Mengapa Food Blogger Perlu Posting Kuliner Mal?
Ini saya bilang "mengapa food blogger perlu posting makanan mal" ya, bukan "harus" loh.
Sebagai penganut kemerdekaan ngeblog, boleh kan ya punya pendapat lain soal kuliner di mal? Karena ini adalah pilihan yang saya sodorkan, jadi nggak wajib diikuti dan nggak wajib setuju juga. Jadi blogger itu kudu santai dalam perasaan tapi serius dalam pikiran dan bertanggung jawab dalam tindakan. Eaaa....
![]() |
Fish n Chips Co |
Semalam ketika update blog jajan saya, slowtravelid.blogspot.com, saya sadari bahwa hampir tidak ada postingan kuliner mal disana. Postingan saya kemarin itu tentang sebuah outlet makanan di mal dan itu adalah postingan kedua saya tentang kuliner mal, setelah berpuluh-puluh postingan tentang kuliner diluar mal.
Ketika saya posting tentang kuliner, dalam benak saya selalu ada tuntutan untuk menyajikan sesuatu yang unik, yang legendaris atau yang malah belum diketahui orang.
Postingan seperti spekoek buatan mbah Joyo and family itu misalnya, memberikan kepuasan tersendiri karena mengangkat legenda roti yang hampir dilupakan dan berhasil menjaring pengunjung terbanyak di blog ini.
Namun demikian, ketika membuat draft tentang outlet kuliner di mal kemarin, terbayang betapa repotnya tiap kami berniat makan di sebuah mal. Meski makan di mal tidak pernah menjadi tujuan utama, karena biasanya sekalian sambil belanja, lihat pameran atau ngantar anak pentas, tapi saya selalu sempatkan untuk googling kira-kira outlet mana yang menarik untuk dikunjungi.
Begitu juga jika kami berada di kota lain dan sudah kecapekan di jalan, biasanya kami akan mencari outlet makanan default, seperti KFC, McD, AW dan sejenisnya. Nanti setelah perut tenang dan cukup istirahat, barulah hunting makanan khas setempat. Namun karena di kota yang masih asing, kami harus googling juga untuk mengetahui outlet tersebut ada dimana saja. Beruntung kalau kebetulan menginap di hotel yang satu area dengan mal, tinggal tanya resepsionis.
Food blogger atau blogger traveler tak perlu menganaktirikan kuliner mal, karena:
- Dahulu makanan mal memang identik dengan junk food sehingga kita melihatnya dari segi negatifnya saja di bidang kesehatan. Tetapi di masyarakat yang sangat mobile sekarang, makanan mal juga menjadi penolong dari darurat kelaparan bagi pengunjugnya yang memiliki acara di mal atau wisatawan dari kota lain.
- Dahulu jenis makanan mal tidak semeriah sekarang sehingga kalau mau dikulik pun paling sekitar ayam goreng tepung. Tapi outlet makanan mal sekarang banyak yang ajaib ya, sangat kekinian, sehingga menarik untuk dibahas baik dari segi asal, bahan khusus, proses pembuatan hingga gimmick-nya.
- Menu default-pun bisa unik. Sudah ada yang menulis tentang KFC, McD atau Pizza Hut? Kemungkinan akan ada yang membatin begini, "Ealah mbak, beginian kok ditulis? Ini sih dimana-mana juga ada. Hari-hari makan disitu." But wait, dari hasil investigasi saya, beberapa outlet franchise ternyata tidak bisa seragam dalam menyajikan menunya. Misalnya franchise A, bisa saja outletnya di mal Dul menyajikan ayam goreng tepung yang lebih enak dibandingkan outletnya di mal Sum. Kita bisa juga menulis tentang cerita unik outlet tersebut di luar negeri.
Sedangkan informasi yang saya butuhkan dari postingan tentang kuliner di mal adalah:
- Jenis kuliner: apakah berupa makanan atau minuman ringan, menu khusus atau makanan berat. Dari sini saya bisa menyesuaikan dengan kebutuhan, misalnya mencari tempat yang suasananya tenang dengan makanan ringan untuk ngobrol bersama teman-teman.
- Harga, cara pembayaran dan promo. Ini untuk menyesuaikan budget dan mendapatkan harga termurah.
- Rekomendasi kegiatan. Misalnya apakah tempatnya enak buat nongki, nyaman untuk berlama-lama ngeblog, meriah untuk pesta ultah anak, asik untuk arisan dan sebagainya.
- Halal haram. Jika di luar negeri, banyak nama makanan setempat yang kurang dimengerti pendatang. Untuk yang didalam negeri, selama ada keterangan bahan di buku menu, aman saja sih, bisa baca sendiri. Tapi teman-teman blogger bisa juga memperingatkan jika tidak ada keterangan bahan sedangkan teman-teman tahu bahwa itu haram. Di Pekanbaru hal itu tidak masalah karena outlet akan memasang besar-besar tulisan yang menyatakan bahwa hidangannya tidak halal jika memang demikian. Di negara yang masih toleran seperti Singapura dan Malaysia, kita akan diingatkan pelayan jika menunya tidak halal sedangkan penampilan kita muslim. Di Jakarta dan Jogja ini yang seringkali tidak ada ketegasan soal halal haram. Pengunjung diwajibkan cerdas, sedangkan kadang kita sudah kecapekan belanja sehingga tidak waspada terhadap makanan non halal, terutama yang dari franchise asing.
- Jangan lupa, foto yang besar dan kece. :D
Begitulah uneg-uneg saya. Semoga yang menganggapnya usul cemen nggak menulisnya di kolom komentar, dalam hati saja ya. Heheee....
28 comments for "Mengapa Food Blogger Perlu Posting Kuliner Mal?"
Over all, setuju semua sama yg mba lusi sampaikan hihi...Terutama foto itu WAJIB :D
Saya pernah iseng mau tulis tentang K*fc, pas sudah berada didalam sama penjaganya nggak boleh foto-foto...
meskipun diliatin orang2, gara2 foto makanan ampe naik2 bangku hahahaha
Setuju mbak, shopping d mall seringnya makan juga. Saking udah cape shopping, juga suasana yg ramai di food court, serta gambar2 makanan yg eyecatching menggoda ... kadang membuatku perlu waktu utk menyeleksinya.
Nah jika sblmnya sdh tahu dari postingan di blog ... kan bs jd rekomen tuh ,...
Saya follow blog nya ya mbak ... terimakasih
Dear friends, thank you for your comments. They will be appeared soon after approval.