Rumah Aman

Rumah adalah sarang, tempat kita berlindung dari panas, hujan, lapar dan takut. Apa jadinya jika rumah tidak bisa memberi kita perlindungan lagi? Apa jadinya jika yang terbayang dalam kata “pulang” justru  sebuah kengerian?

rumah
Photo by Gylfi Gylfason from Pexels

Setengah jam setelah saya terlelap, terdengar jeritan anak saya. Seorang laki-laki berdiri didepan kamarnya sambil menggenggam pisau. Refleks kami semua berteriak. Orang itu tidak mengamuk, melainkan lari membawa serta laptop, tablet dan kamera. Tas saya sempat hilang, lalu ditemukan polisi dalam kondisi semua isinya dikeluarkan dan ditinggalkan. Hanya uang 20 ribu rupiah didalamnya yang diambil. Beberapa kartu kredit dan atm dibiarkan terhambur karena memang tak mungkin bisa digunakannya.

Setelah penyelidikan TKP dan BAP, beberapa jam kemudian kepala unit reserse menyempatkan datang sendiri membawa 3 petugas reserse lapangan. Dalam pengumpulan keterangan lanjutan, bapak kanit serse menceritakan beberapa hal yang patut diperhatikan.

  1. Bahwa penjahat tidak selalu melakukan pengamatan mendalam. Mereka sering hanya melihat apa yang tampak diluar. Mungkin mereka mengira saya kaya raya, padahal pas-pasan saja.

  2. Penjahat cukup sabar menanti kesempatan. Kesempatan itu datang ketika pagar  kecil untuk lewat orang lupa digembok.

  3. Pencuri juga tidak langsung masuk. Mereka akan mulai dari luar dulu. Jika keributan yang mereka timbulkan tidak membangunkan penghuni, barulah mereka masuk rumah.

  4. Karena umumnya rumah menggunakan teralis, maka mereka tidak memaksakan diri mengambil benda-benda yang besar jika tidak terpaksa. Dengan kayu panjang dan kantung kain, setelah mencungkil jendela dengan pisau, mereka akan berusaha memancing benda-benda kecil berharga seperti tas, dompet dan handphone. Pernah sebuah mess kehilangan seluruh handphone penghuni meski semua penghuni ada di kamar masing-masing.

  5. Karena dari memancing itu pencuri hanya mendapatkan 20 ribu rupiah setelah kerja keras mencungkil 4 jendela, kemungkinan itu memicu mereka untuk nekad membongkar paksa pintu.

  6. Pencuri mampu membongkar apa saja hanya dengan sebuah pisau, karena itu disarankan untuk menambah pengaman lain seperti teralis, kunci gembok, bahkan alarm.

  7. Pastikan ada speed dial nomor telepon polisi, tetangga dan orang yang bisa kita andalkan disaat darurat. Waktu itu kami harus telepon 108 berkali-kali untuk bertanya no telepon kantor polisi terdekat karena no 112 sulit dihubungi. Teriakan kami juga tak terdengar tetangga karena rumah disekitar kami umumnya berhalaman luas. Polisi baru datang setelah dijemput oleh sopir kami yang tinggal tak jauh dari rumah kami.

  8. Pastikan disamping kita tidur ada handphone, lampu darurat dan kunci rumah. Banyak orang yang nyinyir menyindir tentang kebiasaan orang menyanding handphone ketika tidur. Padahal sudah beberapa kali saya merasakan manfaatnya yaitu ketika gempa Jogja dan sekarang rumah dibobol pencuri.

  9. Untuk pertahanan diri, siapkan rotan atau stick golf karena tidak mudah patah dan cukup sakit jika dipukulkan. Memang aneh rasanya bersiap tidur sambil memikirkan kemungkinan akan berkelahi dengan orang lain, tapi selama kita merasa belum yakin dengan keamanan sekitar rumah, mau tak mau kita harus bersiap.

  10. Pastikan lampu luar bisa menyala terang-benderang dan redupkan lampu dalam, karena pencuri akan berdiri ditempat gelap untuk memandang tempat yang terang.

  11. Aktif di siskamling. Jika tidak mampu mengikuti siskamling karena harus bekerja keesokan paginya, bicarakan baik-baik dengan pak RT untuk dicarikan solusinya, misalnya dengan membayar satpam.

  12. Jika ada suara mencurigakan dimalam hari, jangan malah tidur karena takut hantu, tapi harus di cek suara apa sebenarnya itu tadi. Ada yang menyarankan untuk mendehem keras-keras agar di pencuri mengurungkan niatnya karena di penghuni masih belum tidur. Itu tidak efektif karena pencuri cukup sabar untuk menunggu suasana aman. Menurut polisi, pencuri itu sudah lama berada di teras samping, hanya berbatas jendela lebar dari tempat saya mengetik, bukan setengah jam dari rentang waktu saya masih melek sampai tidur.

  13. Berdoa sebelum tidur agar dijauhkan dari bahaya ketika kita lelap dan agar dibangunkan ketika kita dalam bahaya.

Satu hal yang harus selalu diingat bahwa keluarga dan nyawa adalah prioritas yang tak bisa ditawar. Tak perlu mengejar penjahat jika kondisi tidak memungkinkan karena tanpa bantuan. Ikhlaskan saja. Bahkan jika didalamnya terdapat memory suka dan duka, perjalanan panjang hidup kita yang tak mungkin bisa terulang. Juga meski didalamnya terdapat rencana panjang perjalanan hidup yang berusaha kita raih.

Maha kuasa Allah atas segala milikNya.

Post a Comment

5 Comments

  1. ya Allah.. mengerikan sekali mbak.. semoga gak kejadian lagi ya.. Dan terima kasih utk tipsnya..

    ReplyDelete
  2. jadi ikutan takut nih mbak, semoga gak terjadi lagi ya

    ReplyDelete
  3. Masya Allah, seram sekali Mbak. Semoga anak2 tidak trauma dengan kejadian ini ya. Dan terima kasih atas tipsnya. Saya print.

    ReplyDelete
  4. Peluk Mbak Lus..
    Yang pening keluarga selamat semua ya Mbak. Duh ngeri banget ngebayanginnya :(

    ReplyDelete
  5. selalu aman di dalam rumah sendiri.... tentram selalu :)

    ReplyDelete

Dear friends, thank you for your comments. They will be appeared soon after approval.

Emoji
(y)
:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
:>)
(o)
:p
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
x-)
(k)