Dimanakah Para Ibu Mencari Teman?
Semua orang butuh teman, tak terkecuali para ibu. Namun sebuah nasehat mengatakan, bertingkahlah sesuai dengan usia agar kamu selamat. Maka dalam mencari teman, yang para ibu inginkan adalah orang-orang yang mau memahami kedewasaan mereka, terutama karena mereka sudah punya segudang tanggung jawab, entah kepada keluarga, pekerjaan atau masyarakat, sehingga tidak bisa sering-sering diajak piknik atau hangout. Para ibu seringkali dimasukkan ke dalam kelompok yang tidak asik. Karena itu, dimana sih mencari teman yang paham dengan ketidakasikan tersebut dan bisa mentertawakannya bersama?
1. Tetangga
Kebanyakan kita berurusan dengan tetangga untuk masalah-masalah standar, antara lain arisan, iuran warga, keamanan, kebersihan, pengajian dan sebagainya. Tak jarang kalau dua tetangga ngobrol isinya menggosipkan tetangga lain. Mungkin nggak sih sekedar berteman untuk tertawa-tawa dan ngobrol yang nggak penting-penting dengan tetangga? Mungkin banget! Carilah yang memiliki latar belakang sama, bisa karena usul, pekerjaan, alumni atau hobi yang sama. Tak menutup kemungkinan bisa cocok dengan orang yang sama sekali beda tapi bisa klik. Dengan mereka, kita bisa masak bareng, nonton bareng atau yoga bareng dan sebagainya yang menyenangkan. Kan enak tu nyamperinnya. Rumah yang saling berdekatan, juga enak buat curhat. Tapi ingat, jangan semua urusan rumah tangga diceritakan, ya. Bagaimanapun dekatnya, mereka tetaplah orang lain.
2. Orangtua Murid Sekolah atau Les
Biasanya orangtua murid membuat paguyuban, lalu mengadakan kegiatan rutin, baik berupa rapat membahas kegiatan anak-anak atau arisan. Tapi selalu ada sekelompok ibu-ibu yang akhirnya menjadi aktivis, mewakili paguyuban untuk berbagai keperluan, misalnya rapat dengan sekolah, membeli seragam outing anak-anak, membeli kenang-kenangan untuk guru dan sebagainya. Manfaatkan ini untuk berteman karena seringkali kumpul-kumpul untuk membahas anak-anak juga diselingi dengan curhat atau cerita-cerita kekinian. Tak jarang sampai anak-anak lulus, para ibunya tetap akrab.
Les menghadirkan suasana yang lebih informal sehingga tidak ada keinginan orangtua untuk menyatukan visi seperti orangtua murid di sekolah. Namun disela-sela waktu menunggu les musik atau melukis, tak ada salahnya digunakan para ibu untuk berkenalan dan mengobrol. Seringnya ibu-ibu sekarang menunduk saja ke arah layar. Cobalah simpan gadget kita di tas dan bersikap terbuka terhadap pembicaraaan. Jika ibu yang berada di sebelah kita tidak tertarik, ya jangan memaksakan diri sok akrab.
3. Media Sosial
Orang bilang dunia maya itu luas, tapi ternyata bisa lebih sempit dari dunia nyata. Teman kita itu-itu saja. Kebutuhan untuk mendapatkan kehidupan yang beragam muncul ketika lingkungan pertemanan itu mulai membosankan dan menuntut kita untuk berlaku sesuai dengan standar lingkungan tersebut. Faktanya, masing-masing orang selalu punya sesuatu yang berbeda dari dirinya sehingga menolak untuk dipatok dengan standar yang sama. Tapi di media sosial itu sulit dilakukan karena dengan mudah dan semena-mena orang bisa mengamati, bahkan menganalisa setiap kata kita. Jika sudah demikian, mungkin saatnya untuk menyempit dan melebar.
Menyempit maksudnya membatasi fokus kita sendiri sesuai dengan karakter teman dan lingkungan online-nya. Misalnya, teman-teman facebook lebih nyinyir, batasi saja pergaulan di newsfeed yang terbuka dengan masuk ke group-group tertutup yang lebih sepaham. Melebar maksudnya adalah meluaskan variasi pertemanan dengan mencari group-group yang anggotanya berbeda.
Dunia maya akan benar-benar luas seperti seharusnya jika mau keluar mencari teman-teman baru.
4. Komunitas
Di jaman digital ini, orang lebih banyak mencari komunitas secara online, Alasannya karena lebih mudah berkomunikasi dan lebih mudah nge-buzz jika sedang ada event atau gerakan. Namun karena internet mendekatkan yang jauh, seringkali satu orang bisa ikut beberapa komunitas sekaligus membuat kita bertemu orang yang itu-itu saja jika sehobi. Kalau mau teman baru, cobalah menggali hobi kita itu dari sudut yang berbeda. Misalnya, jika biasanya ngumpul dengan blogger reviewer yang suka ngulik konten dan teknis blogging, cobalah ngumpul dengan blogger yang menggunakan blog untuk dokumentasi saja, misalnya blog para crafter.
Jika ingin lebih banyak keragaman, datanglah ke event-event yang diselenggarakan oleh mereka yang tidak intens di media sosial, misalnya ke festival, pameran, pertunjukan, bazaar dan sebagainya. Meski para olahragawati juga ketularan kemayu dengan upload kegiatan fisik mereka di media sosial, tapi masih banyak klub-klub atau grup-grup lari, badminton atau renang yang memilih menikmatinya sendiri secara berkelompok. Ngobrol dengan mereka akan sangat menarik karena mereka jarang melontarkan idealisme, visi dan karya di media sosial sehingga membuat cara pandang kita lebih kaya.
5. Tempat Senam
Tempat senam ini sebenarnya hanyalah elemen yang sangat kecil dari kehidupan para ibu. Tapi entah mengapa sulit dipisahkan karena rata-rata ibu sudah pernah mencoba tempat senam. Ada yang cuma sekali datang lalu menghilang, ada yang sempat beberapa kali tapi ada pula yang bertahan lama. Meski tempat olahraga, tapi umumnya para pengelola merasa sayang jika tidak menggunakan kesempatan tersebut untuk menguras dompet ibu-ibu, antara lain dengan jualan makanan, minuman, suplemen, peralatan olahraga, bahkan busana muslimah sampai kipas. Di waktu memilih-milih barang dagangan inilah percakapan terjadi dan bisa digunakan untuk mendapat teman. Karena sekarang yang sedang trend adalah yoga, maka dimana membeli matras, tas, handuk dan sebagainya dengan merk terkenal warna serasi menjadi bahan pembicaraan yang asik untuk memulai.
Ada yang usul cari teman dimana lagi, bu?
15 comments for "Dimanakah Para Ibu Mencari Teman?"
aku lebih sering di komunitas mbk lus, seneng klok ketemu temen yg se he eh :)
Dear friends, thank you for your comments. They will be appeared soon after approval.