HARI PANGAN SEDUNIA: Petani Pejuang Pangan dan Gizi Bangsaku
Artikel Lomba Hari Pangan Sedunia 2015 diselenggarakan PERGIZI PANGAN Indonesia.
Di Hari Pangan Sedunia yang mengambil tema Petani Pejuang Pangan dan Gizi Bangsaku ini adalah saat yang tepat untuk mengapresiasi kegigihan para petani dan peternak yang berada di daerah-daerah terdampak kabut asap.

Sudut pandang tersebut saya pilih untuk memperingati Hari Pangan Sedunia bukan semata-mata karena bencana kabut asap sedang mendapat sorotan, namun terlebih lagi karena saya pernah tinggal di Riau selama bertahun-tahun dan sampai sekarang masih mendapatkan nafkah dari sana. Rasanya, saya berhutang penghargaan pada para petani yang ketika semua orang dihimbau untuk meminimalkan kegiatan diluar rumah akibat udara berbahaya, tapi mereka tetap pergi ke sawah, ladang dan kandang-kandang.
Sekilas Hasil Pertanian dan Peternakan Sumatra
Ketika tinggal di Pekanbaru, Riau, kami mengenal berbagai macam sayuran segar yang didatangkan dari Sumatra Barat, propinsi tetangga kami. Sayur-sayuran itu tiba di pasar pagi Pekanbaru tiap subuh. Lahan pertanian Riau sebagian besar digunakan untuk perkebunan, beda dengan Sumatra Barat. Karena itulah kami pusing jika Rantau Berangin, daerah perbatasan Riau - Sumatra Barat longsor. Itu artinya, harga sayur mayur melonjak naik. Memang, ada yang didatangkan dari propinsi lain, bahkan Jawa. Riau pun menanam sayur mayur. Tapi sayur yang mudah layu terbanyak didatangkan dari Sumatra Barat.
![]() |
| Keramba ikan Danau Kotopanjang, perbatasan Riau - Sumatra Barat. Dokumentasi pribadi. |
Selain sayuran, Sumatra Barat juga dikenal sebagai penghasil beras yang terkenal dengan Bareh (beras) Solok. Berbagai merk beras dari sana beredar di pasaran.
Selain dari Sumatra Barat, kami juga mendapat suplai dari para petani di Sumatra Utara, tetangga kami yang lain. Ketika berwisata ke Danau Toba, kami sengaja memilih jalan memotong melalui sawah dan kebun di dataran tinggi Sumatra Utara. Berhektar-hektar sawah sedang panen wortel kala itu. Wortel ditata rapi dalam keranjang, siap untuk diangkut. Memasuki Kabanjahe, kami disuguhi pemandangan aneka buah-buahan, utamanya jeruk sepanjang jalan sampai Berastagi, baik yang masih di pohon, maupun yang sudah dipanen. Sumatra Barat memang lebih dikenal memasok jenis sayuran dataran tinggi seperti wortel, kol dan buah-buahan ke Riau.
Kebutuhan bahan makanan pokok dan gizi masyarakat Sumatra terpenuhi dengan cara demikian, saling menyuplai dengan produksi pangan unggulan masing-masing. Karena itu, Riau yang memiliki lahan pertanian terluas tapi sebagian besar diperuntukkan tanaman perkebunan yang bersifat tahunan bisa mencukupi kebutuhan gizinya. Lahan pertanian pangan Riau juga ditanami padi dan sayur-sayuran meski tidak sebesar tanaman keras perkebunan lainnya.
![]() |
| Rendang, makanan terenak sedunia, berasal dari daging sapi dan rempah-rempah yang ditanam di Sumatra. |
Jika teman-teman pernah ke Pekanbaru, pasti tak akan melupakan hidangan ikan dan udang sungai yang lezat. Tak lupa juga ikan danau yang dipelihara di karamba-karamba di Sumatra Barat dan Jambi, serta ikan laut yang ditangkap di Selat Malaka. Orang Sumatra memang terkenal pandai mengolah ikan. Ikan adalah sumber gizi yang juga bisa meningkatkan kecerdasan.
