Mengapa Ibu Harus Cerewet Pada Anak Di Mall?

Lah, memangnya ibu harus cerewet pada anaknya di mall, ya?

Mengapa ibu harus cerewet pada anak di mall?


Waktu blogwalking ke fitrian.net punya maklid yang kece tentang tombol di eskalator, saya jadi ingat suatu peristiwa. Ketika itu saya sedang diam diatas eskalator yang berjalan turun bersama anak saya. Didepan saya ada seorang ibu dan anak perempuannya yang berusia sekitar 4 tahun. Anak itu jongkok dengan sepengetahuan ibunya. Dari sini saya sudah curiga, kok di eskalator jongkok? Mau ngapain anak ini? Tapi ibunya santai saja. Dan apa yang akhrinya dilakukannya? Anak itu memegang sesuatu yang seperti sapu ijuk hitam di rel eskalator bagian bawah samping. Serempak saya dan anak saya menjerit, "Jangan! Nanti kejepit."
Ibu itu menengok ke arah saya dengan muka datar. Si anak tidak jadi memegang bagian tersebut. Setelah sampai dibawah mereka melenggang seolah tak terjadi apapun. Jika kami tidak berteriak, mungkin tak terjadi apa-apa. Tapi tetap ada kemungkinan terjepit dan tergulung kebawah, bukan?
Anak kecil memang seperti itu. Rasa penasaran mereka melampaui kesadaran yang ditanamkan orang tuanya sehingga harus bolak-balik diingatkan. Itulah sebabnya cerewet itu adalah bagian dari job desc seorang ibu. Ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan anak patuh dan anak nakal, melainkan semata-mata karena itulah masa mereka mengeksplorasi sekitar. Karena itu, jika terjadi kecelakaan di mall, orangtua selalu dipertanyakan tanggung jawabnya dalam mengawasi anak-anak tersebut.

Inilah beberapa alasan mengapa ibu harus cerewet pada anak di mall:


Eskalator Sebagai Perosotan Raksasa
Eskalator dibuat untuk kenyamanan pengunjung daripada naik tangga dan mengurangi beban lift atau elevator. Sayangnya, disinilah kecelakaan pada anak-anak sering terjadi. Ini bagai perosotan raksasa dimata mereka, sangat menarik, apalagi bisa berjalan. Macam-macam yang ingin mereka lakukan di perosotan raksasa ini, antara lain melongok dari atas ke bawah, menyusur pegangan tangannya yang licin, menyelip diantara pagar atau seperti yang saya ceritakan diatas. 
Memandang eskalator tak ubahnya sebagai tempat bermain tidak hanya terjadi pada mereka yang seumuran dengan anak TK, tapi juga remaja akibat bercanda yang kebablasan, seperti yang pernah terjadi di Pekanbaru dimana seorang anak remaja jatuh dan meninggal karena berlarian dan terdorong temannya.

Anak Ilang
Tiap kali ada pengumuman anak hilang di mall melalui pengeras suara, kita sering bertanya-tanya, "Kok bisa sih? Ibunya ngapain aja?" 
Well, itulah sebabnya ibu harus cerewet karena anak-anak mudah sekali teralihkan perhatiannya. Bisa saja ketika berjalan bersama keluarga, anak tersebut tertarik sesuatu di sebelah lain dan tertinggal dari rombongan karena asik memperhatikan arah lain dan melambatkan langkah. Sialnya, apa yang menarik bagi anak-anak seringkali tak terlihat oleh orang dewasa sehingga orangtua terlambat mengantisipasi.

