Selamat Datang Di Dunia Blogging, Generasi Z

Dipostingan ini, saya ingin mengucapkan selamat datang di dunia blogging pada generasi Z.

Siapakah generasi Z itu? Generasi apa pula saya ini? Generasi Z adalah mereka yang lahir tahun 1995-2010. Mereka sering disebut juga sebagai iGeneration atau generasi net atau generasi internet. Sejak kecil mereka sudah mahir memainkan gadget, baik untuk berkomunikasi dengan orangtua mereka, berinteraksi dengan teman-teman maupun untuk menyelesaikan tugas-tugas sekolah. Tak seperti generasi X (lahir tahun 1965-1980) atau Y (lahir 1984-1994) sebelumnya yang sering berprasangka buruk dan berharap berlebihan terhadap teknologi informasi, generasi Z lebih memandang TI dan gadget sebagai bagian dari hidup untuk memperlancar kegiatan semata.
Belakangan didunia blogging ada fenomena munculnya blogger unyu-unyu yang usianya tak jauh dari usia anak saya. Tiap blogwalking, saya selalu mengambil momen sebentar untuk memahami bahwa itu adalah blog remaja. Semakin hari, semakin banyak blog remaja yang saling follow dengan blog saya. Bahkan belakangan mereka muncul sebagai juara-juara baru di kompetisi blogger. 

Kehadiran blogger generasi Z seakan tak terbendung, jadi harus bagaimana?


Mementori Mereka?
Tunggu, apanya yang harus diajarkan pada mereka? Generasi Z dianugerahi fasilitas komunikasi canggih dari orangtua mereka. Koneksi juga berlimpah, di sekolah dan kampus banyak yang free wifi. Mereka belajar lebih cepat dari generasi sebelumnya. Jika generasi sebelum Z belajar melalui literatur, generasi Z akan mencari sumber ilmu pengetahuan melalui internet. Mereka akan membanding-bandingkan teori satu dengan yang lainnya dan menelusuri orang-orang yang telah menguji coba teori-teori tersebut. Mereka lebih kreatif dalam belajar.
Apakah dengan demikian mereka tidak lagi membaca buku? Bukankah buku adalah ibu dari ilmu pengetahuan? Oh, tidak. Sebaliknya, bacaan mereka justru lebih banyak karena mereka tidak tergantung pada guru atau dosen. Mereka mencari sendiri referensi buku-buku yang ingin dibaca dan membeli buku atau e-book secara online. Modal bacaan yang banyak baik secara online maupun offline membuat mereka percaya diri mengutak-atik apa yang sedang menjadi proyek mereka. Itu juga berlaku dalam blogging.
Pada awal membalas blogwalking ke blog remaja yang berkomentar di blog ini, seringkali saya temui blog bak diary seperti jaman saya pertama kali ngeblog dulu. Tapi tak lama kemudian, blog mereka segera berevolusi menjadi blog yang keren.
Darimana mereka belajar? Entahlah, karena mereka tak tampak di kelas-kelas blogging dan tak kelihatan aktif di komunitas. Sepertinya mereka tidak anti sosial, malah gaul banget, hanya mungkin merasa kaku saja jika berada dalam lingkungan om dan tante. Kemungkinan sebagian besar belajar sendiri. Mereka melihat apa dibutuhkan melalui blogwalking, kemudian mereka mencari sendiri jawabannya secara online. Setelah itu mereka utak atik sendiri menjadi lebih menarik. Mungkin, lo ya.
Mengajari mereka? Sebaliknya, tunggulah beberapa bulan setelah mereka jadi newbie, setelah itu bisa jadi malah kita yang harus belajar dari mereka. Proses belajar mereka memang sangat cepat, melompat-lompat melewatkan banyak hal yang mereka anggap tak penting untuk diketahui.

