5 Aktivitas Menarik Stay At Home Mom (SAHM) Ketika Anak-anak Sudah Besar

Stay At Home Mom (SAHM) semakin menarik untuk dibahas ketika anak-anak sudah besar.



Sebetulnya, saya tidak punya rencana untuk melanjutkan artikel SAHM tersebut. Tapi tiba-tiba mendapat ide dari pertanyaan Sea Ma, pemilik blog www.parenthoodsea.com. Sayang sekali kalau dijawab didalam kolom komentar saja. Pertanyaannya sebagai berikut:



Saya pikir, iya juga ya? 

Memangnya kenapa kalau membangun usaha setelah anak-anak besar? 


Lha saya kan begitu juga? Di artikel terdahulu memang saya tulis bahwa lebih baik usaha disiapkan sebelum keputusan menjadi SAHM diambil agar etos kerja tidak melorot karena keasikan ngurus anak. Tapi ketika anak-anak sudah besar, bukankah sudah tidak sibuk lagi? Bukankah lebih baik membuka usaha daripada gemes nonton Kesempurnaan Cinta yang nggak tegas siapa yang akan dijadikan istri? Heheheee kalimat terakhir ini guyon ya, jangan dilempar cucian ya, ibu-ibu.
Meski sulit menyamaratakan di usia berapa ibu-ibu sudah tidak terlalu diperlukan anak-anak yang mulai mandiri, tapi saya perkirakan rata-rata di usia 40 tahun keatas. Sama sekali tidak telat untuk melakukan banyak hal menarik, kecuali menjadi PNS. Danielle Steel mendulang sukses di usia 43 tahun dan bu Mooryati Soedibyo memulai usaha jamu di usia 45 tahun. Jadi, mengapa tidak?
Saya punya banyak teman seusia (40+) yang memiliki kegiatan keren sehingga tidak banyak mengeluhkan tentang perubahan yang terjadi, dari rumah yang selalu heboh dan berantakan ke rumah yang sepi hanya ditemani suara TV. Dengan melihat aktivitas merekalah, artikel ini juga terinspirasi.

1. Memulai usaha. Tidak ada kata terlambat untuk ini sampai kapanpun. Pengalaman bu Mooryati bisa menjadi inspirasi untuk tidak ragu menetapkan target setinggi langit di usia berapapun mengawalinya. Namun perlu dipertimbangkan, bahwa di usia yang sudah tidak muda lagi tersebut, lebih baik mengasah apa yang sudah dimiliki saja. Misalnya ibu bisanya masak, itu saja dikembangkan dalam bentuk catering atau restoran. Belajar lagi tentu wajib, tapi dalam rangka memajukan bakat yang sudah ada. Jadi, tak perlu mencari-cari diluar diri sendiri hanya karena ingin sesuatu yang langsung hebat. Harus diingat, di usia tersebut sudah bukan saatnya untuk terlalu besar bertaruh karena resikonya bisa menghabiskan apa yang sejak muda susah payah dikumpulkan. Di usia itupun tetap ada proses merintis. Dengan mengandalkan kemampuan yang sudah ada, proses tersebut akan lebih ringan, baik di pikiran, tenaga maupun modal. 

2. Menetapkan goal untuk hobi. Jika selama ini hobi hanya menjadi pelarian ketika sudah stress kesana kemari mengantar anak-anak, mungkin ini adalah waktu yang tepat untuk menetapkan tujuan yang jelas. Misalnya jika sebelumnya senang membuat cerpen, mungkin ini saatnya membuat kumpulan cerpen yang dibukukan atau malah menargetkan novel. Jika tadinya suka menjahit untuk keperluan sendiri, mungkin sekarang bisa membuat blog khusus menjahit. Goal tak harus dalam penghasilan tambahan tapi setidaknya ada suatu bentuk akhir dari sebuah hobi yang dicanangkan, tidak sekedar untuk mengisi waktu.

3. Aktif di lingkungan sekitar atau komunitas. Jika dulunya hanya datang ketika arisan, sekarang ibu bisa ikut kegiatan tambahan lainnya. Seperti yang dilakukan ibu saya ketika saya sudah tidak serumah lagi, yaitu aktif di dawis (dasa wisma). Dari dawis tersebut ibu saya dikirim untuk belajar kerajinan di kelurahan dengan bimbingan disperindag. Ketika warga lereng gunung Merapi mengungsi untuk menghindari letusannya, ibu saya diminta untuk mengajarkan kerajinan tersebut kepada para pengungsi perempuan agar mereka tidak bosan selama berada di pengungsian.
Aktif disini juga bisa dengan menaikkan level sebagai leader lo. Misalnya aktif di organisasi atau malah jadi ketua RT atau RW. Mengapa tidak? Disaat yang muda-muda sibuk berkarier sehingga tidak ada waktu untuk berkontribusi di lingkungan rumah, anda saja yang mengambil alih peran tersebut.

