Asah Bakat Anak Di Mal
Mal memang lokasi publik pemicu konsumerisme. Tempat yang nyaman dan penataan barang yang apik membuat orang betah dan pengin belanja. Lagipula tak banyak tempat publik lain yang senyaman mal. Namun, tak sedikit pula para pemerhati perkembangan anak yang menganjurkan para orangtua untuk mencari alternatif tempat liburan atau bersantai selain mal. Bahkan lebih jauh lagi mereka menganjurkan kegiatan outdoor bagi keluarga.
Tapi mungkin nggak sih mal punya sisi yang bisa dimanfaatkan oleh keluarga?
Yang saya tahu, blogger cukup akrab dengan mal sebagai tempat launching beberapa produk yang mengundangnya. Blogger mendapatkan manfaat dari event tersebut. Brand yang mengundangnya pun termasuk produk anak-anak sehingga mereka bisa mengajak anak-anak ikut dalam acara tersebut.
Minggu kemarin saya ke mal dekat rumah. Mal ini seharusnya tidak begitu ramai karena ada pembukaan mal lain yang jauh lebih besar. Makanya saya santai saja berangkat di jam makan siang, setelah sholat dhuhur. Perjalanan 5 menit dari rumah juga lengang seperti perkiraan saya. Tapi ternyata susah juga mendapatkan tempat parkir, harus keluar taring juga karena ada yang berusaha menyalip antrian. Anehnya, supermarket dan restoran tidak padat. Kemana mereka ya?
Rupanya sebagian besar mobil yang berdesakan tadi adalah milik para orangtua yang anak-anaknya akan pentas di mal. Di lantai dasar ada lomba fashion show, sedangkan di lantai atas ada pentas musik. Biasalah, jika ada anak yang akan tampil, serumah akan beramai-ramai mengantarkan. Bahkan tak sedikit yang kakek nenek juga hadir menjadi supporter, meskipun tidak paham benar apa yang dilakukan cucunya. Salah satu nenek ada yang bertanya kepada saya apakah cucunya sedang lomba piano? Beliau tidak paham mengapa cucunya yang baru bisa lagu iya iyayo sudah ikut lomba? Saya berusaha menjelaskan bahwa itu hanyalah home concert untuk melatih keberanian. Dari ekspresi wajah nenek tersebut sepertinya beliau tetap tidak paham.
Tak jarang kita beranggapan, fashion show tidak cocok dengan anak-anak karena membuat anak-anak lebih dewasa dari umurnya dan membuat mereka konsumtif juga karena perlengkapan yang dipakai tidaklah murah, mulai dari sepatu, baju, aksesoris rambut hingga urusan salon.
Tapi itu tergantung dengan ambisi orangtua juga karena pada dasarnya anak-anak hanya bisa merasakan asik tidaknya, suka enggaknya. Soal ketenaran dan uang, orangtualah yang mengerti batasnya.Karena masih anak-anak itulah, banyak kejadian lucu di fashion show kemarin. Ada yang sepanjang jalan tangan terus menerus di pinggang seperti robot. Ada yang tidak turun-turun dari panggung meski yang lainnya sudah berganti dua rombongan. Ada yang minta ditemani kakaknya. Ada yang berputar-putar bermain dengan temannya setelah turun dari catwalk sampai baju dan tatanan rambutnya berantakan.
Di panggung musik tak kalang ajaib. Selain tampil anak-anak yang baru bisa doremi, ada juga yang ngambek nggak jadi pentas, ada pula yang meminta temannya duduk di sebelahnya dan sebagainya. Apapun cara dilakukan agar anak-anak itu berani tampil. Penonton yang kebanyakan adalah keluarga anak-anak yang tampil dengan senang hati memberikan tepukan pada siapapun selesai memainkan alat musik.
Saya pernah menulis tentang pendapat seorang ibu bahwa kewajiban orangtua itu salah satunya adalah menyediakan fasilitas yang dibutuhkan untuk menemukan bakat anak. Dari mana kita tahu bakat anak jika tidak trial and error? Senang musik saja harus kita detilkan, jenis alat musik apa yang disukainya? Apakah gitar, piano atau malah vokalnya? Senang gitar juga masih harus didetilkan, apakah klasik, pop, rock, blues dan sebagainya.
Panggung-panggung kemarin itu dalam rangka untuk mengetahui bakat anak juga. Yang benar-benar berbakat tentunya akan bersinar. Orangtua tinggal mencarikan jalan agar bakatnya itu membawa si anak ke tingkat yang lebih tinggi dari sekedar main-main. Bagi yang kurang berbakat, setidaknya telah memberikan anak kesempatan untuk mencoba sehingga tidak ada penyesalan setelah mereka dewasa. Selain itu, melatih anak untuk percaya diri adalah tujuan umum yang baik untuk semua anak.
Dibandingkan dengan panggung-panggung kelurahan dimana saya sering pentas menari Jawa waktu kecil, mal memberikan kenyamanan. Biasanya penyelenggara juga profesional sehingga anak-anak merasa mendapatkan perhatian yang cukup. Tapi tujuannya kurang lebih sama. Mungkin yang sekarang orangtua lebih memahami bahwa bakat anak tidak sekedar untuk sekali pentas tapi punya tujuan jangka panjang bagi masa depan si anak, serta berpengaruh terhadap perkembangan aspek lain, misalnya mental.
Jadi, lain kali ke mal, coba ajak anak-anak melihat anak-anak lain seusianya tampil. Lihatlah apakah mereka tertarik. Saya pernah mengalami periode ketika apapun urusannya ke mal, setibanya di mal anak-anak langsung minta duduk di restoran dan makan. Tak baik untuk gaya hidup mereka dan tak baik pula untuk kantong saya. Sekarang mereka bisa diajak keliling dulu melihat apa yang menarik.
Ketika melihat si adik pentas bersama group band pulalah yang memicu si kakak mendaftarkan diri untuk les piano dan kemarin sudah merasakan tampil membawakan lagu klasik. Hasilnya? Sempat beberapa kali berhenti di awal karena grogi :D
19 comments for "Asah Bakat Anak Di Mal"
bapaknya betah nemenin anak .. emaknya lanjuuut pilih2 belanjaan:)
Dear friends, thank you for your comments. They will be appeared soon after approval.