Menasehati Mereka?
Kita seringkali khawatir anak muda terlalu percaya diri dan tidak paham aturan dunia maya, terutama yang tak tertulis. Sudah beberapa kali teman-teman saya dibuat gemas oleh anak-anak muda yang santai saja ketika diprotes soal copas dan sebagainya. Yah, memang itu tantangan karena sebagai generasi terdahulu kita merasa punya tanggung jawab untuk meluruskan jalan para blogger yang tak beretika dengan cara yang bisa mereka terima. Tipikal anak muda itu justru resisten jika dinasehati, apalagi para peminat dunia maya umumnya berpikiran bebas. Jadi, daripada keluar energi banyak untuk ngomel dari sabang sampai merauke soal etika, lebih baik disodori saja berbagai aturan yang berlaku, misalnya TOS dari google, UU ITE, UU hak cipta dan sebagainya.
Anak muda menempatkan dunia maya seperti seharusnya, yaitu egaliter. Sedangkan generasi sebelumnya menempatkan dunia maya sama seperti lingkungan rumah hanya saja tidak kelihatan, dimana harus saling sapa, saling jaga sikap dan menghormati yang lebih tua. Disinilah tidak nyambung bisa terjadi. Mereka berpikir dalam dunia maya itu ya melihat apa yang ingin dilihat saja, sementara generasi sebelumnya memperlakukan dunia maya seperti tetanggaan yang papasan kalau keluar rumah dan harus sopan dirumah orang. Dalam kesetaraan dunia maya itu semua mereka anggap sama. kalau yang lebih tua salah, ya salah saja. Kalau lagi males menyapa, ya gak usah negur. Dalam masa-masa peralihan generasi yang sudah dimulai ini tampaknya akan makin sering terlihat generasi sebelum Z baper karena perbedaan cara pandang dengan generasi tersebut.
Ingatlah, menyinyiri mereka adalah pekerjaan sia-sia. Tidak akan terjadi balas nyinyir atau baper. Mereka tidak peduli dan tidak merasa kalau tidak dicolek langsung karena mereka menganggap kita bukan lingkungan pertemanannya karena perbedaan usia sehingga mereka menganggap itu tidak ditujukan pada mereka. Demikian pula ketika melintas di media sosial, generasi sebelum Z hendaknya menahan diri untuk tidak terprovokasi karena yang mereka maksud belum tentu seperti yang kita kira akibat cara pandang yang berbeda tadi.

It's Their Time

Yang sulit bagi manusia antara lain adalah menerima kenyataan. 

Karena itulah saya salut dan selalu memberi jempol pada teman-teman pejuang lomba blog yang selalu sportif dan tetap bersemangat meski dikalahkan blogger-blogger muda unyu-unyu yang mulai tampil. Jauh sebelum itu, blogger-blogger muda banyak yang sudah muncul di niche populer misalnya fashion. Beberapa brand juga sudah menanyakan umur kepada blogger yang akan diundang. Tapi sampai sekarang events masih didominasi generasi sebelum Z karena generasi Z masih sedikit yang menjadi anggota komunitas, sedangkan undangan atau job banyak yang diperoleh dari komunitas. Meski demikian, masa itu akan datang. Itu sudah hukum alam.
Yang khas dari blog generasi Z itu adalah sangat dinamis. Senang sekali melihatnya, bukan hanya tulisan panjang seperti di blog ini. Mereka sangat gemar hal-hal visual. Padahal kita sudah mengikuti semua kelas baik online maupun offline tapi terasa ada yang kurang epik dibangingkan dengan mereka sehingga kita harus menerima bahwa benar "It's their time." Mereka punya kemampuan yang lebih cepat untuk menguasai teknologi dan hal-hal baru. Sementara generasi X atau Y, barusaja menguasai infografik, eh sudah harus tunggang langgang mempelajari video, stop motion, gif dan sebagainya. Belum lagi persoalan statistik yang njlimet ditimpali dimana beda pakar beda pula tipsnya.

Generasi Sebelum Z Harus Bagaimana?
Sesak sekali membaca tulisan tentang Middle Class Millenial Trends ini. Sesungguhnya keseluruhan artikel sangat menggambarkan situasi masyarakat perkotaan saat ini. Tapi capture dibawah ini benar-benar jleb menusuk jantung. Bukan karena merasa dinyinyiri, tapi justru karena tulisan tersebut benar adanya.

