7 Perilaku Menjadi Pengunjung Museum Yang Baik

Beberapa waktu belakangan ini saya ikut jalan-jalan ke museum-museum di Jogja bareng Night at the Museum atau @malamuseum dan banyak mendapat pelajaran menjadi pengunjung yang baik.



Walaupun nama akunnya @malamuseum tapi sebenarnya kunjungan yang dilakukan tidak selalu malam hari. Kayaknya perlu ganti nama nih mas Erwin? Komunitas tersebut diprakarsai dan dikelola oleh anak-anak muda yang tinggal di Jogja dengan latar belakang yang berbeda-beda. Ini membanggakan banget karena anak-anak muda yang trendy ini sangat menguasai sejarah dan bisa membawakan dengan cara yang fresh. 

Kalau pengin gabung jadi relawan @malamuseum, tinggal hubungi akun tersebut. 

Syaratnya minimal mahasiswa ya. Kalau saya sih karena sudah tuwek, jadi peserta saja. 

Pertama ikut tur mereka karena mewakili Kumpulan Emak Blogger (KEB) untuk belajar cara merawat Borobudur. Setelah itu, saya mendaftar ikut ke Museum Sonobudoyo dan Museum Sandi. 

Kalau teman-teman kebetulan melihat banner @malamuseum melintas di twitter dan pengin ikut, hubungi saja kontak yang tertera. 

Nggak kenal enggak apa-apa kok. Nanti juga lama-lama kenal. Sekalian saja ajak teman atau keluarga, asal jangan lupa menyebutkan berapa jumlahnya supaya panitia bisa menghitung kuota yang terbatas.

1. Bersikap sopan
Museum adalah tempat memorabilia para pembuat sejarah ataupun catatan peristiwa. Isi museum tersebut sangat besar pengaruhnya dengan apa yang kita dapat sekarang. Misalnya, museum Sandi menyimpan berbagai peninggalan perjuangan bangsa Indonesia melawan agresi Belanda yang pada jamannya tidak boleh disebut-sebut. Di masa itu, mereka bergerak tanpa diketahui siapapun sehingga mereka juga tidak mendapatkan kepopuleran berkat aksi mereka. Padahal perannya sangat besar terhadap kemerdekaan hidup kita sekarang sehingga saya bisa ngeblog segala. Maka dari itu, kita harus menghormati peninggalan mereka sebagai wujud rasa terima kasih, antara lain dengan bersikap sopan selama di dalam museum.

2. Perhatikan peraturan dan larangan.
Peraturan dan larangan dibuat pengelola karena semua yang didalam museum sangat berharga, tidak bisa beli di toko kalau hilang atau rusak. Misalnya ada larangan "jangan sentuh", ya benar-benar jangan sentuh, jauhkan tangan gratil kalian. Aturan seperti itu kadang bukan semata-mata takut ada yang mencuri tapi bisa juga karena benda tersebut mudah rusak meski cuma terkena tangan kita yang basah oleh keringat. Demikian pula jika ada larangan memotret. Nyuri-nyuri motret itu nggak keren sama sekali malah terlihat betapa bebalnya dirimu.

3. Wajib dipandu guide.
Museum memang tidak mengharuskan kita dipandu oleh guide tapi saya selalu menggunakan jasa guide di semua tempat bersejarah yang saya kunjungi, terutama museum. Memang kita bisa googling dan di peninggalan yang dipajang tersebut sudah ada keterangannya, tapi penjelasan guide akan memberikan pengetahuan yang lebih banyak lagi. Keterbatasan keterangan di museum bisa diatasi dengan cerita guide, demikian pula dengan ke-valid-an informasi yang didapat melalui googling. Cerita guide yang mengalir seringkali membuat tak terasa bahwa kita sudah berada lama di dalam museum. Jika tanpa guide, pasti banyak foto atau diorama yang kita skip karena kita memandangnya hanya sebagai foto lama biasa, padahal banyak cerita dibaliknya.

4. Hindari ngobrol sendiri.
Meski lebih asik datang berombongan, tapi hindari ngobrol sendiri. Apalagi jika tergabung dalam sebuah group, itu akan sangat mengganggu peserta lain. Simak dulu guide-nya. Sayang kan guide sudah bercerita panjang lebar tapi kita tak menyimak. Meski tak ada tugas laporan seperti anak study tour, tapi makanan otak yang bergizi tersebut akan membuat kita puas setelah menyimak. Pikiran kita yang dibawa jauh ke belakang akan bekerja dengan mengembangkan imajinasi saat peristiwa tersebut terjadi, misalnya tentang kerajaan-kerajaan Mataram. Pikiran yang aktif seperti itu sangat baik untuk mengembangkan intelijensia anak yang sedang tumbuh dan mempertahankan intelijensia orang dewasa yang mulai turun.

