Guide Menghidupkan Museum Ullen Sentalu
Belakangan saya mencoba sesuatu yang berbeda yaitu menyewa guide tiap ke museum. Dampaknya lumayan. Ada perasaan bangga, bertanya-tanya dan kagum, yang membuat kunjungan ke museum menjadi lebih berkesan dari sekedar mendapat informasi. Banyak pengunjung yang tidak mau dibimbing guide. Alasannya tentu saja karena harus bayar dan malas jika dibelokkan ke bagian souvenir.
Sesungguhnya guide berperan besar menghidupkan museum. Dia membuat sebuah lukisan (misalnya) bercerita banyak tentang sejarah, lebih panjang dari informasi yang tertempel dibawahnya. Kadang guide juga menyisipkan fakta-fakta yang belum banyak diketahui umum.
Museum Ullen Sentalu membuat terobosan dengan memasukkan fee guide dalam tiket. Jadi, guide bukan lagi pilihan, melainkan wajib. Pertimbangannya, menurut mbak penjaga, adalah untuk membatasi pengunjung karena Ullen Sentalu makin terkenal. Seorang guide akan memandu beberapa tamu yang dikelompokkan dalam satu rombongan dan akan membimbing tour selama 50 menit. Sementara satu rombongan masuk, rombongan berikutnya harus menunggu di check point.
Selain itu, penentuan rombongan menggunakan guide adalah agar pengunjung tidak keluyuran ke berbagai tempat yang mengakibatkan kerusakan, kotor atau kehilangan. Koleksi Ullen Sentalu adalah milik pribadi keluarga Haryono dan pinjaman dari keluarga-keluarga kerajaan di Jogja dan Solo.
Meski tidak asli, alias merupakan replika, tapi guide mampu membuat pengunjung terkagum-kagum dan benar-benar menyimak penjelasannya. Guide Ullen Sentalu yang masih muda, mbak Ambar, memiliki detil sejarah yang sangat lengkap dan sekali-sekali diselingi guyonan ala anak muda tanpa mengurangi penghargaan pada benda-benda peninggalan.
Di suatu lorong yang penuh dengan pigura besar, mbak Ambar mampu menghidupkan kisah beliau-beliau yang ada dalam lukisan itu. Tidak hanya silsilah, kami juga ngobrol tentang gaya berpakaian anak-anak raja jaman dulu yang cukup modis. Sepatu high heels yang dipakai putri-putri jaman dulu tak kalah modisnya dengan jaman sekarang. Ada satu sepatu milik Tineke yang saya taksir, sayangnya tidak boleh difoto.
Surat-surat dan foto-foto yang seperti statis dihidupkan dengan cerita cinta jaman dahulu yang ternyata seru seperti sinetron dan tak kalah galaunya. Begitupun kisah kenegarawanan para sultan seperti Sultan Hamengku Buwono ke IX dan bagaimana usaha menyatukan kerajaan-kerajaan di Solo dan Jogja yang terpecah sejak Belanda masuk.
Museum-museum yang selama ini sepi pengunjung bisa mencoba cara Ullen Sentalu ini. Apalagi pengunjung dipersilakan memberi penilaian pada guide sehingga guide bersemangat memberikan yang terbaik. Museum-museum yang ramai oleh rombongan sekolah di musim liburan itu sudah biasa. Tapi museum yang tetap ramai di weekend atau malah hari kerja itu jarang terjadi kan? Dua orang teman yang berkunjung ke museum itu jarang terjadi juga kan?
Museum bisa menjadi pilihan berkunjung bagi siapapun di waktu luang, tanpa harus menunggu rombongan sekolah atau kantor. Syaratnya museum itu harus menarik. Museum itu harus hidup.
Untuk bagaimana cara berkunjung dan isi museum Ullen Sentalu, nanti saya tulis di slowtravelid.blogspot.com yang sekarang menjadi www.jalansitu.com ya. Harus mengumpulkan memory dulu karena tidak boleh memotret dan low bat waktu mau merekam diam-diam. Niat buruk memang selalu gagal :D
24 comments for "Guide Menghidupkan Museum Ullen Sentalu"
Mungkin ada baiknya anak-anak kalo ke museum dipecah menjadi kelompok kecil ya, biar saat guidenya nerangin semua fokus :)
Anyway, jd pingin ngajak anak ke museum pas liburan deh.. Tq sharingnya ya Mak
Pingin ke ullen sentalu. Kalau ke Jogja insya Allah deh.
maak...aku baru mampir via lapi ke blog ini (biasanya ngintip dr hp) waah suasana baru yg adem ^_^
Dear friends, thank you for your comments. They will be appeared soon after approval.