Sumber protein masyarakat Sumatra juga datang dari konsumsi daging, terutama ayam dan sapi. Tak salah jika makanan terenak didunia datangnya dari sini berwujud rendang.
Dapat disimpulkan bahwa kebutuhan gizi masyarakat Sumatra bisa dipenuhi sendiri.
Tapi bagaimana kondisi pertanian dan peternakan di Sumatra sekarang ketika kabut asap melanda?
Dampak Kabut Asap Terhadap Pertanian dan Peternakan
Kabut asap tidak hanya mempengaruhi kesehatan manusia tapi juga tanaman dan peternakan. Kepala Dinas Perkebunan Sumatra Barat, Fajarudin, mengatakan bahwa persarian bunga tanaman bisa terganggu oleh kabut asap sehingga akan mengakibatkan kegagalan pembuahan tanaman perkebunan. Kondisi tersebut masih bisa terbantu dengan penyiraman. Namun fenomena El Nino yang mengakibatkan kemarau panjang akan menjadi kendala tambahan.
Di Riau sendiri, kabut asap memperngaruhi hasil panen sayuran seperti sawi, kangkung, bayam dan seledri. Cabai termasuk yang mengalami penurunan panen yang cukup tajam. Petani di Panam, Pekanbaru hanya berhasil memanen 6 kg per tiga hari dibandingkan yang biasanya 80 kg per tiga hari sekali panen dari 200.000 batang cabai yang ada.
Pada peternakan, dampak kabut asap tidak jauh berbeda dengan manusia. Hewan juga bisa terkena ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas). Bahkan hewan lebih rentan karena tidak bisa mengenakan masker seperti manusia. Selain itu, tidak adanya matahari yang sanggup menembus kabut asap mengakibatkan rumput tak mampu berfotosintesis dan tumbuh dengan baik untuk dijadikan makanan ternak.
![]() |
| Berjuang melawan api dan asap di Riau. Dokumentasi pribadi. |
Optimisme Pertanian dan Peternakan Di Tengah Kabut Asap
Indonesia dikenal sebagai negara agraris bukan semata-mata karena tanahnya yang subur, melainkan juga karena memiliki petani yang gigih. Sumatra sendiri telah mengalami berbagai peristiwa alam luar biasa, antara lain tsunami Aceh, erupsi gunung Sinabung hingga sekarang dan tentu saja kabut asap tiap tahun. Namun, pertanian terus dikembangkan.
Meskipun kabut asap yang bersumber dari kebakaran lahan di Sumatera Selatan telah mencapai Sumatra Barat, tapi masih ada optimisme karena hujan tetap turun meski dalam frekuensi yang tidak terlalu kerap. Semoga siraman air mampu membantu memperlancar persarian tanaman perkebunan.
Hal yang sama dilakukan oleh para petani cabai di Pekanbaru. Penyiraman dilakukan untuk membantu tanaman bertahan sehingga tidak kering dan mati. Jika dalam kondisi normal penyiraman hanya dilakukan dua hari sekali, maka selama kabut asap penyiraman semakin sering dilakukan menjadi sehari dua kali.
Kabar gembira tetap ada, misalnya yang datang dari Rokan Hilir, Riau, yang ikut berperan mewujudkan komitmen pemerintah bahwa Indonesia harus menghasilkan beras sebanyak dua juta ton di tahun 2015. Petani hidup dan mati bangsaku seolah menempel pada pundak mereka dan menjadi tugas yang amat berat. Lahan padi seluas 12.700 hektar mendapatkan dukungan dari pemerintah berupa penyuluhan dan 80 hand tractor yang didanai APBN.
