Mengapa Harus Memaklumi Ibu Pengendara Sepeda Motor?
Pengalaman beberapa waktu lalu mengingatkan saya, mengapa harus memaklumi ibu pengendara sepeda motor?
Setelah sekian tahun tidak mengendarai sepeda motor untuk antar jemput anak, saya seperti diingatkan untuk tidak nyinyir pada ibu-ibu pengendara sepeda motor. Bagi yang sejak remaja sudah bisa mengendarai sepeda motor, seringkali tak sabar dengan gaya mengendarai ibu-ibu. Memang tak semua ibu berani naik motor karena terpaksa, tapi nyatanya seringkali cara mereka mengendarai terkesan tak mau tahu dan berbahaya bagi orang lain. Sudah gitu, sambil menjawab handphone yang diselipin di helm motor pula. Namun ketika saya berada di posisi mereka, saya menyadari bahwa hal itu bukan semata-mata karena mereka kurang piawai mengendalikannya, atau lebih parahnya karena mereka keras kepala, melainkan banyak faktor yang menyebabkan mereka jadi bahan nyinyiran. Terutama yang naik motor matic. Hmmm....
Keberatan Muatan
Anak-anak itu cepat besar tanpa kita sadari. Begitupun ketika saya harus memboncengkan anak saya, yang beratnya nggak beda jauh dari saya. Yup, anak sekarang memang banyak yang berbobot mantap. Mungkin karena kebanyakan susu. Heheheee.... Sudah pada tahu kan kalau motor matic itu bertumpu pada kekuatan tangan, terutama tangan kanan? Kalau pembonceng tidak bisa menjaga keseimbangan duduk, misalnya karena ngantuk, duuuh tangan bisa kram. Untuk jarak 2 km saja saya harus berhenti 3 kali melemaskan tangan. Yang rumahnya jauh dan maksa, akhirnya ibarat terseok-seok, jalannya motor pun nggak lurus, bikin bingung pengendara lain. Jika kita sedang bad mood, pastilah pengin ngomelin ibu-ibu itu. Yang segan tapi butuh pelampiasan, akhirnya nyinyirin ibu-ibu tersebut di socmed.
Kebanyakan Muatan
Biarpun nggak buka warung, seringkali ibu-ibu harus berbelanja dalam jumlah banyak, sekalian untuk beberapa hari. Selain tas kresek yang sudah memenuhi cantelan motor, segala macam sayur diletakkan di bagian tengah motor, belum lagi menggantungkan durian, kelapa atau buah-buahan lain di jok belakang. Diatas jok kadang masih ada kardus berisi belanjaan kering. Saking banyaknya belanjaan, kaki ibu yang sudah tidak bisa dalam posisi normal, akan kesulitan menjangkau rem atau kopling. Mau belok pun susah. Jangan diharap deh bisa menyalakan lampu sign karena salah satu tangan memegang kresek. Kadang malah lupa mengangkat standar motor, bagi yang menggunakan motor manual.
Muatan VIP
Meskipun kecil mungil, tapi muatan VIP ini bikin ibu-ibu jadi galak. Hahahaaa.... Jangan coba-coba klakson-klakson ya, bakal keluar taringnya. Membonceng anak kecil itu harus memperhatikan keselamatan. Ibu-ibu yang memahami spontanitas anak-anak, akan mengikat si kecil dengan dirinya. Anak-anak yang selalu ingin tahu keadaan disekelilingnya, apalagi dalam kondisi bergerak, seringkali tidak waspada sehingga bahaya jika si ibu ngerem mendadak. Anak kecil juga mudah sekali tertidur jika dalam perjalanan, terlebih dibelai angin sepoi-sepoi. Uniknya, anak kecil yang terlelap itu bobot badannya seolah menjadi dua kali lipat, belum lagi anak-anak itu seperti terkulai pasrah 100%, membuat para ibu kerepotan menjaga posisi aman anak-anaknya.
