Dulu-duluan Memulai

Empat bulan lalu, saya terheran-heran membawa pulang roti dengan packaging yang sudah bergambarkan ketupat dan kubah mesjid. Bukankah Lebaran masih lama? Tidak hanya itu, terselip pula brosur kue tart berbagai pilihan yang bisa dipesan untuk pengambilan/pengiriman sehari sebelum Lebaran. Waduh, kok promonya sudah sampai situ?

strategi marketing
Photo by Tracy Le Blanc from Pexels

Tadi saya membaca tweet seseorang yang minta tolong untuk di-retweet-kan oleh seorang selebtwit. Isinya: menyediakan hewan qurban untuk bulan Oktober, lokasi Jateng. Nah, bukankah puasa dan Lebaran saja belum dijalani, kok sudah promosi qurban?

Meski dengan bertanya-tanya, dua bulan lalu saya ikut-ikutan mempromosikan Ladaka Handicraft. Sama seperti reaksi saya dulu, teman-teman banyak yang mempertanyakan promo yang menurut mereka kepagian itu. Tapi kemudian saya paham bahwa langkah saya tersebut malah termasuk terlambat dibidang usaha saya.

Misalnya tentang kue tart tadi. Entah kapan dimulainya kebiasan itu, tapi sudah beberapa tahun ini Lebaran bukan hanya tentang nastar atau kastengels, tapi juga kue tart. Dulu kue wajib adalah blackforest, lalu tiramisu, mungkin sekarang rainbow cake. Promo yang jauh diawal itu seperti menanamkan dibenak konsumen bahwa merekalah yang akan bisa diandalkan untuk menyambut Lebaran kelak, sekaligus memberikan ide-ide apa saja yang bagus untuk disajikan kepada tamu atau keluarga.

Bagi wirausahawan sendiri, cara tersebut bisa digunakan untuk mengukur kebutuhan dan membuat perencanaan lebih baik. Semakin awal konsumen memesan, semakin baik wirausahawan melakukan perencanaan. Produk yang dihasilkan akan lebih bagus karena dikerjakan dengan tidak terburu-buru. Bagi produk yang memiliki daya tahan singkat untuk dikonsumsi, setidaknya wirausahawan bisa melakukan perencanaan bahan dan berinvestasi di bahan, karena sebulan sebelum puasa harga bahan baku naik, dan dua minggu sebelum puasa tarif semua kurir naik. Ini penting untuk mempertahankan harga lama agar reputasi usaha tidak terganggu dengan  sebutan “aji mumpung”.

Meski demikian, teori dan praktek tetap ada anomalinya. Banyak konsumen yang melakukan pemesanan dekat dengan hari H. Ada yang karena tiba-tiba terpikirkan, ada yang sudah lama terpikirkan tapi menunggu dana, misalnya menunggu keluarnya THR. Memang begitulah dinamika berusaha. Namun dalam berusaha, tetap, siapa cepat dapat. Siapa mendahului mengungguli.

Post a Comment

0 Comments