Cara Membeli Kerajinan Standar Ekspor di Jogja

Teman saya yang mengelola perusahaan kerajinan ekspor kebingungan mencari pinjaman produk ke teman saya yang lain. Besoknya, akan datang rombongan dua bus ibu-ibu pejabat suatu instansi ke pabrik. Lho, memangnya tidak punya stock? Ada dong, dua gudang malahan. Lha, kok masih mau nambah lagi?  Selera Indonesia itu berbeda dengan selera masyarakat negara lain, entah itu sesama Asia, apalagi Eropa dan Amerika. Jadi, produksi pengusaha kerajinan untuk ekspor sering tidak bisa dijual di pasar dalam negeri. Akhirnya mereka hanya menyimpan saja sisa produksi di gudang untuk keperluan pameran atau untuk sample jika ada buyer asing datang.

kerajinan ekspor jiffina

Di lain hari, ketika saya memajang foto-foto produk tersebut di blog saya, teman-teman bertanya, dimana bisa membeli produk-produk "nyleneh" itu? Sebenarnya produk tersebut bisa dengan mudah dibeli di sekitaran Jogja. Tapi ya itu tadi, seperti yang saya tulis di paragraf atas, produk-produk tersebut tidak bisa dijumpai di Beringharjo atau Mirota Batik. Di Kasongan masih bisa, meski terbatas, ada toko khusus sisa ekspor yang letaknya dekat dengan jembatan.

Dulu saya juga mengganggap kerajinan berstandar ekspor itu "nyleneh". Tapi setelah tahu sedikit seluk beluknya, ternyata kerajinan berstandar ekspor itu justru fungsional, sustainable dan ramah lingkungan. Proses produksinya sudah dipikirkan dari ketersediaan bahannya di alam, edukasi ke sumber daya alam, fungsinya hingga efisiensi pengiriman. Maka, sering kita jumpai produk tersebut menggunakan bahan alam yang kita sepelekan dan dalam set 2, set 3 atau folding. Selain itu, motifnya pun tidak lazim, menyesuaikan dengan musim atau cuaca di negara tujuan. "Nyleneh" jadinya kan? Lalu mengapa kita harus membelinya? Karena designnya sudah dipikirkan oleh ahlinya sehingga membuat ruangan efisien dan elegan, serta kita sedikit demi sedikit meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan.

Kebanyakan pengusaha kerajinan berstandar ekspor punya website. Karena merupakan produk ekspor, maka yang diharapkan adalah pesanan wholesale. Kalau tidak bisa satu kontainer 20 feet, buyer akan belanja lagi ke pengusaha lain supaya bisa dikonsolidasi hingga tercapai quantity satu kontainer penuh dan mencapai harga ekonomis. Karena itu, website-website tersebut hanya mencantumkan bahan, ukuran dan loadability. Jika berminat, buyers akan menghubungi contact yang tercantum untuk mendiskusikan design, harga dan loadability-nya di kontainer.

Kalau kita yang berminat bagaimana? Naaa.... jaman saya belum ngerti dulu, suka takut-takut gitu ya. Gimana kalau mahal? Gimana kalau pakai dollar? Ternyata anggapan itu salah, saudara-saudara. Harganya memang tidak sampai sepuluh ribu tiga, tapi paling tidak sesuai dengan kualitasnya. Dibandingkan dengan toko produk-produk antik di kawasan elite Jakarta, disini pasti lebih murah meski sudah ditambah biaya kirim. Hanya saja tidak bisa sembarangan masuk, yaaa....

Pertama harus diingat bahwa hampir semua pabrik atau workshop tersebut mengenakan jam kantor dan tidak ada SPG. Jadi, meskipun mayoritas punya showroom, yang melayani adalah staf marketing. Ini dilakukan staf marketing tersebut sambil melakukan kegiatan kantor lain yang seabrek karena showroom tersebut bukan toko atau gallery. Jadi teleponlah dulu atau email dulu deh kalau keder, sampaikan maksud dengan jelas sedang mencari apa dan boleh tidak produk-produk tersebut dilihat untuk dibeli. Kalau tidak sedang sibuk, mereka senang kok ada yang datang, lumayan mengurangi stock. Menyimpan stock kan beresiko barang cepat rusak. Bagaimana jika akhirnya tidak jadi membeli? Tidak apa-apa asal kita menyampaikan dengan baik bahwa tidak menemukan yang kita cari.

Harus diingat pula bahwa staf marketing tersebut bukan customer service online shop. Jadi jangan bikin sebel dengan meminta dikirimi foto macam-macam. Dari website-nya sudah jelas terlihat kok apa saja yang mereka produksi. Oiya, jangan norak panggil-panggil "sis" atau "say" ya heheheee.... Saat ini juga jamannya diserukan "usaha tanpa modal", jadi banyak yang datang ke pabrik dengan alasan bombastis ingin melihat-lihat tapi nyatanya cuma mengumpulkan brosur untuk modal jualan. Hellooo.... Bagi yang sudah lumutan di bisnis kerajinan, itu ketahuan banget kok dari gesture tamu ketika pertama kali masuk ke showroom. Dijamin deh, mbak-mbak staf marketingnya mrengut. Jadi, terus terang aja, tujuannya mau apa.

So, ayo kita hiasi rumah kita dengan produk-produk dalam negeri yang berkualitas. Selamat berburuuu.... ^_^

Post a Comment

4 Comments

  1. kapan ya bisa jalan2 menjelajah barang2 tersebut :)

    ReplyDelete
  2. Maaaaak...makasih bocorannyaaa...saya penggila handicraft dan seriiing sekali mencari barang2 yang lucu-lucu..terutama yang berwarna ungu hehehehe...apalagi aku selalu bawa banyaaaak kalau lg penempatan di LN...Dan teman-teman asingku juga sukaaa banget. aku sering 'mentok' kalau jalan2 ke Jogja, mau cari oleh2 ke situ-situ lagi...berarti kudu konsultasi yang dirimu ya mak :D>..

    ReplyDelete
  3. beneran, baru ngerti kalau ternyata barang ekspor dan barang dalam negeri itu berbeda. wah, wah, nanti bisa dicari mbak pas ke jogja. makasih infonya :)

    ReplyDelete
  4. wadahnya cantik banget mbak jadi pinginnn :)

    ReplyDelete

Dear friends, thank you for your comments. They will be appeared soon after approval.

Emoji
(y)
:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
:>)
(o)
:p
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
x-)
(k)