Kisah Yang Membedakan Bekas Dengan Antik
Ceritanya saya mendatangi sebuah pameran. Sebuah benda unik dipamerkan di ruang utama, dihampari karpet dan diberi rantai pembatas. Bendanya enggak usah disebutkan ya, nanti ketahuan pamerannya apa, kasihan panitia yang sudah bekerja keras. Hehehee.... Sayangnya ada satu detil kecil tapi sangat penting, yang terlupakan oleh panitia, yaitu keterangan tentang benda tersebut. Saya cuma melongo karena kebetulan tidak ada yang menjaganya pula, jadi saya tidak bisa bertanya. Saya berlalu dari ruangan itu, mengambil gambar pun tidak. Toh saya tidak tahu itu benda apa.
Foto hanya ilustrasi |
Jaman sekolah dulu, tiap pulang dari digiring nonton pameran pembangunan, saya selalu menggerutu, "Isinya cuma foto sama grafik."
Seberapa penting sih sebuah keterangan itu? Dalam buku saya Berani Ikut Pameran, saya menyarankan agar tidak pernah meninggalkan detil sebuah produk. Kadang kita terlalu sibuk melayani pengunjung (biasanya pameran selalu ramai pengunjung), sehingga ada beberapa pengunjung yang terabaikan tanpa mendapat informasi apapun tentang produk kita. Sayang, kan. Susah lo membuat pengunjung melirik stan kita lalu mendekati display kita. Jadi, meskipun pengunjung tersebut belum terlayani, setidaknya dia bisa membaca sendiri produk yang dipegangnya dari hang tag.
Keterangan tentang sebuah benda atau produk yang dipamerkan itu sangat penting tapi juga tidak perlu berlebihan seperti yang biasa ada di pameran pembangunan. Pengunjung yang datang tidak akan berlama-lama membaca sebuah keterangan yang panjang, jadinya mubazir. Tapi jangan sampai pula pengunjung tidak mendapatkan keterangan apa-apa, yang berarti sama mubazirnya. Ketika pameran Riau Expo tahun lalu, saya terkesan dengan kesiapan stan Bea dan Cukai yang menyediakan booklet terpisah, yang masing-masing tentang berbagai layanan Bea Cukai yang paling sering berhubungan dengan masyarakat umum. Masalah kepabeanan cukup rumit untuk dipahami ditempat. Dengan booklet itu, pengunjung bisa membacanya lagi dirumah. Dan dengan tema yang berbeda-beda, pengunjung bisa memilih yang sesuai dengan kebutuhannya.
Bagaimana dengan benda antik? Dari bentuknya saja kita sudah paham kalau itu benda kuno. Tapi apakah kekunoannya itu cukup berharga untuk disebut antik atau sekedar barang bekas saja?
Memberi kisah pada sebuah benda itu bisa menambah nilainya, meski tak selalu berupa nominal. Di dunia kerajinan ini sudah lazim dilakukan, terutama untuk produk ekspor. Kisah dibalik sebuah benda tak harus berupa cerita tentang keluarga kerajaan yang pernah memilikinya, tapi bisa berupa perjalanan benda itu. Misalnya, dari sebuah kursi ada kisah tentang bahan bakunya, yaitu berupa kayu limbah industri yang di recyle. Contoh lain adalah produk anyaman pandan yang diberi kisah tentang kegunaan pandan dalam kehidupan sehari-hari para ibu, ketersediaannya yang berlimpah dan cara pengolahannya yang ramah lingkungan.
Mungkin hanya ibu-ibu yang paham harga sebuah tas ori tanpa banyak keterangan heheheee. Tapi diluar itu, jika teman-teman menjadi penyelenggara atau peserta pameran, baik untuk tujuan edukasi ataupun komersil, jangan biarkan benda yang didisplay teronggok diam tanpa makna.
7 comments for "Kisah Yang Membedakan Bekas Dengan Antik"
Di Museum juga tidak semua benda diberi keterangan.. sayang sekali padahal....
Kalaupun pas ada dan aku datang, seringnya displaynya gak menarik, selain itu penjaganya juga gak banyak bantu untuk memberikan informasi yg dibutuhkan pengunjung.
Alhasil... banyak yg cuma datang dan lihat2 aja.
Dear friends, thank you for your comments. They will be appeared soon after approval.