Hewan ternak yang terlihat lesu mendapatkan perhatian dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan dengan memberi vitamin untuk meningkatkan ketahanan tubuh hewan ternak dari kungkungan kabut asap. Vitamin A, D dan E diyakini mampu mempertahankan kondisi hewan ternak sampai kabut asap berlalu. Selain itu, wilayah Sumatra Barat juga melakukan pemeriksaan kesehatan hewan ternak. Sebanyak 40.000 ayam, kambing, sapi dan kerbau akan diperiksa. Sejauh ini sudah terlaksana sebanyak 15.000 ternak. Peternak dan petugas tetap bekerja dari kandang ke kandang meski kabut asap makin pekat.
![]() | |
|
Mengapresiasi Petani Dan Peternak Di Tengah Kabut Asap
Bayangkan, di tengah kabut asap yang berbahaya bagi kesehatan manusia, para petani justru menambah waktu bekerja untuk menyelamatkan tanaman dari kekeringan. Bekerja di sawah atau ladang membutuhkan banyak oksigen karena badan terus bergerak dan energi terus terbakar. Dengan mulut dan hidung yang selalu tertutup oleh masker, petani tidak leluasa bernapas, tapi mereka tetap berjuang agar tanaman tetap hidup.
Tanpa mereka, kebutuhan pangan dan gizi akan sulit terpenuhi karena persediaan pangan di Sumatra lambat laun menipis dan mengandalkan suplai dari pulau lain. Sementara itu, suplai dari pulau lainpun tidak bisa terdistribusikan dengan lancar akibat turut terganggunya transportasi udara dan air. Transportasi darat juga ektra hati-hati karena jarak pandang terbatas. Padahal makanan bergizi justru sangat dibutuhkan ketika daya tahan melemah akibat menghirup udara yang tidak sehat. Fakta tersebut menjadikan petani tulang punggung pangan dan gizi bangsaku.
Petani dan Peternak melawan asap dengan cara yang paling mereka kuasai, yaitu membuat tanaman dan hewan tetap hidup dan bisa dipanen, walaupun mereka sendiri harus bersusah payah bekerja di tengah udara yang berbahaya. Petani pejuang pangan dan gizi bangsaku.
Sumber:
http://www.litbang.pertanian.go.id/special/sumatera
http://www.litbang.pertanian.go.id/special/sumatera
http://www.goriau.com/berita/umum/walau-diliputi-kabut-asap-kabut-78-kelompok-tani-di-rohil-tetap-panen-raya-bersama-bupati.html
http://jitunews.com/read/21192/kabut-asap-bikin-perkebunan-terancam-gagal-panen
http://jitunews.com/read/20732/kabut-asap-mengancam-peternak-mesti-waspada
https://geographylovers.wordpress.com/peta-buta-geografi/
https://geographylovers.wordpress.com/peta-buta-geografi/
http://pantaupekanbaru.com/berita-38333031-Subdenpom+I/berita-36393231-40+Guru+SMA/berita-303436-Kabut+Asap+dan+Kekeringan+Hasil+Panen+Menurun.asp





30 comments for "HARI PANGAN SEDUNIA: Petani Pejuang Pangan dan Gizi Bangsaku"
sedari subuh sdh prgi ke sawh, kalau waktunya mbanyoni, ngasih air, malah bisa plg smpek malem, apresiasi tinggi dh bwt seluruh petani di negeri ini
Merekalah pejuang pangan dan gizi yang sesungguhnya bagi bangsa ini.
Bentar lagi msm hujan, smoga cpt teratasi.
masya Allah ... itu foto wanita tangguh mengarungi samudera, tetap berjuang... nice pic.
good luck mbak, artikel ini layak juara.
mungkin kita bisa beli apa saja untuk dimakan tapi dibalik itu semua membutuhkan pengorbanan yang sangat besar,
kadang kita melupakan atau bahkan tidak peduli sama sekali dengan nasib petani padahal tanpa mereka kita bisa kelaparan...
semoga bencana asap bisa segera diatasi supaya para petani khususnya di Riau bisa hidup normal lagi...aamiin...
Benar2 sangat mengganggu
*btw, saya lapar lihat "sesuatu" di piring dalam foto itu* :D
Dear friends, thank you for your comments. They will be appeared soon after approval.