Sumber: http://inventure.id/wp-content/uploads/2016/01/Middle-Class-Millenial-Trends-2016.pdf
Tadinya saya mau mengatakan, biarin aja yang penting berkarya. Tapi kemudian saya berpikir, setelah hati saya sembuh dari jleb tadi, bahwa tak ada salahnya mengambil hikmah dari pandangan ahli terhadap generasi saya. 
Berkarya adalah unsur esensial manusia. Kalau dia tak lagi berkarya, mungkin sedang pikun, pingsan atau koma. Tapi sehubungan dengan artikel tersebut dan kenyataan-kenyataan diatas, maka yang lebih pas lagi adalah terus berkarya dan tetap berusaha meningkatkan diri. Kita bisa saja mempelajari hal yang sama dengan generasi Z, tapi tampilan yang lebih tenang dan kesadaran akan di pasar mana kita berada, membuat kita berbeda dengan generasi Z. Tak perlu menjadi milenial gadungan yang tampil centil (tidak merujuk ke perempuan saja) diantara anak-anak yang tak jauh usianya dengan anak kita sendiri, melainkan tetap menjadi diri sendiri ketika berada ditengah generasi Z dan bersama-sama meramaikan dunia perbloggingan. 
Kompetisi juga esensi hidup manusia. Kita boleh mengatakan tidak mau ikut lomba, tidak butuh voucher dan sebagainya, tapi kita tetap berkompetisi di hal lain kan, misalnya dalam mendapatkan perhatian dari brand, mencari penerbit yang mau membukukan blog, menarik perhatian pengunjung blog dan sebagainya. Jika blog hanya dijadikan dokumentasi dan bersenang-senang, fine! Tidak apa-apa. Bukankah saya pendukung kebebasan ngeblog?
Berjiwa muda itu wajib sebagai tumpuan semangat ngeblog, yang tercermin dalam tulisan-tulisan kita sehingga membuatnya enak dibaca. Tapi memaksa diri untuk berpenampilan muda itu yang tidak disarankan artikel diatas. Tiap generasi sudah punya segmen sendiri. Memang bagus jika bisa merangkul semua segmen, tapi eksis di segmen sendiri juga tak kalah bagus. 
Jika dunia blogging bergerak ke arah yang tak kita sangka, tak perlu heran, karena ada generasi lain yang masuk, yaitu generasi Z yang sudah mulai berperan menentukan arah kemajuan dunia blogging.

Sumber:
http://4muda.com/mengenal-generasi-x-y-dan-z-sebagai-generasi-dominan-masa-kini/
http://inventure.id/wp-content/uploads/2016/01/Middle-Class-Millenial-Trends-2016.pdf

Post a Comment

25 Comments

  1. Saya termasuk orang yang bisa dibilang kalah dengan generasi Z padahal ya cuma beda beberapa taun saja, tapi melihat adik2 saya yang sudah jago bikin video dan segalanya suka minder sendiri hehe

    ReplyDelete
  2. koq gk masuk generasi z sih eikeh mak lus,masukin donk, *halah...
    iya generasi z emang bnr2 mlek sm teknologi. mdh2an meleknya mereka mengarah ke afah positif amin

    ReplyDelete
  3. Kemarin lihat brosur promosi belajar desain grafis untuk anak-anak. Wuih. Zamanku kecil dulu, gak ada kursus desain grafis untuk anak2. Adanya kursus bahasa inggris, matematika.. Anak2 sekarang memang beribu langkah lebih maju daripada mboknya :-)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul, haus banget dengan ilmu & cepet bgt mencernanya

      Delete
  4. Tulisan yang bagus mak. Saya suka. Kebetulan punya pengalaman "coba2" bergaul di dunia maya dengan gen Z ini via blog. Dan banyak sekali surprise yang saya dapat, sampai deg2an shocked, untungnya saya tetap cool, karena kalau mak2nya kumat mereka akan lari. Mereka luar biasa hebat dalam beradaptasi dengan teknologi dan kekinian...TAPI karena masih kurang dalam pengalaman dan kebijaksanaan (eh cieh berasa generasi bijak pdhl cuma menang tua saja wkwk)..mereka juga menyerap banyak hal yang buruk atas nama gombalisasi eh globalisasi informasi. Mereka sebetulnya butuh panutan, apalagi bila kesehariannya sudah tdk akrab dgn orang tua. Saat saya muncul dengan pola pikir yang berbeda mereka sangat respek malah membagikan ide itu ke peersnya...Tidak usahlah bicara persaingan, semua ada segmennya rejekinya sendiri2....Yang penting kita perlu rangkul juga generasi Z ini agar mereka tidak terpengaruh banyak sisi negatif dunia maya yg semakin berbahaya...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setuju, pada dasarnya mereka open dg beda pendapat asal sama2 stay cool. Betul banget mereka butuh panutan, makanya blogger senior nggak boleh kasih contoh yg jelek, kudu memperlihatkan kedewasaan pula dalam dunia blogging.

