Online Shop Vs Offline Shop

Sebenarnya online shop dan offline shop nggak perlu di Vs-kan alias diversuskan, tapi biar seru aja judulnya.

toko online vs offline

Kebanyakan orang bilang mendingan online shop (olshop) karena minim biaya operasional. Ada yang bilang juga, meski punya olshop harus punya offline shop (ofshop) juga biar jualannya meyakinkan. Saya sendiri berusaha punya dua-duanya meskipun gagal maning, gagal maning, karena keseringan pindah. Selain alasan diatas, ofshop bisa untuk menyimpan stock tapi tetap bergerak sehingga alirannya lebih sehat.

Bagi saya sih, nggak masalah banget olshop atau ofshop. Yang penting jualan laku. Udah, gitu aja. Jadi kalau ada motivator yang jualan event-nya menjelekkan metode lain, biar saja, mungkin yang pernah dijalaninya dan sukses hanya dari sisi itu atau jangan-jangan malah cuma tahu teori saja, belum pernah jualan sama sekali. Saya sendiri senang belajar dari keduanya karena kebetulan saya punya teman-teman para pemilik toko dan para pemilik olshop.
Namun ada beberapa hal yang sering menjadi bahan diskusi saya dan teman-teman.

Modal

Kami sepakat bahwa tidak ada yang namanya bisnis tanpa modal!

Yang ada hanya minim modal, itupun jika mau jadi pribadi yang ngeselin, apa-apa nebeng, dikit-dikit minta gratisan dan maunya minjem melulu. Bahkan MLM sekalipun, jangan ngarep tanpa ngapa-ngapain dapat duit. Tetap kita harus keluar pulsa dan bayar bensin kalau mau maju. Tetap kita harus menghubungi orang-orang dan ketemuan kalau perlu. Nggak ada bisnis yang leyeh-leyeh lalu dapat pundi-pundi uang. Semua perlu kerja keras, meski caranya berbeda. Ada yang harus keringatan, ada yang memeras otak mikir, ada yang mesti tabah korban perasaan.

Tiap ketemu frase "cara mudah" harus dicurigai karena mudah baginya, belum tentu bagi kita. Takdir orang berbeda, yang penting tak putus ikhtiar dan memahami bahwa semua ada prosesnya. Misalnya dibalik followers instagram ribuan, ada kerja telaten memuat foto-foto yang bagus dengan hashtag yang tepat (tidak curang nempel di hashtag sensasional tapi nggak ada hubungannya dengan produk kita). Kalau pengin jalan pintas sih gampang, beli followers saja. Tapi saya percaya teman-teman nggak ada yang main kotor begitu. Ya, kan?

Memang, dilihat sepintas modal ofshop lebih besar daripada olshop, lantaran ada sewa ruang, gaji karyawan, stock, promosi dan pajak. Dengan olshop, kita bisa menghilangkan biaya sewa ruang, gaji karyawan, stock (jika reseller) dan belum ada peraturan pajak. Sedangkan promosi tergantung kemampuan, karena banyak olshop yang mempunyai anggaran giveaway atau gathering. Jika modal terbatas, olshop memang lebih sesuai. Tapi jika ingin pengembangan yang lebih nyata, setelah mantap, olshop bisa diteruskan dengan merintis ofshop.

Persaingan

Mana yang lebih seru persaingannya? Menurut kami, sama saja, tergantung kita punya sumber daya terkuat dimana. Ofshop sangat tergantung dengan kecocokan penampilan. Penampilan ofshop nggak harus mewah atau asal bagus. Kalau jualannya kelontong, yang penting stock tampak penuh dan lengkap. Kalau jualannya busana, display harus sering berganti dengan model pakaian terkini. Harga toko sebelah memang berpengaruh, tapi bisa dicari jalan lain untuk menyaingi jika harga kita tidak bisa ditekan lagi. Misalnya parkir kendaraan yang lebih mudah, transaksi yang lebih cepat dan nyaman, serta pilihan yang lebih banyak.

Olshop memang mudah diakses oleh konsumen darimanapun. Tapi justru karena itu, kita harus jeli dalam menentukan harga. Konsumen punya waktu sangat banyak untuk membandingkan dengan olshop lain. Di olshop, produk sejenis akan tampak sama saja karena konsumen tidak melihat dan memegang langsung. Kalau produknya audio, tidak bisa mendengarkan. Yang tampak hanya foto mana yang lebih bagus dan harga mana yang lebih murah. Salah satu cara untuk diperhatikan adalah memberikan keterangan sedetil mungkin tentang keunggulan produk kita. Untuk itu pengetahuan kita terhadap produk harus memadai meskipun reseller. Misalnya beberapa produk Ladaka itu bisa ditemui pula di supermarket-supermarket besar dengan harga lebih murah. Cobalah lihat dan rasakan, apa yang membuatnya beda dengan produk kita agar bisa kita jadikan selling poin.

