Online Shop Perlu Offline Shop?
Ide sebuah olshop itu kan supaya menghemat pengeluaran operasional, yaitu sewa tempat, utility (listrik, telpon, pajak dll) dan tentu saja gaji karyawan. Jadi buat apa ada offline store? Bukannya tercapai tujuan sebuah olshop malah pengeluaran double dong?
Dari postingan tentang Ferry Yuliana lampau, kita ketahui selain metode door to door, Gendhis Bags juga dijual secara online dengan bantuan suami mbak Ferry. Kita juga tahu bahwa olshop atau online shop besar seperti Lazada, Bhinneka dan Zalora tidak punya offline store. Tentusaja sebagai sebuah usaha besar mereka punya kantor untuk menjalankan kegiatan operasional. Namun kantor tersebut tidak dipublikasikan sehingga pembeli tidak bisa datang kesana untuk memilih sendiri produk yang ditaksirnya.
Contoh yang bertolak belakang tersebut memberikan wawasan pada kita bahwa perlu tidaknya offline shop bergantung pada karakter produk kita. Olshop besar dengan sedemikian banyak items dari berbagai merk tidak punya waktu untuk melayani konsumen tatap muka. Sedangkan produk yang spesifik atau menjual brandnya sendiri cenderung memerlukan offline store, minimal ruang pamer atau showroom mungil. Olshop dengan brand sendiri melakukan pendekatan yang berbeda dengan konsumen, lebih personal dan lebih detil.
Awal usaha juga menentukan apakah kita perlu offline shop atau tidak. Jika kita mengawali usaha melalui lingkaran pertemanan, apapun merk-nya, perlu sedikit ruang untuk menjaga silaturahim dengan pelanggan aka teman-teman kita itu.
Harus disadari bahwa reputasi olshop belum sepenuhnya baik. Banyaknya olshop yang menipu membuat konsumen sangat waspada, diantaranya menanyakan alamat, bahkan ingin berkunjung jika pesanan cukup banyak. Ini membuat pemilik olshop sering garuk-garuk kepala dan bingung bagaimana harus menjawab, terutama jika olshopnya adalah olshop reseller atau hanya menawarkan produk orang lain dimana tidak melakukan penyimpanan stock sama sekali meskipun disclaimer-nya ready stock. Jadi sabar-sabarin aja kalau calon pembeli bertanya, alamatnya dimana meskipun sudah jelas-jelas menyatakan diri sebagai online shop yang seharusnya tiap transaksi ya dilakukan secara online.
Tak selamanya menanyakan alamat darat (apa ya istilahnya heheheee) sebagai bentuk kecurigaan, jadi jangan kesal dulu. Bisa jadi lo karena pembeli suka produk kita tapi tak puas hanya lewat foto, penginnya pegang-pegang. Pengalaman Ladaka ketika masih punya outlet atau home gallery di Pekanbaru dulu, pembeli yang datang langsung umumnya membeli dalam jumlah banyak atau memborong. Ada sensasi tersendiri ketika pembeli bisa memegang, memilih, bahkan menawar.
Kembali ke soal perlu tidaknya online shop punya offline shop, hal itu tergantung pada masing-masing pemilik usaha. Jika memutuskan tak akan membuat offline shop meski bisa saja hanya merapikan ruang tamu, ya tinggal menjelaskan dengan ramah dan sopan bahwa tidak memiliki offline shop sehingga semua transaksi hanya bisa dilakukan secara online. Jangan lupa untuk terus-menerus memperbaiki performa website atau kanal-kanal socmed usaha kita agar pembeli nyaman berbelanja secara online.
Tapi jika bisa mengusahakan ruang mungil di garasi misalnya, tak ada salahnya membuat showroom dengan confirmed appointment jika akan berkunjung supaya tidak perlu merekrut karyawan untuk menjaganya. Seiring dengan membersarnya usaha kita, bisa pula kita mengusahakan showroom yang lebih representatif.
14 comments for "Online Shop Perlu Offline Shop?"
tp emang pengen menghidupkan lagi OL shopnya dulu.
Makasih mak Lusi, jd mengingatkan lagi usaha yang terlupakan sekian lama...
Dear friends, thank you for your comments. They will be appeared soon after approval.