Yogyakarta dan Pekalongan Kota Batik Dunia

Jika teman-teman googling, akan menemukan Yogyakarta dan Pekalongan sebagai Kota Batik Dunia.

Wah, mana yang benar ya? Buat saya sih, dua-duanya layak menjadi Kota Batik Dunia dengan keunggulan masing-masing. Asal keduanya rela sharing city branding tersebut, tak akan saling berebut rejeki karena segmennya beda. Yang jadi masalah tentunya karena city branding yang sama oleh dua kota akan menyulitkan penetrasi promosi di luar negeri. Konsumen dalam negeri sih, dari tanya-tanya dengan teman-teman yang suka belanja batik, tidak terlalu mempersoalkan city branding tersebut. 

infografik Pekalongan Yogyakarta Kota Batik Dunia


Jika ditanya mana kota batik, orang Indonesia akan menjawab Pekalongan. Sedangkan Yogyakarta lebih dikenal sebagai kota wisata. Namun jika digoogling, Yogyakarta menguasai page 1-5 sebagai Kota Batik Dunia. Selebihnya saya rasa sama saja, saya tidak meneruskan ke belakang. 

Dari mana sih asal muasal keribetan gelar Kota Batik Dunia ini?

Meski sudah lama dikenal sebagai kota batik, satu hal yang belum pernah diraih Pekalongan adalah pengakuan resmi dari badan atau lembaga dunia. Kita memang kerap alpa untuk masalah ini sehingga sering pula diserobot negara tetangga. Namun, pengakuan resmi tersebut tidak datang sendiri dan tidak mudah pula diraih. Tiap lembaga dunia punya berbagai persyaratan sesuai dengan visi dan misi lembaga tersebut. Kegigihan pemerintah daerah sangat diperlukan untuk mendukung pendaftaran dan seleksinya.
Awalnya pemerintah Indonesia mengajukan Bandung, Solo, Pekalongan dan Yogykarta untuk masuk dalam The Creative City Network yang diluncurkan UNESCO sejak tahun 2004. Jika berhasil masuk dalam networking ini, banyak keuntungan yang akan diperoleh, antara lain menaikkan prestise Pekalongan sebagai kota batik didunia internasional dan belajar pengembangan sumber daya dengan kota hebat lainnya yang berada dalam jejaring tersebut.
Syarat utama yang diajukan UNESCO adalah kota tersebut memiliki satu produk yang menjadi kegiatan kreatif utama masyarakat dan karenanya menjadi ikon kota tersebut. Untuk kategori Crafts dan Folk Arts, Pekalongan jelas lebih unggul dibanding dengan kota lainnya karena membatik adalah kegiatan kreatif yang telah membesarkan Pekalongan hingga dikenal sebagai Kota Batik di Indonesia. Keputusan untuk memilih Pekalongan sebagai Kota Kreatif Dunia (perhatikan, bukan Kota Batik Dunia) adalah sangat tepat dan sudah semestinya. 
Meski demikian, perjuangan untuk meraih gelar sebagai Kota Kreatif Dunia tidaklah semata-mata karena tadinya sudah dikenal sebagai Kota Batik. Itu kan kebanyakan dikenal oleh warga negara Indonesia sendiri. Pekalongan perlu "diduniakan" dengan city branding World City of Batik. Sebagai alat promosinya telah diadakan banyak event antara lain memecahkan berbagai rekor membatik (MURI dan Guiness World Record), merenovasi museum, membersihkan lingkungan terutama pembuangan limbah dan sungai, membuat stiker dukungan dan sebagainya.
Jika Pekalongan diusulkan oleh pemerintah Indonesia sebagai Kota Kreatif Dunia ke UNESCO, Yogyakarta diusulkan oleh Dewan Kerajinan Nasional Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi Kota Batik Dunia ke World Craft Council (WCC). Sudah mulai terlihat kan belibetnya? Heheheee....
Dekranasda DIY sudah benar mengusulkan hal itu karena ia bertanggung jawab mencari terobosan untuk memajukan kerajinan di wilayahnya.
Perjuangan untuk meraih gelar tersebut juga tidak mudah. Sentra batik tulis Giriloyo yang dijadikan andalan penilaianpun dibenahi. Berbagai event juga digelar, termasuk pemecahan rekor membatik. Seluruh kota mendukung pencalonan tersebut, termasuk dengan memasukkan kurikulum membatik ke dalam pelajaran sekolah. Gelar akhirnya didapat.
Pelan-pelan Yogyakarta mendominasi pemberitaan tentang Kota Batik Dunia. Yogyakarta dengan mudah mengambil tema Festival Kota Batik Dunia di Hari Batik lalu karena mereka memang berhak menggunakannya. Apakah Pekalongan yang lebih dulu mengobarkan semangat World City of Batik atau Kota Batik Dunia menjadi tidak berhak?
Batik adalah milik Indonesia. Indonesia memiliki banyak sentra batik di beberapa kota selain Pekalongan dan Yogyakarta. Ada Solo, Cirebon dan kota-kota di Madura. Semua berhak dan wajib mengembangkannya ke seluruh dunia. 