      Delete
  5. Waktu saya belum ngeblog, adik saya yg SMA sudah mulai ngeblog. Dia jg menguadai pernak-pernik ilmu TI yg bikin saya minder. Tapi seperti yg dibilang mbak Fee di atas, anak muda emang seringkali masih labil, blm pengalaman, jadi semangat ngeblog jg cuma sesaat, kemudian mencoba lahan lain, dan seterusnya. Bener, melompat2 sangat cepat, tapi bisa menjadi positif ataupun negatif. Tugas kita sbg generasi sebelum Z ya mengawalnya aja. Semoga arah mereka tetap positif :)

    ReplyDelete
  6. Aku generasi Z, dan mbak Lusi salah satu panutanku di dunia blogging. Mohon dituntun yaahh :-)

    ReplyDelete
  7. Kebangkitan dunia grafis ya, mba Lus? Artinya akan dominasi orang-orang otak kanan ^_^
    Artinya pula, pola pendidikan nasional harus berubah untuk menyesuaikan. Ternyata berat juga postingan dirimu kali ini.

    ReplyDelete
  8. iya juga ya,jadi inget,aku dulu belajarnya ke perpus aja,pegang komputer aja cuma lihat referensi buku xixixixi...habis gen z muncul generasi apa ya

    ReplyDelete
  9. Masuk ke rumahmu di saat yang tidak tepat kali ini, Mak Lusi! Haha... Tulisan ini terasa agak berat di siang yang panas. Anehnya, aku justru tak mampu beralih karena menariknya paragraf demi paragraf yang engkau rangkai. Semua..., mengena, tepat! Dan aku sepakat, alih2 menasehati apalagi mementori, mending beri jalan bagi mereka untuk bebas berkreasi dan berkarya. 'It's their time!' Hehe.
    Dan kita, para mbok2 ini, teteup lah semangat berkarya pada jalur kita sendiri, dengan tetap menambah upgrading ourselves agar compatible dengan jaman yang kian maju. 'compatible'? Emang software or device? Hihi.

    Great post, Mak Lusi! Lama tak main ke sini, makin kece saja isinya, euy!

    ReplyDelete
  10. generasi z harus dinamis, hmmm.. harus dicamkan baik-baik ini..

    ReplyDelete
  11. Iya ya makin banyak blogger baru dr generasi Z yg oke2, setuju utk mnjd diri sendiri sambil terus mengupdate diri

    ReplyDelete
  12. jangankan dinyinyiri, dinasehati aja kadang gak efektif. Pengalaman saya, anak generasi Z lebih suka diajak berdiskusi. Setidaknya dengarkan dulu pendapat mereka

    ReplyDelete
  13. aku setujuuuu deh mak..tiap generasi punya tantangan masing-masing kaaan :)

    ReplyDelete
  14. beda tahun dikit beda generasi, beda pula pemikirannya....

    nanti anak 2010 ke atas jd generasi apa ya?

    ReplyDelete
  15. Apa pun generasinya, sama2 mncintai mnulis yah mba, seneng meski x y atau z saling bertukar komeng.. hehe komen. Berbagi pengalaman yg beda... Tapi aku blum follow blog mba lusi. Meluncuur nantii

    ReplyDelete
  16. kalo urusannya dah copas mengcopas itu rasanya pingin njitak ya mb hihiii

    ReplyDelete
  17. AKu masuk Y, tapi pengalaman masih dikit dalam perbloggeran hehe

    ReplyDelete
  18. generasi Z memang sudah bermunculan sekarang, waktunya generasi Y mundur dan menjadi penulis *eh, aamiin aja deh, cita-cita yg belum kesampaian

    ReplyDelete
  19. Generasi Z keren2 dan kreatif.
    Aku jadi makin merasa tuwir dan tambah gaptek aja rasanya :D

    ReplyDelete
  20. aduh aku harus berlari mengejar ketertinggalan

    ReplyDelete
  21. aku sudah mulai bekerja dengan gen Z, diawal mereka memang terkesan seperti banyak menuntut, banyak mau, dan suka mengeluh kalau apa yang didapat tidak sesuai ekspektasi mereka. tetapi, jika diarahkan dengan bijak, dengan sedikit menyelami, anak2 gen z cukup kooperatif sih... dan yap setuju, banya dari mereka yang cepet menyerap teknologi dan kreatif.
    bisa jadi jaman gen Y muncul, hal yang sama juga dirasakan oleh gen X atau gen sebelumnya ya..

    ReplyDelete

Dear friends, thank you for your comments. They will be appeared soon after approval.

Emoji
(y)
:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
:>)
(o)
:p
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
x-)
(k)