WAHM: Ngepoin Toko Kelontong dan Grosir Online
Saya sering mikir, input Ladaka Handicraft yang jumlahnya terbatas saja sudah pusing, apalagi kalau ada yang nekad buka toko kelontong dan grosir online. Waktu googling peralatan packing, eh nemu beneran. Ternyata ada yang nekad buka toko kelontong dan grosir online. Lah apa istimewanya sih? Kan sama aja dengan olshop besar lainnya yang menjual macam-macam?
Uniknya Toko Kelontong
Toko kelontong dan grosir itu unik, penting dan gak penting.
Toko kelontong itu penting karena dialah ujung tombak produsen yang bisa masuk ke lingkungan penduduk dari berbagai lapisan masyarakat. Display yang sederhana membuat toko kelontong tidak perlu modal setinggi supermarket. Bahkan tidak perlu memikirkan lahan parkir segala. Dia cukup menyediakan tempat dan beberapa etalase di tempat strategis, produsen akan memasok kebutuhannya.
Toko kelontong sederhana juga bisa didirikan di paviliun samping rumah atau garasi. Ini sering dilakukan work at home mom (WAHM) sambil menggendong bayi atau meracik masakan rumah. Jika mau, siapapun bisa mendirikan toko kelontong begitu saja. Tapi untuk skala grosir, perlu ijin gangguan. Di beberapa kota ada pula kebijakan melarang mengubah peruntukan rumah sebagai tempat usaha, Sejauh ini sih belum pernah terdengar toko kelontong ditutup gara-gara peraturan tersebut. Yang banyak dipermasalahkan adalah yang berubah fungsi dan mengganggu ketenangan masyarakat, misalnya berbau judi atau jadi pabrik.
Meski sudah banyak mini market sampai ke desa-desa, tapi item yang dijual di minimarket tersebut umumnya hampir sama, tidak selengkap dan se-ngecer toko kelontong.
Toko kelontong menjual semua kebutuhan dari eceran hingga grosir untuk kulakan warung-warung yang lebih kecil. Itemnya luar biasa banyak dan dipreteli hingga menjadi satuan. Mereka juga tidak sembarangan bisa mengambil margin. Biasanya margin sudah ditetapkan oleh produsen sehingga harga jual sama dengan yang tertera di bungkus.
Misalnya Royco seharga Rp 350,- per sachet, toko kelontong tidak bisa menjual Rp 400,- sekalipun. Marginnya telah ditetapkan oleh produsen dari selisih pembelian dar produsen dan penjualan ke konsumen. Mahal sedikiiiit saja, konsumen langsung lari karena umumnya konsumen toko kelontong sudah familiar dengan harga-harga barang yang dibelinya, tidak seperti belanja di supermarket yang kadang selisih Rp 500,- atau Rp 1.000,- dengan supermarket lainpun kita tidak tahu atau bahkan tidak peduli.
Jika dia menjual Royco tersebut sebagai barang grosiran, dia bahkan harus menjualnya dibawah Rp 350,- agar end user bisa membelinya sesuai dengan yang tertera dalam sachet. Hihihiii rumit ya baru Royco aja?
Dagangan Toko Kelontong Bisa Dimobilisasi
Di Batam, layanan delivery belanja macam-macam kebutuhan rumah sudah ada tapi pemesanannya melalui telepon, Itupun telepon fixed cable alias punya telkom, ponsel belum banyak. Heheheee.... Pemilik toko akan menyuruh anak buahnya mengantar ke pemesan menggunakan sepeda motor. Kalau pesanan banyak, misalnya beras dan gas, dia akan menambahkan keranjang besar di kanan dan kiri sepeda motor. Di Jawa sepertinya belum ada. Kalau ada pun statusnya nitip minta tolong tukang sayur membelikan sesuatu di pasar keesokan harinya.
Kesimpulannya, dagangan toko kelontong itu bisa banget dimobilisasi atau di-online-kan.
Seberapa Rumit Di-online-kan?