Persaingan tidak hanya datang dari pengusaha yang serius tapi juga dari yang iseng coba-coba. Biasanya yang seperti ini suka jalan pintas, mau enaknya saja. Teman-teman olshop mungkin pernah dikontak seseorang yang mengaku akan menjualkan produk kita tapi mintanya macam-macam, antara lain diskon yang banyak dan foto tanpa watermark. Setelah dituruti, ternyata omsetnya tidak sesuai dengan sesumbarnya. Bahkan ada yang setelah berhasil deal dengan foto kita, tapi ordernya ke tempat lain. Pada masa awal olshop booming, model seperti ini banyak sekali dan sangat mengganggu.

Persaingan tidak hanya datang dari individu, tapi juga korporasi besar atau pemodal besar. Produk kita yang sekiranya punya masa depan cerah dan tidak dilindungi oleh hak paten, akan dikemas lebih profesional dan diproduksi massal untuk menekan biaya. Belum lagi jika diiringi dengan promosi besar-besaran. Begitu pula yang berbentuk jasa.

Tentang persaingan ini sulit mengatakan mana yang lebih tepat untuk pemula, karena si pemilik yang paling paham sumber dayanya.

Pengembangan

Teman saya mengatakan, seandainya dia punya uang, akan membuat ofshop lebih dulu, baru kemudian olshop, bukan sebaliknya. Kemudian saya meminta penjelasannya, karena menurut saya olshop dulu baru ofshop itu lebih baik karena namanya juga baru penjajagan, harus dipilih yang resikonya paling sedikit.

Ternyata kasusnya memang berbeda dengan saya, karena saya memulai dengan penjajagan, sedangkan dia sudah mantap dengan produk tersebut. Menurutnya, fokus ke ofshop lebih dulu akan memudahkan pengembangan. Tak perlu workshop besar, cukup di garasi samping rumahnya dulu. Dengan ofshop, dia merasa lebih mudah dalam mempromosikannya secara online. Alamat membuat pembeli online lebih mudah percaya. Ofshop membuatnya lebih bebas berinteraksi dengan konsumen dan menerima masukan. Ide-ide segar bisa muncul karena percakapan dengan konsumen, pegawai dan supplier. Alamat yang jelas juga memungkinkan usaha untuk bergabung dengan asosiasi atau mendapat pendampingan dari pemerintah. Masih ada lagi kesempatan pameran yang didukung oleh bapak angkat, asosiasi atau pemerintah.

Untuk olshop, pengembangan bisa diperoleh melalui kecepatan media yang digunakan dan kemampuan menjangkau konsumen yang sangat luas. Promosi yang viral merupakan keuntungan luar biasa bagi yang jeli memanfaatkannya. Banyak kok pakar socmed yang berbagi pengetahuan tentang cara membuat promo viral. Soal apakah berhasil atau tidak, yang penting pakailah cara yang benar. Kalau terlalu bombastis akan jadi bumerang jika ekspektasi konsumen tidak terpenuhi.

Kesimpulan dari hal-hal yang saya diskusikan dengan teman-teman saya itu adalah jika punya ide, segera eksekusi, jangan kebanyakan mikir. 

Loh, kok menyimpang dari topik diatas? Iya, karena wirausaha itu intinya berusaha, yang berarti bertindak, bergerak.

Jika yakin dengan online shop, cepetan bikin akun media sosial, publikasikan kontak yang jelas dan membuat website e-commerce atau bergabung dengan platform e-commerce yang sudah ada. Rajin-rajinlah mempromosikan usaha kita.

Jika yakin dengan offline shop, segera buat outlet yang menarik, cari supplier terbaik dari tangan pertama dan minta pembayaran tempo, dapatkan impresi terbaik dari pelayanan yang total, beri petunjuk yang jelas dalam promosi agar toko mudah ditemukan dan menjaga konsistensi agar konsumen tidak kecewa karena toko sering buka tutup.

Jika mampu memiliki keduanya, segera sinergikan agar energi tidak kewalahan dalam mencapai omset maksimal.

Tulisan ini diikutkan dalam Giveaway Semua Tentang Wirausaha yang diselenggarakan oleh Suzie Icus dan Siswa Wirausaha.

Post a Comment

27 Comments

  1. Sekarang olshop udah powerfull banget yah mba, tapi kalo kuliner pasti tetep :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ada beberapa temanku dari berbagai kota yg punya usaha kue yg cukup besar tanpa toko. Jualannya di facebook & order via chat :))

      Delete
  2. Sukses untuk GA nya ya mak Lusi :)

    ReplyDelete
  3. Ketinggalan, sukses juga buat Ladaka nya :)

    ReplyDelete
  4. Kl online lebih minim modal dibanding offline mungkin ada benarnya. Tp tetep aja smua 'nggak ada makan siang gratis'.

