Jalan-jalan Ke Ngayogjazz 2015

Ke Ngayogjazz 2015 itu memang harus direncanakan untuk jalan-jalan karena panggungnya yang nyebar ke sudut-sudut Desa Pandowoharjo, Sleman.

Ngayogjazz 2015
Welcome to Ngayogjazz 2015


Sebenarnya tidak ada harapan untuk ke Ngayogjazz 2015 ini, meski sangat berkesan dengan penyelenggaraannya tahun lalu. Ini karena waktu luang saya hanya diatas jam 15.00, yang berarti sudah sore, yang berarti sudah padat. Tahun lalu saya datang lebih siang dan itu sudah ramai. Ketika saya pulang sekitar jam 14.00 parkir sudah susah, apalagi jika jam 15.00 baru datang. 
Ini penting untuk diperhatikan ibu-ibu dan keluarga, lebih baik datang di waktu masih terang, jangan malam hari. Sore hari suasana desa masih terlihat dan lebih santai. Malam hari sangat ramai, apalagi ketika band-band top keluar dan ngejam. Penginnya sih memang nonton yang terbaik, tapi tak perlu memaksakan diri.
Akhirnya saya bablas juga ke Pedukuhan Karang Kepuh karena tak terlalu jauh, lebih dekat dibandingkan Brayut tahun lalu. Sebenarnya ini sama-sama di Pandowoharjo tapi lain dusun. Posisinya sih berseberangan. Tak sengaja saya masuk tidak melalui pintu utama sehingga masih longgar. Masuk ke area ini hanya membayar parkir Rp 10.000. Ikuti saja arahan pemuda desa yang mendirikan pos di pintu-pintu masuk. Saya sempat membujuk panitia agar diperbolehkan parkir lebih dekat tapi tetap nggak boleh karena jalan ke area harus steril. Ternyata jalan kakinya pun tidak jauh. Dasar malas.
Ngayogjazz 2015
Pawai pembukaan yang sederhana tapi meriah.

Sampai sana disambut oleh gamelan Sanggar Karawitan Sasi Kirana. Ini sesuatu yang baru, agar kesenian warga tidak tersisihkan. Band juga sudah ada yang main. Saya mengincar band asal Pekanbaru dan Pekalongan di panggung Werkudara di jam tersebut, tapi sayang belum mulai. Saya hanya sempat melihat Gubuk Jazz Pekanbaru sebelum pulang, memainkan Pucuk Pisang. Sedangkan Pekalongan Jazz Society terpaksa saya lewatkan, tapi sempat bertemu dengan teman-teman lama.

Saya beruntung bisa menyaksikan lagi pawai pembukaan seperti tahun lalu meski datang lebih sore. 

Yang paling membuat saya kegirangan adalah lagu Gundul-gundul Pacul yang dibawakan ala New Orleans Second Line Parade. Pengunjung bisa menyatu dengan peserta pawai menikmati musiknya.
Yang tetap sama adalah rombongan pak Sujud dan egrang. Tapi kemarin kok tidak melihat pak Sujudnya ya? Soalnya sibuk bete merekam Gundul-gundul Pacul via instagram tidak ada sinyal, malah kehapus. Huhuhuhuuu....
Sebenarnya Ngayogjazz tidak hanya menampilkan band kenamaan, seperti Tri Utami dan Kua Etnika atau Syaharani and Queenfireworks, tapi juga band yang masih belajar jazz. Sempat saya menunggu sebuah band yang akan membawakan La Samba Primadona -nya Krakatau tapi beberapa kali terhenti karena gitarisnya grogi.
Kalau dekorasinya sih lebih unik tahun lalu tapi areanya lebih lega sekarang karena menurut keterangan tukang parkir, tahun lalu hanya satu dusun, sedangkan tahun ini dua dusun dijadikan satu. Karenanya pula, warung makanan tahun ini lebih banyak. Seperti tahun lalu, sepanjang event ini berlangsung juga diselingi hujan beberapa kali. Kalau hujan begini jangan bawa payung ya, menghalangi penonton lain. Sebagian besar penonton sudah paham dan sudah menyiapkan jas hujan atau ponco.
Ngayogjazz 2015
Dari panggung ke panggung. Total 6 panggung termasuk untuk gamelan.

Meski demikian, saya melihat lebih banyak yang datang bersama rombongan keluarga, sak bayi dan baby sitternya, dibandingkan tahun lalu.

Sayang, saya tidak melihat sosok pak Buddy L Worang. Untungnya saya mengajak anak-anak, jadi tetap ada teman ngobrol. Mereka sangat terkesan dengan acara ini. Sebelumnya mereka selalu enggan jika saya ajak ke acara-acara yang saya sukai. Saking sukanya, mereka akan kembali ke Ngayogjazz tahun depan, tapi bersama-sama teman-temannya, tidak mengajak saya. Kasihan ya, sayanya.

Post a Comment

8 Comments

  1. Hoooo.. Asyik ini kayanga Mak.. Soalnya ada budaya jawanya juga pas opening dan lagu-lagunya :)

    ReplyDelete
  2. saya suka deh pertunjukan seperti ini mbak, masih kental dengan adat tradisionalnya, apalagi diselenggarakan di desa, kan biasanya acara semacam festival gini mesti di jantung kota

    ReplyDelete
  3. Waah baru tau ada event ngayogjazz ini. Panggungnya banyak juga yaa Mbak Lusi.

    ReplyDelete
  4. Mba yang gambar yang paling atas itu jembatan ya?

    ReplyDelete
  5. Seru ya mbak. Saya lihat suasananya lebih merakyat gitu ;)

    ReplyDelete
  6. WAh ramai banget ya mbak kayaknya :D

    ReplyDelete
  7. masiiih penasaran sampai sekarang...udah sempet liat festival Jazz di sana sini tapi yang iniii beluuum hehehe :)

    ReplyDelete

Dear friends, thank you for your comments. They will be appeared soon after approval.

Emoji
(y)
:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
:>)
(o)
:p
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
x-)
(k)