Ini tergantung seberapa besar usaha yang teman-teman inginkan. Karena item dan printilannya sangat banyak, untuk skala toko online yang sudah berjaya di tepi jalan besar, teman-teman akan membutuhkan minimal beberapa admin (bisa merangkap customer service), tukang packing (bisa merangkap delivery) dan penanggung jawab inventory (usahakan yang mengerti IT). Boleh jugalah ditambah office boy untuk bikinin kopi. Heheheee....
Supaya tidak perlu gudang tambahan khusus online, harus ada peng-input cepat semua transaksi agar posisi inventory selalu valid. Jika ada pembelian online, cukup dengan mengambilnya dari toko.
Mengapa bukan kasirnya saja yang diminta menggunakan software kasir semacam point of sale (POS)? Ini karena layout toko yang biasanya dipenuhi barang dan tidak ada pos kasir di pintu keluar. Umumnya barang-barang dicatat di kertas oleh karyawan karena pembeli membutuhkannya untuk me-mark-up harga sebelum dijual kembali. Bahkan seringkali toko tidak punya salinan resi. Terima duit aja pokoknya. Toko kelontong umumnya dikelola keluarga sehingga tidak mau ribet administrasi karena sudah capek seharian jaga toko.
Jika tidak terlalu ambisius, bisa saja tidak semua dimasukkan ke toko kelontong online. Jika toko offline sudah sukses, toko online bisa digunakan untuk mendisplay barang-barang slow moving dengan penawaran diskon. Jika toko offline memiliki sumber daya manusia yang cukup kuat dan ingin menambah penghasilan melalui online, justru sebaliknya, toko online untuk mendisplay item-item laris.
Bisakah Membuka Toko Kelontong Online Tanpa Toko Offline?
Nah, pertanyaan itu pasti akan muncul dari work at home moms (WAHM). Menurut saya bisa. Tapi begini.... Item toko kelontong adalah barang kebutuhan sehari-hari yang juga dibutuhkan tetangga. Daripada satu ruangan digunakan untuk tempat penyimpanan dan kerja, mendingan sekalian dijadikan toko offline. Mungkin bisa menggunakan paviliun atau garasi, atau copot saja jendela kamar depan sebagai tempat pembeli melongok. Heheheee....
Namun demikian, jika niatnya adalah fokus ke online, jangan sampai terbalik dalam pemilihan produk yang akan dijual. Pilihlah yang disukai oleh teman-teman atau kenalan online kita, jangan yang menjadi favorit tetangga. Karena produk favorit di kampung itu adalah rokok. Miris tapi demikianlah adanya. Sedangkan network online kita kan kebanyakan perempuan.
Kalau nggak punya modal bagaimana? Ambil saja foto produk dari website produsennya dengan mencantumkan sumber (blogger haram copas tanpa sumber ya) tapi baca dulu apakah ada larangan untuk itu. Ada lo suatu produk yang tidak mengijinkan kita memasang sendiri foto produknya dengan menyebutkan sumber sekalipun karena ada batch atau design tertentu yang sering berubah mengikuti launching produk baru. Mereka ingin mengontrol batch per batch yang keluar di internet.
Jika ada yang beli, langsung aja meluncur kulakan di toko kelontong grosiran terdekat. Toh ini barang kebutuhan sehari-hari yang mudah didapat, bukan fashion Korea yang harus buka PO (Purchase Order) dulu. Minimal margin 10% pasti dapat. Dengan demikian teman-teman tidak perlu gudang untuk menumpuk stok.
Sepertinya mudah ya, tapi kok saya pusing membayangkannya ya? Heheheee....
33 comments for "WAHM: Ngepoin Toko Kelontong dan Grosir Online"
Oh ya kadang beli makanan contohnya oreo lebih murah di warung biasa loh daripada di minimarket yang terkenal ada di seluruh pelosok indonesia :)
*edisi alamat kampung yg kurang bersahabat dengan kurir*
Sy gak kebayang kan klo sy beli di toko klontong biasanya yg kecil2 macam teh, gula, garam yg harga gak sberapa tp berat.. hehe... trus tabung gas, galon, dll...
Tp pasti aja yg berhasil kelola toko klontong online yah... keren.. :D
Suka ngalamin sendiri soalnya hihihhii.
Dear friends, thank you for your comments. They will be appeared soon after approval.