Sebagai penanggung jawab urusan dalam negeri, ibu-ibu selalu mengalami perang batin antara mengerjakan sendiri atau membayar sepanjang masa.
Bagi ibu-ibu, ngirit itu adalah prestasi. Sekalipun tidak kekurangan, keberhasilan ngirit memberikan kepuasan tersendiri. Apalagi yang penghasilannya pas-pasan, ngirit itu bagaikan sebuah kemenangan. Meski sedang umbah-umbah, nyuapin anak atau ketawa ketiwi dengan rekan sekerja, pikiran ibu-ibu yang bak kalkulator berjalan terus saja menghitung apa dan bagaimana aktivitas rumah sejam, dua jam atau bahkan besok akan dilakukan. Pengolah data anugrah Allah ini tak kenal lelah menganalisa kegiatan mana yang sebaiknya dilakukan sendiri dan mana yang cukup dengan membayar saja. Apalagi sekarang banyak pilihan peralatan rumah tangga yang bisa membantu menyelesaikan bermacam-macam pekerjaan.
Setidaknya ada beberapa kegiatan rumah utama yang selalu dipikirkan untuk dikerjakan sendiri atau membayar saja. Tentusaja masing-masing ibu memiliki pertimbangan yang tidak sama karena kondisi keluarga yang berlainan.
Persoalan Baju
Dibandingkan dengan bersih-bersih rumah, ternyata manajemen baju lebih menarik komen ibu-ibu pengunjung blog saya ini.
Membandingkan ibu satu dengan yang lainnya tentu tak adil. Ada ibu dengan anak lima dan bekerja kantoran yang sanggup mengerjakannya sendiri, mungkin dibantu anak-anaknya. Ada ibu dengan satu anak dan bekerja dari rumah tapi merasa kewalahan dan membayar asisten. Jika berhitung, ibu yang mengerjakan sendiri akan lebih irit. Sebagai perbandingan pilihan, asisten tak menginap disini sekarang Rp 800.000,- per bulan dan laundry (cuci setrika) Rp 7.000,- per kilogram. Apakah ibu yang membayar asisten meski sepintas terlihat lebih banyak waktu luang harus merasa bersalah? Jangan ya bu, kita tidak perlu merasa begitu. Input dan sistem analisa masing-masing kita berbeda karena kita juga menetapkan output yang berbeda pula. Output tersebut berdasarkan kebutuhan masing-masing keluarga, yang tidak akan cocok dengan keluarga lain. Ada yang mengharapkan output kebersamaan keluarga dalam mengerjakannya, ada yang penginnya punya banyak waktu untuk gegoleran bersama-sama. Apapun keputusan ibu, itulah yang paling benar.
Persoalan Asisten
Iya betul, persoalan asisten kalah seru dibandingkan dengan persoalan baju di blog ini. Heheheee.... Meski jaman sekarang aktivitas keluarga lebih dinamis dan secara ekonomi banyak yang lebih baik, nyatanya kebutuhan asisten tidak lantas meningkat tajam. Mungkin ini dikarenakan makin banyak pilihan pekerjaan sehingga makin sulit mencari orang yang mau menjadi asisten rumah tangga. Mungkin juga karena sekarang ada banyak pilihan untuk memecahkan masalah penting tersebut. Misalnya, asisten tak perlu full time, bisa juga cuma di jam bahkan di hari tertentu saja. Bagi keluarga yang sibuk bekerja di luar rumah dan punya anak, bisa memilih penitipan anak atau full day school dengan pertimbangan lebih baik ditangan orang yang secara khusus dididik untuk menangani anak-anak daripada ditinggal bersama asisten yang berpendidikan rendah. Kerjakan sendiri atau bayar menjadi hak prerogatif tiap keluarga, tak seorangpun berhak memberikan penilaian. Yaaah.... paling-paling diomelin sang nenek ya kalau nggak sesuai dengan pemikiran beliau. Heheheee....
Persoalan Makan
Persoalan makan ini agak tricky karena banyak anggapan bahwa mengerjakan atau masak sendiri itu lebih murah.
Padahal, layaknya orang jualan, ada yang namanya harga ekonomis yang bisa dicapai jika memasak dalam jumlah banyak. Misalnya, memasak rendang dengan 1/4 kg daging itu menurut saya tidak perlu. Tapi ibu jangan merasa bersalah memasak semuanya sendiri meski porsinya kecil karena ngirit itu tidak hanya berupa dampak langsung berupa jumlah uang belanja tapi juga dampak tak langsung, yaitu kesehatan. Memasak sendiri memastikan semua bahan dan cara memasak higienis. Sebaliknya, misalnya kita mau ngunduh arisan kampung di rumah. Biasanya arisan kampung hanya perlu menyediakan jajanan sederhana. Banyak ibu yang membuatnya sendiri, selain lebih ngirit, juga hasilnya bisa dibanggakan. Tapi jika tak punya waktu karena banyak kegiatan, santai aja bu, pesan ke tetangga atau beli saja di pusat-pusat jajan. No guilty feeling.
