Dikemanakan Perabotan dan Pakaian Tak Terpakai?
Bingung ih mau dikemanakan perabotan dan pakaian tak terpakai yang sudah numpuk.
Udah numpuk? Wow shopaholics ya? Hihiii nggak lah, saya ngirit banget kalau urusan perabotan dan pakaian. Perabotan nggak bakal beli kalau nggak rusak. Pakaian nggak bakal beli kalau nggak ada event dengan dress code yang belum punya. Tapi sejalan dengan waktu, tetap saja ada yang lama tidak terpakai karena kekecilan, sudah buluk karena cuci pakai melulu dan sebagainya. Akibatnya, lemari dan kotak-kotak penyimpanan penuh. Rumah jadi nggak rapi seperti di film-film.
Di sebuah acara bedah rumah di stasiun TV asing, yang khusus make over rumah-rumah terkacau di Amerika, disebutkan bahwa jika ada perabotan yang selama 8 bulan tidak terpakai dan tersentuh, lebih baik mulai memikirkan untuk menyingkirkannya. Saya pernah baca di blog catatanOline.web.id, untuk baju yang 3 bulan tidak dipakai, lebih baik dikeluarkan dari lemari. Saya pun berniat demikian. Tapi bagaimana menyingkirkannya? Bantu saya mikir yuk, teman-teman.
Problem utama untuk tegas terhadap masalah ini adalah sayang karena dulunya beli, dan untuk beli harus kerja.
Ada juga yang tetap disimpan karena alasan sentimentil, misalnya kenang-kenangan dari gebetan. Jika di TV asing tersebut, host sampai membawa psikolog agar pemilik rumah merelakan barang-barangnya, maka saya cukup minta pertimbangan teman-teman yang baik hati dan tidak sombong saja. Heheheee.....
1. Disimpan dalam box.
Pernah melihat box yang dijual Ladaka? Box tersebut untuk konsumsi luar negeri. Fungsinya untuk menyimpan barang-barang sesuai musimnya. Jika musim dingin, perlengkapan musim panas akan dikeluarkan dari lemari lalu dimasukkan didalam box untuk disimpan dan dipakai lagi di musim dingin berikutnya. Lemari berganti isi dengan perlengkapan musim panas. Agar rumah tidak kelihatan bersemak seperti rumah saya yang masih menggunakan kardus bekas untuk penyimpanan, orang bule membeli box bagus tersebut, ada yang set 2, set 3 dan seterusnya. Ada juga yang memanfaatkan kotak kayu atau ottoman yang bisa difungsikan sebagai perabotan sekaligus penyimpanan.
Kalau orang Indonesia biasanya menyimpan barang di kardus bekas atau kontainer plastik. Namun, lama-lama kan nggak semua bisa disimpan. Harus disortir untuk menyimpan yang benar-benar dibutuhkan. Disitulah beratnya.
2. Garage Sale
Untuk mengurangi rasa bersalah buang barang yang berarti buang duit, garage sale sering diadakan diluar negeri. Untuk hasil penjualan perabotan lama kan bisa untuk menambah anggaran membeli perabotan baru. Di Indonesia masih diadakan terbatas oleh olshop atau perorangan secara online. Itupun tak semua jenis barang dijual, seperti perabotan makan, rak atau karpet tak terpakai dan perabotan lain yang aneh kalau dijual online, misalnya payung, lampu, kipas angin, dan sebagainya. Penginnya buka aja di halaman rumah, langsung habis gitu. Dicibir tetangga nggak ya? Ada yang punya pengalaman bikin garage sale di halaman rumah sendiri? Cerita dong yang panjang di kolom komentar. Thank you. :)
3. Disumbangkan
Ini adalah langkah paling mujarab untuk menghilangkan rasa bersalah karena kita tahu bahwa barang-barang itu bermanfaat bagi orang lain. Tapi (kenapa selalu ada tapinya ya?) kepada siapa disumbangkan? Dulu kami punya mbak cuci yang mau membawa apa saja yang saya berikan, dari pakaian pantas pakai sampai baskom plastik. Pakaian yang sudah kumal saya gunting jadi lap.
Senang sekali kalau ada teman yang mengadakan bakti sosial alias baksos karena berarti saya bisa sekalian menata lemari. Sayangnya baksos biasanya hanya menerima pakaian, tas dan mainan. Perabotan tidak pernah diminta. Mungkin agar tidak memberatkan panitia yang berarti harus memikirkan transportasi lain. Waktu baksos seringnya juga pada periode tertentu, misalnya bulan Ramadhan, sehingga kadang harus dibagi untuk beberapa teman yang mengadakan baksos tersebut dalam waktu yang hampir bersamaan, dapatnya sedikit sedikit deh.
Menyumbangkan ke panti asuhan adalah yang utama.
Tapi saya tidak tega kalau hanya mengantar satu kresek baju. Jadi biasanya saya tunggu agak banyak, sekalian dengan buku-buku anak-anak setelah naik kelas. Tapi itu berarti menumpuk dalam waktu lama juga, kan?
4. Taruh di tempat sampah.
Kalau nggak tega menggunakan kata "buang", coba saja pakai kata "taruh" untuk mengurangi rasa bersalah. Wah, ya berarti sama saja buang barang dong? Buang uang tuh. Dulu saya juga berpikir begitu, tapi sekarang saya berbeda sudut pandang. Tukang sampah tidak akan membuang langsung semuanya ke TPA, tapi menyortirnya dulu disuatu tempat. Waktu di Pekanbaru dulu ada sepasukan inang-inang yang membantu sortir. Yang bisa dijual, tidak akan dibuang. Jika sudah sampai TPA pun, ada pemulung yang mengais untuk mengambil sesuatu yang bisa dijual atau dimanfaatkan. Kalau bisa, barang-barang yang tak terpakai itu dibungkus tersendiri, jangan dicampur dengan sampah, supaya barang-barang itu tidak kotor dan tukang sampah langsung tahu jika membukanya. Nah, bermanfaat kan?
Jadi sekarang apa yang harus saya lakukan? *menatap nanar kardus dan kresek yang bertumpuk.
23 comments for "Dikemanakan Perabotan dan Pakaian Tak Terpakai?"
Masukkan ke dalam tas (plastik) belanja yg bagus atau lainnya. Berikan kpd yg membutuhkan.
Sungguh di hari kiamat seorang mukmin akan berlindung di bawah naungan sedekahnya.
Selamat beberes mba ... udahannya legaaaa rasanya.
yang udah butut banget dibuat keset aja ..
Sambil.ngajari nadia berbagi juga :)
kalau barang langsung aku bawa ke tetangga aku, kebetulan di usaha perloakan..
saya pernah ngasih ke orang...eh, dijual lagi sama orangnya dirombengan... :)
Dear friends, thank you for your comments. They will be appeared soon after approval.