5. Selfie boleh kok.
Museum jaman sekarang tidak kaku. Pengelola mengerti kok dengan semua yang kekinian. Mereka juga mengerti bahwa foto pengunjung merupakan publikasi yang cepat. Bahkan ketika di Museum Sandi, guide memberikan beberapa ide gaya selfie. Yang nggak boleh adalah foto sampai naik-naik ke diorama. Kalau ada yang demikian, jangan ragu untuk menegur. Jaman sekarang yang kemayu selfie nggak cuma cewek, tapi cowok-cowok juga. Dengan menegur, kita membantu pengelola merawat museum. Selain itu, jika berada dalam satu rombongan guide, biarkan guide selesai dahulu memberikan penjelasan dan peserta selesai mengabadikan benda peninggalan, barulah selfie. Selfie ketika peserta belum selesai memotret benda-benda bersejarah itu membuat kesal peserta lain yang serius ingin mengetahui dan merekam isi museum tersebut.



6. Jaga kebersihan.
Bangsa kita sering gagal dalam urusan kebersihan. Padahal museum-museum sekarang tidak seperti dulu yang suram dan kaku. Museum sekarang banyak yang bersih, rapi dan adem oleh AC. Mereka menyediakan brosur di depan dan memberikan sambutan yang ramah. Beberapa museum malah memberikan bahan interaktif dengan pengunjung, misalnya membatik di Museum Batik Pekalongan dan membuat kata sandi di Museum Sandi. Sayang sekali masih banyak pengunjung yang norak, buang sampah sembarangan. Saya pernah bengong tidak bisa ngomong apa-apa melihat bekas dos nasi dan gelas air mineral berserakan dibawah kaki pesawat tempur Museum Dirgantara.

7. Pulang membawa kesan.
Ketika pulang, jangan lupa menuliskan kesan kita jika disediakan buku tamu. Usul dan saran bisa ditulis disana sebagai bahan perbaikan museum. Jangan lupa mengambil brosur yang ada sebagai oleh-oleh. Oleh-oleh kok brosur? Didalam brosur banyak keterangan yang dibutuhkan tentang isi dan jam buka museum, serta kontak yang bisa dihubungi. Seringkali anak sekolah atau ibu-ibu yang sedang merancang liburan keluarga membutuhkan itu. Jika museum menjual cendera mata, tak ada salahnya membeli. Selain bisa untuk oleh-oleh, juga membantu operasional museum.

Museum memang terutama dibangun untuk menyimpan benda bersejarah. Pengunjung yang banyak akan membantu operasional museum, tapi pengunjung yang berduyun-duyun justru tak terlalu diharapkan karena bisa merusak koleksi yang ada. Beberapa museum melakukan pembatasan jumlah pengunjung untuk sekali masuk, dimana antrian berikutnya harus menunggu selang beberapa menit, seperti di museum Ullen Sentalu.
Mengunjungi museum adalah kesempatan yang sangat menyenangkan karena merupakan pilihan yang menenangkan di antara obyek wisata lain yang hiruk pikuk. Kecuali di musim study tour mungkin ya?

Post a Comment

11 Comments

  1. Bersikap sopan dan menjaga kebersihan itu penting banget mba :) apalagi di tambah dengan selalu memperhatikan peraturan di jamin deh kunjungan ke museumnya lancar dan membawa kesan :D

    ReplyDelete
  2. Saya kalo ke museum juga lebih senang dipandu. soalnya malas membaca keterangan-keterangan yang tertera. syukur-syukur dapat guide yang baik, yang mampu menghidupkan cerita seolah-olah kita sedang nonton film sejarah :)

    ReplyDelete
  3. Aku kemarin jadinya ke Museum Sandi tapi nggak pakai guide, besok pengen kesana lagi ah, belum tau cara main sandi2nya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Guide-nya kemarin nyentrik banget tp pengalamannya segudang

      Delete
  4. Jaga Kebersihan itu yang hampir susah dijaga. Hm... budaya orang indonsia nyampahnya tuh nggak membanggakan sama sekali. Sedih.

    ReplyDelete
  5. nah yang sering aku lihat mah, banyak orang malah ngobrol sndiri padahal lagi ada yang nerangin. Jadi kepikiran orang itu hanya mau lihat saja atau mau tahu juga tentang apa yang dilihatnya

    ReplyDelete
  6. Pascal nih gak boleh lihat tulisan museum dia maunya mampir. Lagi di jalan aja kemairn lihat tulisan museum tekstil minta mampir tapi sayang lagi ga bisa

    ReplyDelete

Dear friends, thank you for your comments. They will be appeared soon after approval.

Emoji
(y)
:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
:>)
(o)
:p
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
x-)
(k)