Review Linimassa 2: Tentang Komunitas

Film Linimassa 2 telah diluncurkan. Di artikel saya terdahulu tentang Internet Sehat, saya telah mengenalkan ke teman-teman tentang Linamassa 1, nah sekarang saya akan memperkenalkan kepada teman-teman tentang Linimassa 2. Berhubung saya tidak berkesempatan untuk nonton bareng peluncurannya, saya menonton film Linimassa 2 dari youtube, berdasarkan informasi dari http://linimassa.org.

linimasa media sosial
Photo by Lisa Fotios from Pexels

Secara keseluruhan, ada perbedaan besar tentang cara penyampaian dan gaya bertutur antara Linimassa 1 dan Linimassa 2. Di Linimassa 1 titik berat film adalah pada individu-individu. Kita diajak untuk merenungi bahwa media sosial itu bermanfaat bagi semua kalangan, tidak tergantung strata sosial, latar belakang pendidikan ataupun profesi. Jika mengerti manfaatnya, seorang tukang becak bisa menjadikan profesinya berlipat-lipat kali lebih menyenangkan dan lebih menghasilkan. Dengan media sosial, menggenjot becak bukan hanya sekedar pasrah, keringat bercucuran menunggu ibu-ibu pulang dari pasar, tapi juga mengantar turis-turis asing dan dengan ramah mengenalkan Jogja.

Di Linimassa 2 titik berat film terletak pada manfaat media sosial pada komunitas. Komunitas yang saya ikuti ada lo, KEB (Kumpulan Emak-emak Blogger) yang diwakili “bunda” tercinta, emak Yati Rachmat. Bunda Yati di grup kami memang fenomenal, karena di usia beliau yang sudah 72 tahun di film tersebut, dan tentunya sekarang sudah lebih, bunda sangat aktif di kegiatan KEB baik kopdar, ngeblog maupun menulis buku. Bunda sering memberi tips-tips sehari-hari bagi ibu-ibu yang lebih muda. Tips bunda punya ciri khas, yaitu tegas tapi tetap menghargai orang lain.

Sewaktu saya berlibur ke Jogja, saya twit tentang Kampoeng Cyber. Saya ditanya mas Donny BU dari Internet Sehat apakah sempat bertemu dengan pak RT atau tidak. Sayangnya saat itu suasana liburan sehingga kampung sepi karena sebagian besar warga beraktifitas di Taman Sari yang sedang dibanjiri pengunjung. Kampoeng Cyber di Tamansari ini adalah contoh perkampungan yang memanfaatkan internet untuk mengajari anak-anak menggali informasi sehubungan dengan pelajaran sekolah mereka dan menggunakan media sosial untuk mempromosikan batik sampai ke mancanegara. Perlu diketahui, menurut pengurus koperasi batik Tamansari yang saya temui, Tamansari merupakan cikal bakal batik Jogja.

Jika dilihat dari 2 film yang telah dibuat Internet Sehat, Jogja selalu mendapatkan porsi. Jogja memang unik. Penduduknya bak melting pot, terdiri dari manusia dari seluruh belahan Indonesia dan dunia. Selain budaya yang campur baur, Jogja sebagai kota pelajar tentu dituntut untuk memiliki akses internet yang cepat dan mudah. Uniknya, selalu ada kampung-kampung dimana penduduknya masih sederhana dan tradisional meskipun didalam kota. Tamansari itu misalnya, meskipun di film tersebut tampak sederhana dan tradisional, tapi letaknya termasuk dikota. Aslinya ketika saya kunjungi, ya memang seperti itulah keadaannya.

Linimassa 2 ini juga lebih beragam dan cakupannya lebih luas dibanding Linimassa 1. Selain komunitas ibu-ibu kota besar seperti KEB dan perkampungan seperti Tamansari, Linimassa 2 mencoba menangkap manfaat media sosial dari berbagai sudut, antara lain untuk komunitas ODHA, komunitas tuna rungu, pengabdi PAUD didaerah terpencil Kalimantan, komunitas radio, bahkan digunakan untuk melaporkan kegiatan pemerintah desa di Tasikmalaya. Dari situ kita tahu kebutuhan yang sedemikian besar terhadap media sosial untuk menyuarakan kebenaran dan kepentingan warga. Saya bisa geleng-geleng kepala melihat seorang yang berjasa dan bertanggung jawab terhadap kebutuhan air warga terpencil hanya digaji 240 ribu sebulan untuk pekerjaan yang menantang alam siang malam. Bandingkan dengan SPG saya yang saya gaji 1,26 juta sebulan untuk pekerjaan setengah hari ditempat yang enak.

Linimassa 2 dibuka dan ditutup dengan peran jurnalisme warga yang diwakili Almascatie dari Ambon. Media sosial bisa menyeimbangkan informasi yang didominasi media massa raksasa dan pendapat para pakar. Media massa raksasa memiliki kebutuhan untuk membuat sesuatu yang biasa menjadi luar biasa agar kita memperhatikan. Informasi itu semakin dahsyat dengan pendapat para pakar yang menganalisa secara luar biasa pula agar kepakarannya sah. Tapi warga yang berada di TKP, tahu kondisi sebenarnya dan bisa mengabarkannya secara langsung melalui media sosial.

Saya tercekat dan menghela nafas dalam-dalam. Sebuah smartphone bisa sedemikian bermanfaat dan membantu memperbaiki taraf hidup masyarakat. Apalagi jika ada akses internet dan gadget yang lebih memadai, tak terbayangkan seberapa besar kemajuan yang bisa kita raih. Sekecil apapun gadget yang mampu mengakses media sosial, mampu memberi perubahan besar bagi yang paham manfaatnya. Secanggih apapun akses dan peralatan yang dimiliki, tak berarti apa-apa bagi yang hanya menggunakannya untuk bergosip, galau dan twitwar.

Linimassa 2 juga dipersyahdu dengan alunan lagu Glen Fredly dan dipermanis dengan kehadiran Manda dari Elshinta sebagai reporter. Manda yang tampil lengkap dengan kamera kerennya ini di beberapa sesi kok memakai baju yang sama ya? Hehehe…. guyon.

Terima kasih tim Internet Sehat yang telah membuka mata kita semua bahwa kita bisa melakukan apa saja di media sosial. Kita bisa melakukan hal-hal kecil yang bermanfaat bagi sekitar kita, tapi kita juga bisa melakukan hal luar biasa yang berdampak besar bagi masyarakat.

Post a Comment

0 Comments