Belanja Itu Asik
Tiba-tiba alarm pengunjung supermarket menyala! Yup, kami ditangkap, dan setelah dicek ternyata anak saya menggenggam keluar pin yang dicopot dari kaos dalam sewaktu membayar di kasir. Dipikirnya itu sudah tak terpakai dan bisa dijadikan mainan, sedangkan kasir tidak mengamankannya, hanya menggeletakkannya begitu saja. Meski tidak menimbulkan masalah apa-apa, tapi ini patut diwaspadai karena anak-anak sering punya pendapat lain terhadap barang-barang yang sama-sama kita lihat. 
Mengambil barang dari rak dan meletakannya di keranjang itu adalah permainan yang asik bagi mereka. Pastikan mereka tidak mengakibatkan kerusakan apapun. Ada lo anak kecil yang menyukai proses telor terjatuh ke lantai. Memang pada akhirnya si orang tua membayar telor-telor tersebut tapi lantai jadi kotor sekali.
Anak-anak juga belajar dari tingkah laku orangtuanya, termasuk ketika belanja. Jangan kemaruk ya bu, kalau berada didekat keranjang obralan kelengkeng, jeruk dan sebangsanya. Cicipi seperlunya. Nggak enak banget dilihat, tangan sibuk antara milih untuk memasukkannya ke plastik dan ke mulut. Bahkan ada lo, sekeluarga mencicipi dengan asik, kemudian nggak beli. Seperti apa nantinya anak yang diajak tidak memperhatikan kesantunan dan tidak menghargai jualan orang lain jika sudah besar nanti.

Baca juga: Cara Sewa Stan di Mall

Orang Jahat Juga Ke Mall
Salah satu keahlian ibu-ibu adalah menangkap kelebat anak-anak dari ekor mata mereka. Tapi ada kalanya ibu-ibu terlalu repot dengan belanjaan atau anak-anak yang lain sehingga tak sadar kalau salah satu anak tidak ada, atau malah menyuruh anak yang minta ke toilet pergi sendiri dan sebagainya. Berhati-hatilah dengan orang jahat karena orang dewasa saja bisa dihipnotis atau digendam, apalagi anak-anak.
Bentuk kejahatan lain seperti yang pernah ditayangkan di TV dalam bentuk rekaman CCTV adalah pencurian tas karena si ibu sibuk memperhatikan anak-anaknya. Kadang ibu sudah males atau capek untuk cerewet sehingga turun tangan untuk menyelesaikan apa yang membuat si anak ribut, misalnya berebut makanan dengan si kakak. Saat itulah tas si ibu lepas dari genggaman dan si ibu tidak terlalu memperhatikan tas tersebut.

Kita, kaum ibu, sering ke mall dengan alasan yang tidak sejalan dengan kebutuhan anak-anak. Misalnya belanja kebutuhan untuk sebulan di hari minggu bersama anak-anak. Kita sudah mempersiapkan catatan panjang belanjaan tapi kita lupa anak-anak perlu hiburan setelah seminggu capek sekolah. Mengajak mereka terlibat urusan rumah dan diberi tanggung jawab catatan belanja tertentu juga baik. Tapi jangan lupa, mereka tetaplah anak-anak yang kadang kala teralihkan.
Yang utama dalam bepergian bersama anak-anak adalah kita jangan stress melulu dan marah-marah terus karena kerepotan dengan tingkah laku mereka. Inti cerewet disini bukan seperti itu, melainkan jangan lelah untuk mengembalikan anak-anak ke fokus tujuan ke mall agar tidak terjadi hal-hal yang tak diinginkan. Yang utama dari semua kunjungan keluarga ke mall adalah bergembira. Setelah di rumah bolehlah tak gembira melihat isi dompet. Heheee....

Post a Comment

22 Comments

  1. Bener banget mbak, waktu kecil aku juga sering dimarahi emakku kalo sok pintar saat naik eskalator

    ReplyDelete
  2. nggak hanya di mall,aku dulu kalo jalan2 apalagi sama nenek,udah deh sering dimarahin hehe..
    kayaknya kebayakan ngincip buah daripada yang masuk plastik hehehe

    ReplyDelete
  3. betul jdi ibu itu hrs cerewet,pernah sy belanja susu sama diapers di minimarket dkt rmh,setibanya dirmh baru sy ngeh klo syafieq tangannya memegang permen mint yg harganya belasan ribu,(klo dimall udh bunyi tuh alarm ya? :D)akhirnya sy balik lagi dan membayar permen tsb ^_^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kayaknya kalau di mall sebangsa permen gitu nggak ada alarmnya

