Pembeli Tak Pernah Baca How To Buy
Berdasarkan pengalaman, calon pembeli atau pembeli tak pernah membaca 'how to buy' atau 'cara pembelian' yang biasanya ada di website online shop. Saya sendiri begitu juga ketika melakukan pembelian online. Yang biasanya dilakukan adalah langsung mengisi keranjang belanja. Jika malas menggunakan keranjang belanja atau online shop tersebut tidak menggunakan keranjang belanja, biasanya calon pembeli akan langsung mencari nomer kontaknya. Yang sekarang paling banyak digunakan adalah SMS, BB (Blackberry) atau WA (Whatsapp). Akun media sosial juga sering digunakan, tapi jika sudah menjurus ke pembelian, biasanya 3 fasilitas itulah yang digunakan.
Biasanya, daripada sibuk meminta calon pembeli mengikuti aturan yang telah ditulis di 'how to buy' itu, pengelola olshop memilih fleksibel, yang penting beli. Lagipula, durasi menjelaskan aturan dan tanya jawab pada akhirnya sama saja. Jadi, asal kedua belah pihak mendapatkan informasi yang diperlukan, 'how to buy' bisa dilewatkan saja.
Kalau begitu, apakah 'how to buy' perlu dibuat? Menurut saya, wajib! Dibaca atau tidak, 'how to buy' menjadi semacam disclaimer bagi pengelola olshop dengan harapan agar pembeli tidak menuntut olshop melakukan pelayanan secara berlebihan. Jika pada akhirnya olshop sendiri tidak mengikuti aturan 'how to buy' dan memilih untuk fleksibel dalam menerima kontak dari calon pembeli, itu semata-mata adalah service tambahan untuk menyenangkan pelanggan.
Sejauh mana fleksibilitas pengelola olshop dalam melewatkan poin-poin yang tercantum dalam 'how to buy' itu tergantung dengan kondisi masing-masing. Contohnya, berhubung item Ladaka Handicraft cukup banyak dan sering berganti berdasarkan stock atau restock, saya menolak permintaan foto melalui BB atau WA, kecuali kebetulan memang sudah ada di gadget saya itu. Calon pembeli saya minta untuk melihat sendiri fotonya di website atau fanpage facebook. Itu pun masih saya tekankan bahwa foto di website adalah yang paling lengkap dan valid, sedangkan yang di facebook hampir lengkap tapi update-nya tidak secepat yang di website. Sedangkan penggunaan keranjang belanja nyaris tidak dipilih oleh calon pembeli. Kapan-kapan saya akan cerita tentang keranjang belanja.
Nah, untuk pemula, mungkin akan mengalami hal seperti yang saya alami, penginnya komplit seperti website terkenal lainnya, padahal selain pembuatannya tak mudah, pengelolaannya pun perlu waktu dan tenaga ekstra untuk pekerjaan administratif. Janganlah hal-hal teknis menjadi kendala untuk memulai usaha online. Disesuaikan dengan kebutuhan saja. Semangat! :D
10 comments for "Pembeli Tak Pernah Baca How To Buy"
Mbaaa, saya pingin dapat yang geratisan dari ladaka. Kayak Mak Unik ituuu. :D
Caranya fimancee? :lol:
Dear friends, thank you for your comments. They will be appeared soon after approval.