4. Travelling. Travelling ketika masih ada anak-anak bukannya tidak dilakukan, malah seru piknik bareng keluarga. Tapi ketika anak-anak sudah besar dan lebih suka pergi dengan teman sebayanya, apa yang akan ibu lakukan? Menunggu sarang? Bagi yang suka travelling, mengapa tidak diteruskan hobi tersebut? Malah bisa bebas kan, tidak memikirkan siapa yang akan mengantar anak-anak ke tempat tidurnya? Beberapa teman saya melakukan itu tapi mereka memberikan tip agar tidak bepergian sendirian. Bagaimanapun, perempuan, apalagi yang sudah tidak muda lagi, merupakan sasaran empuk kejahatan. Mereka menyarankan untuk ikut rombongan wisata yang banyak ditawarkan agen perjalanan. Selain itu, ikut komunitas seperti teman blogger saya, mbak Evi dari blog www.eviindrawanto.com merupakan alternatif yang sangat baik. Putra beliau sudah jadi dokter lo. Beliau bisa bepergian bareng teman-teman yang sudah dikenal, bahkan bisa bepergian gratis juga.

5. Belajar. Iya, belajar. Belajar itu untuk menjaga semangat hidup, mempertahankan intensitas pikiran dan membuat kita tetap mobile. Tubuh dan pikiran yang biasa sibuk lalu tiba-tiba santai seringkali membuat banyak masalah seperti kesehatan sering terganggu atau kondisi emosional yang labil. Belajar tak harus didalam kelas, bisa yang berupa ketrampilan maupun fisik. Misalnya belajar bahasa, belajar renang, bahkan belajar tari. Belajar di usia tersebut akan menyenangkan karena tidak ada ambisi untuk mengalahkan siapapun, beda dengan belajarnya anak-anak muda.

Nah, banyak kan kegiatan yang bisa dilakukan SAHM ketika anak-anak sudah besar? 


Jika sewaktu memulai SAHM tidak memiliki rencana khusus, masih banyak kesempatan terbuka untuk memulainya ketika tugas menjadi ibu rumah tangga berkurang dengan telah mandirinya anak-anak.

Post a Comment

10 Comments

  1. Kalau lihat simbahku ya begitu...kayak yang ada di point2 mba Lusi. Terutama komunitas dan belajar (pengajian) hwhehe

    ReplyDelete
  2. Artikel ini gw banget! Anak-anak beranjak besar artinya ngga cuma mempersiapkan mereka terbang landas tapi juga siapkan mental sbg ortu yang bakalan "ditingggal" sama mereka. Kalo disikapinya bener, me time kita malah jadi lebih banyak lhooo.
    Thank you tulisannya mak Lusi. Apa kabarnya btw.

    ReplyDelete
  3. Aku pasti bakal mengalaminya nih mbak, sekarang alhamdulillah masih repot banget sama krucils

    ReplyDelete
  4. Aku pasti bakal mengalaminya nih mbak, sekarang alhamdulillah masih repot banget sama krucils

    ReplyDelete
  5. Kalo anak-anak udah pada gede bakal ngerasa sepi juga ya, mba Lusi. Mereka pasti lebih sering menghabiskan waktu sama temen-temennya. Mungkin bisa ambil waktu buat 'pacaran'lagi bedua suami sambil traveling n menikmati hidup. Pasti semua lelah terbayarkan :D.

    ReplyDelete
  6. Aku pengen travelling keliling dunia saat anak2 besar nanti #impian aamiin :D

    ReplyDelete
  7. Aq msh belajar, pas awal nikah blajar jd istri stelah hamil dan punya anak blajar jd ibu, dan seterusnya masih akan terus belajar gak rampung-rampung hihihi

    ReplyDelete
  8. Aaah.. Aku merindukan saat-saat bisa peacefully stay at home mba.. Banyak ide yang semoga nanti bisa tercapai :)

    ReplyDelete
  9. Menunggu waktu itu tiba Mbak, sekarang main dan duduk bareng sama anak-anak, ikut ajakan mereka tidur, meski terbayang pengin inilah itulah...hehee. makasih sharenya Mbak Lusi

    ReplyDelete
  10. Iya, anak-anak udah pada gede sekarang, sudah mulai banyak waktu luang untuk diri sendiri. Biasanya ya aku gunakan untuk ngeblog, setelah beres2 rumah sebelum anak-anak pulang sekolah.

    ReplyDelete

Dear friends, thank you for your comments. They will be appeared soon after approval.

Emoji
(y)
:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
:>)
(o)
:p
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
x-)
(k)