulan di pinggirin dengan masalah yang sama, sudah mau nyerah kirim ke tukang service ,iseng googling ketemu postingan ini saya semangat lagi buat utak atik.
ReplyDeleteAlhamdulillah tips terakhir manjur di tension no 8 heheh
Alhamdulillah. Yuk semangat :))
DeleteDear friends, thank you for your comments. They will be appeared soon after approval.
Emoji