      Delete
  4. Saya banget, kalau ke mall atau supermarket seringnya ngajak anak-anak. Apalagi anakku dua masih kecil-kecil. Ibaratnya 'lambe sampe nggambleh' buat ngingetin anak-anak agar nggak lari-larian, agar nggak sembarangan menyentuh barang yang mudah pecah, dan blah blah blah. :D
    Kalau capek, masukin mereka ke keranjang belanja. T_T

    ReplyDelete
  5. NAh yang terakhir yang aku takutkan juga mbak. Bisa aja kan kita lengah anak di culik. Pokoknya parno aku kalau di mal

    ReplyDelete
  6. Betul banget. Eskalator adalah salah satu hal paling menakjubkan yang kulihat waktu kecil. Sebetulnya pengin nyoba merosot di pegangan, tapi masih punya rasa takut. Takut dimarahin. Hehe.

    ReplyDelete
  7. Hahaha kalo keponakanku sih biasanya jadi korban cerewetan ibunya gegara takut ketinggalan, biar gak hilang. Jadi cerewet ya wajar kalo lagi di mall

    ReplyDelete
  8. Aku banget neh apakagi kalo di eskalator, shidiq sekarang udah nggak mau digendong lg, kmrn tuh sempat meronta krn dipegangin tangannya pas naik eskalotor,sampai. Shidiq kepeleset di eskalator tapi tetap kupegangin tangannya dan eskalatornya berhenti sendiri securitu mall dah ngelihatin kami, aku shock shidiq jth untung nggak aoa2

    ReplyDelete
  9. Yang jelas intinya belanja itu asik. Samapi lupa anak dan suami disampingnya karena tergiur sama produk yang dipajang.
    Kalau naik iskalator jangan lupa anak dipegang, jangan keasikan chating hape.

    ReplyDelete
  10. dulu waktu anak saya masih kecil, ketika naik eskalator turunnya saya abani : ayo lompat, sambil kedua tangannya dipegang ayahnya... :)

    ReplyDelete
  11. sepakat mbak kita harus cerewet sama anak kalo ngemall, lah banyak orang di mall, apalagi kan bertingkat2, si Alfi makanya tak gelendotin terus tangannya kalo ngemall

    ReplyDelete
  12. Hohooooo kalimat penutupnya nonjok banget tuuuhhh *banting dompet

    ReplyDelete
  13. hyaaaa... bener banget ini maaak. karena emang yg namanya mall sering bikin parno

    ReplyDelete
  14. Memang seruuuu bawa anak2 belanja ke mall hehe.. Adaa ajaaa tingkahnya ya mak.. Makanya setuju, perlu selalu diawasi ;)

    ReplyDelete
  15. kalau ke mal yang ada teleer hihihihi....baik isi dompet ataupun tenaga karena si bungsuku super hihihi...paling ngeri kalau lari2an atau ilang Naudzubillah...

    ReplyDelete
  16. jangankan udah ada anak nanti..aku sama ponakan dan adikku aja selalu cerewet kalo udah mereka terlalu jauh sama aku...

    ReplyDelete
  17. Bener banget, duh kalo di mall aku suka cerewet, apalagi liat anak-anak dekat eskalator, suka jadi parno sendiri meskipun anak-anak sekarang sudah remaja. Ada loh ibu-ibu yang cuek ngebiarin anaknya yang masih kecil naik turun eskalator sendiri, aku pernah liat. Yang ngeri malah aku.

    ReplyDelete
  18. Bener mak Lus, mulut emak2 gatel klo ga cerewet,apalagi saya punya dua balita cowok semua. Klo pas lg dieskalator cari amannya yg kecil msh 2 tahun tak gendong aja, klo yg 4 thn dah bisa digandeng sih, tp tetep harus ..awas, jangan,blabla
    ..

    ReplyDelete
  19. gak apa-apa cerewet demi keselamatan anak

    ReplyDelete
  20. demi keselamatan anak memang harus cerewet pada anak. Setuju dengan Lidya fitrian

    ReplyDelete

Dear friends, thank you for your comments. They will be appeared soon after approval.

Emoji
(y)
:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
:>)
(o)
:p
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
x-)
(k)