Dikejar Deadline
Mungkin saja ibu-ibu dianggap sebagai pengendara motor yang buruk. Tapi tanyalah anak-anak yang biasa diantar ibunya ke sekolah, siapa yang mereka pilih sebagai the best rider. Papah atau mamah? Mamah, dooong. Ibu-ibu terbiasa mengejar jam masuk sekolah supaya anak-anak tidak terlambat. Ibu-ibu juga terbiasa zig zag membelah lalu lintas siang yang padat agar tidak membuat si anak menunggu dijemput pulang. Meski gaya mengendarainya tidak nyaman, tapi anak-anak merasa aman bersama ibu-ibu karena dijamin tidak telat.
Ditunggu Anggota
Tak jarang ibu-ibu terkesan ugal-ugalan, maunya di depan sendiri tiap lampu merah, bikin kesal pengendara lain. Setelah diselidiki (eh, enggak ding, cuma dapat petunjuk dari obrolan heheheee) kalau ternyata ditunggu anggota di beberapa tempat. Lebih banyak anggota yang menunggu, lebih agresif pulalah si ibu. Kadang satu anggota menunggu di PAUD, satu anggota harus diantar ke bimbel, satu anggota tertidur dirumah, dan sebagainya. Berhubung tak bisa mengangkut semua anggota agar selalu bersama, maka si ibu harus ngebut agar anak-anak tidak terlalu lama menunggu.
Hidup berjalan lancar diantaranya karena saling pengertian satu sama lain. Memang tak setiap tindakan yang bikin kita kesal ada alasannya, tapi dengan mencoba menempatkan beberapa alasan dibalik tindakan tersebut, kita pun tak lagi emosional dalam segala hal. Capek ya, sedikit-sedikit dimasukkan ke hati.
Mangkel banget ketika kendaraan kita sudah berhenti di lampu merah depan sendiri, eh tiba-tiba ada ibu-ibu yang nyelonong berhenti lebih depan lagi, tidak memperhatikan zebra cross. Tapi begitulah, ibu-ibu selalu benar. Wkwkwkkk.... Mungkin mas Elan pun males mau negur.
Mungkin di lain waktu, mbak-mbak Polwan yang sering berkunjung ke sekolah memberikan pengenalan terhadap profesi kepolisian atau memberikan penyuluhan cara berkendara yang aman juga mendekati para ibu yang sedang parkir di depan untuk menjemput. Mbak-mbak Polwan bisa sekalian mengingatkan ibu-ibu bahayanya jika mengendarai motor tanpa memperhatikan kepentingan pengendara lainnya dan melaksanakan safe riding.
Sementara itu.... ya udah dimaklumi dulu. Dua meter dari TKP biasanya udah berkurang kok gemesnya. Hehee....
27 comments for "Mengapa Harus Memaklumi Ibu Pengendara Sepeda Motor?"
Udah gitu ati2 banget, kalo anak kebanyakan cerita saya stop. Hehe... menjaga diri sendiri dan anak. Takut kalo kecelakaan. Udah pernah, sih, waktu kuliah dulu :) *curcol*
Naruh hape di jepit helm, aku pernah tuh..eh sering dul wktu msh di bwi. al hasil naik motornya super pelas krn yg di ajak ngomong akan protes berisik kalau naik motornya kenceng
Iyaa, dulu pas masih sekolah, aku juga lbih nyaman diantar Ibuk. Soalnya, Bapak suka ngebut.
tapi kalau ada ibu-ibu aku emang biasanya ngindar dan maklum...soale sama ibu-ibu #hloh
Cuma, aku kurang setuju kalau kita harus banyak memaklumi ibu-ibu, justru kita harus tunjukkan bahwa ibu-ibu juga bisa santun di perjalanan, bahkan jadi panutan ~_*
Kita bisa!
Tapi apresiasi kepada ibu-ibu yang berani bawak motor apalagi sampai ke jalan raya, karena kebanyakan ibu-ibu takut, entah karena trauma pernah terjatuh atau faktor lainnya...
Seringnya sih saya berdoa semoga ibu2 yg pakai motor selamat sampai tujuan & maaf ya jangan marah kalau ditegur saat ibu2 melanggar lalu lintas, kita sama2 punya kesibukan & sama2 dikejar deadline, kan? peace..!! ^_^
Aku malah ga bisa pake matic, biasa yg manual mba.. Lbh enak kontrolnya. Pernah skali pinjem motor matic, trus bingung nyari rem di kaki
Dear friends, thank you for your comments. They will be appeared soon after approval.