    ReplyDelete
  5. setuju sama kalimat ini Mbak "OLshop atau Offshop bukan masalah yang penting dagangan laku"

    ReplyDelete
  6. dua kali "iseng" jualan olshop itupun gara2 ada yang suka handicraft buatanku,jadi mulailah dikit2 bikin dan dijual via olshop...kalo mau offshop belum berani,resikonya besar hehehe

    ReplyDelete
  7. usaha yang paling bagus adalah usaha yang segera dimulai - Bob Sadino

    ReplyDelete
  8. Pernah denger temen, usaha yg njaniin itu usaha offline tp pemasarannya secara online :3

    ReplyDelete
  9. Olshop berhubungan dengan kepercayaan. Biasanya kalau saya udah punya 1 olshop yang bisa dipercaya akan kesana terus belanjanya. Walaupun banyak olshop lain yang serupa dan mungkin dengan harga yang lebih murah. Kecuali kalau udah dikecewakan. Baru cari olshop lain.

    ReplyDelete
  10. saya pernah jualan di olshop...teh herbal..awalnya beli dan make sendiri..trus promoin dan iseng posting foto dan ada yg order...akhirnya tanpa nyetok barang bisa jualan :)

    ReplyDelete
  11. pengusaha itu huebaaaatt, mereka adalah makhluk yang punya adversity quotient yang luar biasa

    ReplyDelete
  12. jadi lebih aman off shop dulu baru olshop ya mb

    ReplyDelete
  13. Tapi offshop itu yg berat krn harus punya tempat dan rak utk majang barang. Belum lagi harus ada orang yg stand by jaga. Hal2 ini kurang ada di online..mungkin itu sebabnya online dianggap lebih mudah

    ReplyDelete
  14. waaa keren banget mbak tulisannya. aku pikir juga selama ini zaman sekarang mah cukup ol shop aja, tapi ternyata offline tetep penting yah.

    ReplyDelete
  15. persaingan didunia bisnis memang selalu ada, makanya mengapa kita dituntut jujur agar kita tidak kehilangan kepercayaan dr customer setidaknya persaingan bisa diminimalisir...

    ReplyDelete
  16. bagus artikelnya, kalo udah yakin jalankan ya mba.
    sepakat juga bahwa tidak ada bisnis yang tanpa modal.
    sukses mba.

    ReplyDelete
  17. Dua-duanya punya kelebihan dan kekurangan ya Mak. Dunia onlen yg kujalani kebanyakan bermodal besar untuk membuat olshop, satu hal asalkan niat dan percaya.
    Setujuu....modal adalah utama bingits hihi
    Tapi terkadang di ofshopnya jago, laku keras, coba2 di olshop, kurang yakin ya tetep pesimis ga jalan lah.
    Nah makanya kalo utk memilih, lebih baik olshop dulu baru dikembangin ofshop.
    Tapi balik lagi ke diri sendiri denk, karena sugesti diri juga mempengaruhi.

    ReplyDelete
  18. saya lagi nyemangatin pelaku UMKM nih mbak, kebanyakan memang terbentur di modal dan takut dagangannya gak laku, itu belum sampai ke arah online shop padahal

    ReplyDelete
  19. aku jual buku, memang tanpa modal tapi salah juga sih karena syarat awal aku harus beli salah satu buku dulu untuk bisa berjualan. berarti pakai modal juga ya

    ReplyDelete
  20. Kalo beli barang aku lebih suka langsung liat barang nya, kalo beli tiket atau booking hotel baru dech online

    ReplyDelete
  21. Jadi inget olshopku yang udah nggak keurus hikz *sediiiihhh*.. Masalah biaya, kedua-duanya emg butuh biaya. Mau olshop saja, butuh modal karena beli barang, jahit, packaging dll, mungkin jika olshop sistem ambil barang itu minim kali ya modal bahkan nggak ada ya mak karena based on orderan saja.
    Punya ide langsung dieksekusi, betul, dan butuh konsisten juga ya mak.. *saya nggak konsisten* hikz

    Sukses buat lombanya..

    ReplyDelete
  22. olshop sekarang harus lebih kreatif,,saingannya banyak bingits :)

    ReplyDelete
  23. online shop memang membantu sekali mba...dan tentu saja kreatifitas merupakan salah satu modal penting. Sukses selalu yaaa mba..

    ReplyDelete
  24. Hihi bener juga, ngga ada bisnis tanpa modal, yg ada minim modal. Tapi yg utama modal keberanian ya, mba.

    ReplyDelete
  25. jadi keduanya nampaknya penting ya mb..
    offline bisa menfaatin garasi rumah kok..
    makasih ya sharingnya..
    makasih juga udah ikutan GAnya:)

    ReplyDelete

Dear friends, thank you for your comments. They will be appeared soon after approval.

Emoji
(y)
:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
:>)
(o)
:p
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
x-)
(k)