Namun, alangkah baiknya jika pemerintah daerah dan lembaga-lembaga terkait makin fokus dengan potensi utama daerahnya sehingga semua kegiatan pengembangan, produksi dan promosinya mengerucut pada satu potensi utama tersebut, serta aktif untuk mendapat pengakuan sebagai tolak ukur keberhasilannya.  

Selamat Hari Batik! :))

Post a Comment

12 Comments

  1. selamat hari batik mbak...aku juga pakai batik tiap hari... aka dasteran wkwkw
    semoga batik g diklaim ama negara lain lagi
    hidup batikk

    ReplyDelete
  2. Semoga Yogyakarta dan Pekalongan bahu-membahu dikenal sebagai kota batik dan kreatif dunia. Gak saling belibet. Ya dua kota penghasil batik ini harus kerja sama, gak pakai ego sektoral segala :)

    ReplyDelete
  3. Lagi2 soal pengelolaan aset daerah yang kurang optimal. Setiap daerah di Indonesia punya keunikan masing-masing. Sayang yang akhirnya bisa jadi icon hanya bebrpa daerah saja ya mak. Mulai ribut kalau sdh di klaim orang lain

    ReplyDelete
  4. pengen banget ke museum batik dan berburu batik ke yogya dan pekalongan...setuju mba pemerintah harus fokus mengembangankan batik agar ga hanya selebrasi aja

    ReplyDelete
  5. Kemarin Hari Batik Dunia ya. Semoga potensi2 daerah di Indonesia bisa terus dikembangkan & mendunia ya :).

    ReplyDelete
  6. Tapi, sebagian besar batik di Malioboro datangnya dr Pekalongan yo, Mbak. Aku pernah tanya2 pas beli celana batik. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul, batik Pekalongan orientasinya industri banget, selalu bikin tren & tersebar ke semua pasar batik nusantara.

      Delete
  7. mana aja, yang penting batik selalu dikenal asli dari indonesia udah cukup sih buatku :D

    ReplyDelete
  8. aku suka sekali pakai batik, di acara resmi dan ngantor biasanya aku pake :)

    ReplyDelete
  9. Yang lebih terkenal batik pekalongan sih rata-rata orang menyebutkan seperti itu dan udah enak aja bilang 'batik pekalongan' tapi tetep aja lah batik adalah salah satu harta di indonesia :)

    ReplyDelete
  10. diriku juga paling demen koleksi kain batik. cuman yang ngga mahal mahal bingits harganya. tapi emang suka sih walaupun banyak yang bilang jadul

    ReplyDelete
  11. dua-duanyaaa okeee untuk jadi kota Batik mbaaaaa...lah wong memang Batiknya ocreeh bangeet. dan aku suka bangeeet :)

    ReplyDelete

Dear friends, thank you for your comments. They will be appeared soon after approval.

Emoji
(y)
:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
:>)
(o)
:p
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
x-)
(k)