Inacraft 2012 (7): Stan-stan Ciamik

Sudah saya jelaskan di Inacraft 2012 (6) bahwa laporan saya ini akan sangat mengecewakan teman-teman karena miskin data, foto dan pandangan mata. Selain waktu yang sangat singkat, pemilik stan juga terang-terangan protektif terhadap design mereka sehingga melarang pengambilan foto produk bagi pengunjung yang tidak dikenal. Namun demikian, semoga yang sedikit ini bisa memberi gambaran suasana Inacraft 2012 di JCC Jakarta.

tas inacraft

Secara umum semua stan mengesankan, jauh lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Banyak keprihatinan yang dulu ada sekarang sudah sangat terkurangi. Ini mungkin hasil dari Kode Etik yang diwajibkan panitia untuk para peserta agar Inacraft tidak seperti Pasar Tanah Abang pindah. Meski zoning masih tidak murni, namun penataannya jauh lebih rapi dari sebelumnya. Tidak ada pedagang pasar grosir yang nempel di stan utama, sehingga mengganggu display stan. Entah ya kalau terjadi di hari terakhir. Begitu pula stan-stan binaan lebih tertata rapi dengan produk-produk unggulan, tidak asal jual obralan seperti tahun-tahun sebelumnya.

Prediksi saya sebelumnya, yang akan merajai adalah batik, busana muslimah dan tas. Ternyata itu tidak sepenuhnya benar. Batik memang merajai tapi baju muslimah dan tas tidak terlalu menonjol, rata-rata saja seperti produk lain. Batik ini sangat mengagumkan karena tiap stan memiliki ciri-ciri yang khas dari mulai yang klasik hingga modern, dari yang potongan sederhana hingga glamour. Saya sungguh menyesal tidak memborong ketika diputaran pertama, karena ternyata saya hanya bisa melakukan satu putaran saja.

Di produk batik, ada beberapa yang menonjol. Qonita memiliki dua stan di hall yang terpisah. Qonita yang berasal dari Pekalongan ini dikenal ibu-ibu yang berbisnis baju. Banyak ibu-ibu yang sejak lama kulakan batik dari Qonita, baik secara langsung di pasar Setono atau dipusatnya, atau secara online.

Lalu Dian Pelangi yang sekarang sangat popular dikalangan remaja pengguna busana muslimah. Disini saya hanya sempat mengambil brosur dan berdiri diluar stan, karena stan ini sudah dipenuhi pengunjung sejak pagi. Dian Pelangi menyajikan design yang khas dengan warna-warna cerah.

Selain itu masih ada batik Ollie. Stan ini menciptakan antrian yang sempat memacetkan koridor antara hall A dan hall B. Batik Ollie menyajikan batik dengan kain yang ringan, potongan yang modern tapi sederhana serta warna-warna yang sangat lembut.

Stan lain yang menarik adalah Jenggala keramik karena membuat antri kasir yang sangat panjang sampai menutup stan-stan lainnya. Kebanyakan waktu itu pembelinya orang Jepang. Stan Maharani juga menyajikan interior rumah dari border yang indah. Sayangnya waktu itu juga sangat ramai dan saya tidak ada waktu lagi untuk antri disitu terlalu lama. Bodohnya saya tidak mengambil brosur disana. Karena pengunjung Inacraft kebanyakan dari kalangan menengah keatas, maka stan peserta tidak menyediakan kartu nama sekedarnya tapi justru kebanyakan menyiapkan brosur yang sangat representatif.

Untuk tas, stan Dowa yang berada di Main Lobby paling depan menyajikan tas-tas rajut kualitas ekspor dan sisa ekspor yang harganya tentu lebih murah. Tapi saya tidak membeli tas disini karena saya lebih tertarik dengan tas lukis daripada tas rajut. Sekali lagi, saking terburu-burunya, saya lupa minta brosur atau alamat pemilik stan setelah membeli tas disana.

Untuk oleh-oleh, saya membeli beberapa lampu dan gantungan kunci lucu di Light House. Sebenarnya saya mengincar lampu burung didalam sangkar tapi semuanya sudah sold out meskipun masih dipajang. Saya juga membeli tas-tas kanvas satu set dengan alat lukisnya sebagai oleh-oleh kreatif untuk anak-anak. Murah lo, hanya Rp 80.000 per set. Mengenai pembayaran, tidak hanya atm, sekarang juga tersedia counter untuk credit card, bahkan beberapa stan juga menyediakan kemudahan itu.

Demikian kesan saya. Memang waktunya sangat kurang untuk event kerajinan besar yang hanya diadakan setahun sekali ini. Jempol untuk panitia, jempol untuk seluruh peserta. Orang-orang seperti anda inilah yang memperindah dunia bisnis.

Post a Comment

0 Comments