Postingan 2014 Paling Berkesan: Emak-emak Masuk Hutan
Sampai sekarang saya tak percaya sudah melakukannya. Di tahun 2014 ini saya
merasa lebih jagoan dari blogger-blogger muda karena diajak Greenpeace
melakukan perjalanan heroik ke pedalaman Riau. Kami menempuh perjalanan
berjam-jam dan kadang-kadang sambil menyembunyikan jatidiri. Greenpeace sering
mendapat tatapan curiga dari pihak-pihak yang merasa terancam kepentingannya.
Saya ngeblog tentang perjalanan ke pedalaman Riau itu dalam tiga bagian: Dosan, Benteng Terakhir, Menyusuri Jejak Gajah di Tesso Nilo, serta Tentang Jati Diri Teluk Meranti dan Keindahan Hutan Kerumutan.
Postingan tentang Menyusuri Jejak Gajah di Tesso Nilo adalah yang paling
seru.
Dalam rombongan itu mungkin ada satu orang yang lebih tua dari saya, tapi
penampilan sayalah yang paling ibu-ibu. Awalnya mereka panggil saya “bu” lalu “mbak”.
Karenanya saya berlagak jagoan, nggak pernah mengeluh capek. Kegiatan utama
di Tesso Nilo adalah trekking menyusuri jejak gajah yang dimulai pagi sebelum
sarapan. Sebagai ibu yang baik, saya bangun subuh untuk sholat dan.... mandi!
Walaupun berjalan di pagi hari dan dinaungi pepohonan tinggi, lama-lama
badan keringetan, muka terasa panas dan haus. Dan saya lupa bawa botol minuman!
Karena nggak mau dianggap ibu-ibu nyusahin, saya tahan saja sambil terus
menghela napas panjang supaya nggak pingsan. Masa kalah sama Harrison Ford yang
pernah menjelajahi Tesso Nilo padahal usianya sudah 70 tahun? Untunglah setelah
jalan jauh, ada yang menawarkan minuman lebih, saya langsung menyambar.
Rawa-rawa pastilah dipenuhi hewan melata seperti ular, pacet, lintah dan serangga.
Tapi manakah yang paling saya takuti? Yang paling saya takuti bukan hewan-hewan
itu melainkan kotoran gajah yang tampak disana-sini. Air rawa akan membawa
zat-zat (halah) dari kotoran gajah itu ke kaki kami. Yup, saya lebih takut kena
tetanus! Kami berjalan di area berair tanpa sepatu, tergores-gores ranting dan
belukar.
Guide mengingatkan kami untuk mengikuti bekas tanah yang dipijaknya, karena
lembek berair. Kalau salah menginjak bisa terjebak di pasir hisap. Kaki saya sempat
terperosok ke dalam lumpur hingga ke dengkul. Saya panik, mencabut kaki saya
dan berusaha lari (saya pikir kalau lari kaki saya tidak akan menekan tanah dan
membuatnya tenggelam) tapi semua tanah seolah sangat lembek sehingga saya tidak
bisa menapak dengan baik. Sesampainya di tanah solid, napas saya benar-benar
memburu seperti mau pingsan. Saya duduk sebentar membiarkan yang lain
mendahului.
Di ujung trekking kami dapat melihat pemandangan kawasan hutan lindung
Tesso Nilo dari atas gardu pandang. Di sisa napas, saya berusaha menaiki tangga
berkelok sampai setengahnya. Saya bilang, "Dari sini saja kelihatan kok.
Kalau nunggu yang diatas turun dulu, baru saya naik, nanti kelamaan. Nggak
usahlah."
Sok baik, padahal napas mau putus.
Sampai di camp semua peserta antri mandi. Di kawasan ini belum ada listrik. Genset dinyalakan hanya malam hari sekalian untuk mengisi bak air. Berhubung saya sudah mandi pagi, maka saya harus tahu diri untuk tidak mandi lagi meskipun belepotan lumpur.
Kunjungan diakhiri dengan perekaman video testimoni dari peserta. Testimoni akan dibawa sebagai bahan presentasi di Greenpeace Jakarta. Dan... saya satu-satunya yang tampak habis nyangkul di suatu kebon yang panas alias tidak mandi sendiri.
44 comments for "Postingan 2014 Paling Berkesan: Emak-emak Masuk Hutan"
gimana ceritanya?
ada pasir hisap sgala...
Duh.
Mupeng bisa punya nyali seperti mak Lusi Tris
Okee. Catet. Kalo mau berasa muda kagak boleh ngeluh ya. Okesip :)
gimana mak rasanya g mandi disyuting testimoni xD
Terima kasih telah berkenan untuk ikut lomba saya ya
Semoga sukses
Salam saya
#29
Dear friends, thank you for your comments. They will be appeared soon after approval.