Mempersatukan ASEAN, 10 days for ASEAN

Lomba blog #10daysforASEAN yang diselenggarakan aseanblogger.com memasuki hari ke sembilan. Setelah selama delapan hari kita membahas berbagai masalah yang dihadapi oleh negara-negara ASEAN, kita sampai masalah utama yang harus diselesaikan ASEAN untuk melaksanakan Komunitas ASEAN 2015 dengan lancar, yaitu mempersatukan ASEAN.

asean

KTT ASEAN ke-22 Brunei

KTT ASEAN ke-22 diselenggarakan di Brunei, ada bulan April 2013 dan dihadiri oleh para pemimpin ASEAN, kecuali perdana menteri Malaysia yang tengah disibukkan oleh pemilihan umum. Pertemuan-pertemuan tingkat pejabat negara-negara ASEAN semakin penting dilakukan dengan semakin dekatnya pelaksanaan Komunitas ASEAN 2015. Negara-negara ASEAN harus terus-menerus menyelaraskan langkah agar jurang perbedaan bisa dipersempit.

Pokok-pokok pembicaraan dalam KTT ASEAN ke-22 Brunei adalah: realisasi Komunitas ASEAN, konektivitas ASEAN, permohonan resmi Timor Leste untuk menjadi anggota ASEAN, kesadaran ASEAN, hubungan eksternal, isu-isu regional dan internasional, Group of Twenty (G20), Asia-Pasific Economic Conference (APEC) dan World Trade Organisation (WTO).

Pokok pembicaraan yang luas tersebut disebabkan oleh perkembangan ASEAN sendiri, bahkan percepatan Komunitas ASEAN dari tahun 2020 menjadi tahun 2015, tak lepas dengan apa yang terjadi diluar ASEAN. Sedangkan realisasi Komunitas ASEAN mendapatkan perhatian utama karena masih adanya kesenjangan ekonomi dan sosial para anggotanya.

Realisasi Komunitas ASEAN

Dalam pembahasan realisasi Komunitas ASEAN di tahun 2015 mendatang, para pemimpin negara ASEAN tersebut bertemu untuk melihat kemajuan implementasi ASEAN Charter, Roadmap for an ASEAN Community dan Bali Concord III. Para pemimpin sepakat mengintensifkan kinerja untuk merealisasikan Komunitas ASEAN yang terpadu secara politis, terintegrasi secara ekonomi dan dapat dipertanggungjawabkan secara sosial dalam menghadapi tantangan regional dan global.

Dalam menghadapi kesenjangan pembangunan, disepakati pelaksanaan IAI Work Plan II dan rencana realisasi Millenium Development Goals (MDGs) sebagai antisipasi skenario yang mungkin terjadi setelah pelaksanaan Komunitas ASEAN. Para menteri akan mengevaluasi perkembangannya tiap pertengahan semester.

Sedangkan untuk memantau perkembangan dan perubahan peta geopolitik, para pemimpin menugaskan ASEAN Coordinating Council (ACC). ACC juga bertugas memberikan rekomendasi masalah-masalah penting yang harus dibahas dalam KTT ASEAN ke-23 mendatang.

3 Pilar ASEAN

Sejak mula sudah disadari bahwa tiga pilar yang dimaksudkan untuk menyangga terlaksananya Komunitas ASEAN 2015 memiliki tantangannya masing-masing.

Pilar pertama, yaitu politik-keamanan. Negara-negara ASEAN sepakat untuk tetap berpedoman pada cetak biru ASEAN Political-Security Community (APSC). Sebagai tahap awal keterbukaan kepada sesama anggota, akan diluncurkan ASEAN Security Outlook (ASO). Selanjutnya, ASEAN sepakat untuk menjaga kerjasama keamanan, menetapkan ASEAN sebagai kawasan bebas senjata pemusnah massal, mencegah terorisme, memberantas perdagangan manusia dan membersihkan ranjau darat bekas perang. Untuk penghargaan terhadap hak asasi manusian telah diperkenalkan ASEAN Human Rights Declaration (AHRD). Sedangkan secara eksternal, ASEAN menghadapi masalah utama sengketa Laut China Selatan yang melibatkan Cina dan beberapa negara ASEAN sekaligus. Masalah ini berusaha diselesaikan secara bersama-sama dan sudah menghasilkan Code of Conduct in South China Sea yang berbasis konsensus antara negara-negara yang terlibat.

Pilar kedua, yaitu ekonomi. Masalah investasi, transportasi dan bea cukai mendapat sorotan utama. Sebanyak 259 parameter atau 77,54% cetak biru ASEAN Economic Community (AEC) telah terlaksana, dengan mencatatkan kenaikan pendapatan perkapita regional dari 2267 USD ditahun 2007 menjadi 3759 USD di tahun 2012. Program lain yang terus diintensifkan adalah ASEAN Non-Tariff Measures (NTMs), realisasi ASEAN Single Window, ASEAN Customs Transit System dan Protocol on Enhanced Dispute Settlement Mechanism.

ASEAN juga bekerjasama mengembangkan usaha kecil menegah (small and medium enterprises / SMEs), menciptakan lapangan kerja dan memperkenalkan jaring pengaman sosial. Di sektor pariwisata sudah ditandatangani ASEAN Mutual Recognition Arrangement (MRA) on Tourism Professionals dan merintis bebas visa untuk perjalanan antar negara ASEAN dan ASEAN Common Visa untuk wisatawan dari luar ASEAN. Diatur pula berbagai kebijakan di bidang pangan, kelautan dan berbagai produk usaha. ASEAN Framework for Equitable Economic Development (AFEED) akan bertugas memantau perkembangan penyetaraan ekonomi ASEAN.

Pilar ketiga, yaitu sosial-budaya. Dalam cetak biru ASEAN Socio-Cultural Community (ASCC), pemuda mendapatkan peran utama dengan dibentuknya ASEAN Youth Volunteer Programme (AYVP) yang akan mempelopori solidaritas ASEAN. Pilar ini juga memberi perhatian khusus pada olahraga, perempuan, perubahan cuaca dan manajemen bencana, kabut asap, disabilitas, kesehatan dan penguatan sumber daya manusia. Itu semua penting untuk membangun kesadaran ASEAN sehingga membentuk identitas bersama ASEAN.

Persatuan ASEAN

Persatuan bisa diwujudkan jika pihak-pihak yang berniat menyatu, memiliki persamaan identitas yang muncul karena persamaan persepsi, kepentingan dan tujuan. Persepsi akan budaya, kompetensi, ancaman dan peluang untuk mewujudkan kesejahteraan bersama, merupakan perekat yang akan mampu menyatukan bangsa-bangsa di ASEAN ke dalam Komunitas ASEAN 2015. Perbedaan akan selalu ada dan tak mungkin dihilangkan sama sekali, namun kuatnya keinginan untuk meraih kesejahteraan yang hanya bisa dicapai jika dilakukan bersama-sama, akan mampu menempatkan perbedaan itu dibelakang semua yang terpenting bagi ASEAN. Our People, Our Future Together. Rakyat Kita, Masa Depan Kita Bersama.



Sumber:

Asean.org

Post a Comment

0 Comments