The Best Quote Is Your Quote

Kenal Deepak Chopra, Zig Ziglar atau Jalaluddin Rumi? Saya kira, tidak semua orang benar-benar mengenal mereka meskipun kata-kata mereka dikutip dimana-mana. Saya duga, tak banyak yang membaca buku mereka sebelum mengutip kata-kata mereka. Kata-kata mereka dikutip karena sesuai dengan keadaaan atau konteks si pengutip, bukan karena persamaan konteks mereka dengan konteks buku darimana kata-kata itu diambil. Kata-kata itu mereka comot secara sepotong-sepotong darimana saja, terutama dari internet. Demikian pula ketika mengutip lirik lagu. Pengutip tidak peduli apa makna lirik itu bagi penciptanya. Pengutip hanya menyamakan kondisinya dengan lirik dalam lagu itu. Untuk apa sebenarnya kita perlu mengutip kata-kata orang lain?

kutipan
Photo by Kaboompics .com from Pexels

Manusia itu sebenarnya lemah dan tidak percaya diri. Sekalipun seorang professor yang sudah diakui keilmuannya secara nasional, masih tetap perlu mengutip sana-sini untuk menguatkan pernyataannya. Sekalipun seorang sastrawan terkenal, tetap merasa perlu mengutip sajak-sajak para begawan pendahulu. Sekalipun seorang penulis roman kondang, masih merasa perlu mengutip lagu-lagu melankolis untuk menguatkan suasana sendu. Bahkan saya pernah membaca novel fiksi yang isinya mengutip novel yang lain yang sama-sama fiksi. Tidak terkecuali saya yang juga penggemar kutipan.

Saya yakin para pemilik kutipan telah melalui perjalanan panjang untuk menghasilkan kutipan-kutipan hebat seperti itu, bahkan banyak yang harus melalui perjalanan spiritual terlebih dahulu. Saya memaklumi jika pengutipnya orang umum yang tidak bermaksud mengkomersialkan, hanya menggunakannya sebagai media untuk menyalurkan perasaan. Namun serasa janggal jika seorang professor tidak cukup percaya diri untuk menggunakan kutipannya sendiri.

Tidak semua orang pandai memilih kata-kata untuk menggambarkan apa yang dirasakan. Terlebih membuatnya menjadi kalimat singkat penuh makna sebagai penyemangat hidup. Namun percayalah, tidak ada yang lebih hebat dari kata-kata anda sendiri untuk menggambarkan hidup anda. Namun jika anda mencari nafkah menggunakan kata-kata, jangan percayai saya, percayailah konsumen anda yang mungkin saja senang dimanjakan dengan kutipan-kutipan bombastis ala Shakespeare atau lirik-lirik inspiratif grup band Nidji.

Lebaran tinggal beberapa lagi. Jangan pedulikan kutipan-kutipan dan pantun-pantun garing yang akan bermunculan di sms, mms, bbm, facebook ataupun twitter anda. Karena yang terpenting bukan kata-kata yang kurang pas dikutip itu, melainkan perhatian orang yang mengirimkannya pada anda. Tidak dapat ditukar dengan apapun.

There is no wisdom unless you go through it yourself.

Post a Comment

0 Comments