Yah begitulah seorang ibu dalam mengatur keuangan dan kegiatan keluarga, matematikanya tingkat lanjut. Heheheee....
19 Comments
Perang batin tiada akhir ya mbak...aku klo masak sih masih oke lah yg nggak sanggup itu nyuci nyetrika...i hate both of them. Rasanya mending nulis ato apalah Daripada melakukan 2 hal itu. Jaßi biarkan urusan itu kuserahkan pada londry ajah... ;)
ReplyDeleteyes ngirit adalah tantanganku saat ini lepas dari resign
ReplyDeleteharap harap cemas bisa ga ya, ga jajan kayak biasanya pas masi kerja (dulu seringnya jajan mam siang sih terutama)
sekarang apa2 masih sendiri,lha wong masih berdua hehe.tapi pas lagi isi mulai deh baju dilempar ke londry xixixixi *ini permintaan paksu,jadi saya gembira banget ckckck*. Tapi,belum keabayang nanti pas punya anak,aduh...belum kebayang deh mak xixixixixi *masihlabil*
ReplyDeleteHahahaha, ngirit itu prestasi. *Setujuuuu banget!!
ReplyDeleteSaya suka ngirit tapi suami kok nggak yakin sama kerjaan saya, terutama masak. Hahaha...
ReplyDeletePersoalan ibu-ibu tetap aja ya seputar cuci baju, setrika, masak dan ART. Semua kembali pada diri masing-masing, lebih nyaman apa enggaknya. Sementara ini aku laundry krn mesin cuci rusak, urusan masak tetep sih tapi sesekali beli lauk kalo sabtu minggu :)
ReplyDeleteNo ART neh Mbak, dan masak sendiri yg lebih sering krn kalau beli srg serba bingung mau beli menu apa lagi? Kalau beli sebatas utk variasi atau krn hari itu pulang kesorean *belajar jadi IRT*
ReplyDeletengirit itu emang untuk emak2 sejati..hahaha...disitulah prestasi emak2 :) hahahaha
ReplyDeletesampai saat ini saya mengerjakan sendiri mbak, soale ya pengen ngirit ya sayang juga ngeluarin orang untuk membayar sesuatu yang bisa kita kerjakan, tapi pernah juga sih waktu malesnya minta ampun bayar orang deh buat nyetrika hehe
ReplyDeletekadang suka mikir, saya ini ngirit atau pelit sih :))
ReplyDeleteAkk, ngirit perlu banget sekarang, apa2 mahal huhu..semangat ibu-ibuu....
ReplyDeleteUh,... ini curhatan aku banget. Ibu beranak 4 dengan 2 di antaranya masih kecil-kecil, ngerjain pekerjaan rmah bukanlah hal mudah. Kalo lagi repot banget, atau terlalu numpuk banget, aku minta bantuan tetangga yang emang sering jadi ART. Tapi kalo masih ter-handle mah, aku kerjain sendiri. Apalagi kalo anak-anak lagi saroleh. Sayang duit, euy :D
ReplyDeleteSebentar lagi aku sepertinya akan melibatkan asisten rumah tangga untuk nemenin Dedek. Hihihi Semoga dapat orang yg dekat2 sini. Syukur2 mau menginap. :D
ReplyDeleteCapeeek yaaa mak.. Perang terus ;). Aku selama di luar selalu mengerjakan sendiri, jadi di Indonesia terbiasa dan butuh ART lebih untuk menjaga rumah. Sebelnya kalau di Jakarta suka lamaaaa di jalan karena maceeetz ;)
ReplyDeleteAku ngakak lo baca postingan ini, karena sambil membayangkan perdebatan yang selalu terjadi antara aku & suami "Panggil mbak nggosok sono, biar cepet beres & rapi" omel suami "entarr, aku kerjain sendiri aee, hemat jeeeh" tapi trus maungerjain awang2en, maju mundur jelek ga selese2 :)))
ReplyDeleteJadi ingat di rumah juga sempat jadi bahan debat hingga akhirnya anak2 diajari nyuci baju sendiri. Baik yang laki maupun yang perempuan. Awalnya masih dibantuin tapi sekarang udah bisa mandiri. Alhamdulillah ^_^
ReplyDeletemasak sendiri lebih puas makannya. Dan gak was-was mikirin ini bahannya dicuci dulu apa gak :D
ReplyDeleteSepakat ngirit demi keamanan dan kesejahteraan keluarga...
ReplyDeletekalo saya triknya, masak yg praktis serpti tumisan dan goreng ikan/ayam trus sediakan ajac cemilan di rumah yg cukup biar kalo msh pd lapar tinggal makan kaya buah dan sereal :)
ReplyDeleteDear friends, thank you for your comments. They will be appeared soon after approval.
Emoji