Kesibukan Ramadhan Yang Hanya Dimengerti Oleh Ibu-ibu

Pic by pexels.com

Ramadhan sebentar lagi, ibu-ibu sudah siap? 
Berikut jawaban imajiner dari pertanyaan tersebut:
"Sudah, barusan balik dari pasar, sudah nyetok besar nih."
"Saya baru balik dari pusat grosir, borong deh itu kacang yang sudah dikuliti."
"Alhamdulillah, bereslah sudah penuh lemari dengan kornet dan sarden."
Para ibu boleh saja memasang status bijak di media sosial, tapi dalam obrolan dunia nyata, hal-hal yang diangggap nggak penting itulah yang sering muncul. BBM dan WA sibuk membahas kemana pesan kue kering. Bapak-bapak biasanya no comment, bahkan ketika terpaksa mengantar para ibu antri panjang di supermarket. Dibalik wajah dinginnya, para bapak paham bahwa ibu-ibu sedang menjalankan tugasnya membuat bulan Ramadhan berjalan lancar. Para ibu santai yang menganggap para ibu sibuk ini secara absurd melupakan makna Ramadhan, mungkin juga melakukan hal yang sama, hanya kadarnya saja yang berbeda.
Kalau ada yang nyinyir, puasa kok mikir makanan melulu, lah bagaimana lagi? Itu kan job desc ibu-ibu. Para ibu berkewajiban memastikan puasa seharian lancar berkat asupan makanan dan minuman yang benar.
Kalau mau didata semua, pasti panjang hasilnya. Tapi daftar dibawah ini cukuplah. Nggak terbayangkan tanpa keberadaan ibu atau setidaknya perempuan (jika sudah tidak ada ibu) di rumah saat bulan Ramadhan. Seru juga kali bereksperiman menyerahkan semua daftar itu ke bapak-bapak. Kalau ibu-ibu sih nggak perlu catatan karena dalam benak mereka sudah terpatri semua yang diperlukan itu. 

Nyetok Sebagian Sembako
Sering menyebutkan sembako tapi tahu nggak sembako itu apa saja? Saya baru tahu malam ini dari googling untuk membuat artikel ini. Jadi yang termasuk sembilan bahan kebutuhan pokok itu adalah beras, gula pasir, minyak goreng dan mentega, daging, telor, susu, jagung, minyak tanah dan garam beryodium. Saya sebut sebagian karena daging, telor dan jaguung tidak bisa di-stok terlalu lama sampai Lebaran. Itulah sebabnya presiden Joko Widodo gemes memaksa harga daging sapi diturunkan sampai Rp 80.000 karena harga sekarang yang rata-rata diatas Rp 100.000 sudah paling mahal dibandingkan negara lain, apalagi Lebaran nanti. Meski dianggap penting, tidak semua keluarga Indonesia minum susu, kecuali yang masih punya balita.
Kalau kamu tak paham jalan pikiran ibu-ibu mengapa harus berpanas-panasan ke pasar atau antri panjang sampai gempor di supermarket demi nyetok sembako, mungkin ini bisa membantumu untuk memahaminya.
Ibu-ibu berusaha mencuri start dari para spekulan harga dan membagi energi. Jika persoalan sembako rumah tangga bisa dibereskan lebih dulu, selanjutnya para ibu bisa fokus mengurus zakat fitrah dan zakat ke orang-orang sekitar seperti satpam, tukang sampah, bakul-bakul, manula dan sebagainya.   Dengan mencuri start, banyak uang yang bisa dihemat sehingga bisa meningkatkan sedekah Ramadhan. Awal-awal jadi ibu, saya takjub melihat begitu banyak nama dalam daftar penting yang harus diperhatikan selama Lebaran. Sebelumnya saya hanya tahu bahwa para ibu sibuk bukan main blanja blanji padahal yang wajib cuma zakat fitrah.

Baca juga: Aktivitas Online Blogger Muslimah di Bulan Rmadhan

Memenuhi Kulkas
Berhubung kapasitas kulkas terbatas dan tak semua bahan bisa disimpan sebulan, biasanya para ibu memborong seminggu sekali atau beberapa hari sekali. Kalau ini lebih didasarkan pada masalah teknis, yaitu karena penjual sayur dan bahan mentah lainnya di pasar tetap buka pagi. Tak mengenakkan datang ke pasar pagi hari, jauh sebelum buka. Bahkan jika belanja di supermarket, para ibu pilih belanja sore karena bisa sekalian buka puasa. Dengan kulkas yang selalu penuh bahan, para ibu bisa menghemat pikian tiap mau memasak sahur dan buka puasa. Ada banyak pilihan ketika membuka pintu kulkas.

Nyetok Bahan Makanan Kemasan
Bahan makanan kemasan banyak dihindari ibu-ibu karena saat ini semakin banyak ibu yang memilih bahan makanan yang lebih sehat dan segar. Tapi khusus di bulan Ramadhan, sebagian menyimpan kornet, sarden sampai kerupuk siap goreng. Para ibu memandang ini sebagai bahan makanan emergency, terutama untuk menu sahur. Meski alarm sudah disetel maksimal, tapi adakalanya terjadi keteledoran sehingga bangun mepet Imsak. Bahan-bahan makanan itu mejadi penyelamatnya karena bisa dimasak dengan sekejap mata.

Memastikan Baju Lebaran dan Perlengkapan Sholat Ied
Baiklah, memang di hari Lebaran tak harus mengenakan baju baru. Tapi bukan ibu namanya jika diam saja. Mereka tetap memastikan baju mana yang akan dipakai dan menyiapkannya. Para ibu juga akan memastikan semua peralatan sholat Ied adalah yang paling bagus, bersih dan wangi. Namun, baju kembaran sekeluarga juga bakal membuat mereka sangat gembira. Mencari model, bahan dan penjahit kembaran akan membuat mereka bersemangat, walaupun mereka juga yang harus pandai mengelola keuangan keluarga demi baju kembaran itu.

Pic by pixabay.com


Menyiapkan Hidangan Puasa dan Lebaran
Boleh saja bilang buka puasa dan sahur itu biasa saja seperti makan di hari-hari lain. Tapi seneng banget kan kalau ibu menyiapkan lebih dari biasanya? Seneng kan kalau meja komplit dengan es blewah, tahu bulat, salad buah, ayam kremes, sayur asem, tempe garit dan kerupuk? Perasaan itu terpatri didalam hati anak-anak perempuan sehingga ketika mereka menjadi ibu, mereka ingin anggota keluarga memiliki perasaan gembira seperti itu juga ketika berbuka puasa.
Meski ketika melihat orang lain mereka juga merasa orang lain tersebut berlebihan, tapi ketika menerapkan pada keluarga sendiri, mereka pun melakukan hal yang sama. Bukan berarti itu bermewah-mewah karena tak semua memamerkannya di media sosial. Di bulan Ramadhan kan banyak yang membatasi penampilan di media sosial. Itu semata-mata karena ingin membahagiakan orang-orang yang para ibu cintai sehingga nggak mikir repot atau ribet. Bahkan tak sedikit para ibu yang mengirim takjil ke tetangga secara bergiliran. Misalnya hari ini ke tetangga di sebelah kanan, besok sebelah kiri.
Begitu pula ketika Lebaran, seneng kan kalau meja penuh dengan kue kering khas Lebaran? Seneng kan kalau di meja makan tersedia ketupat opor komplit. Ya itulah hasil sibuk kesana kemari dan antri panjang di kasih yang dinyinyiri sebagian orang sebagai kegiatan yang tidak jelas.

Menyiapkan Parcel Lebaran
Bukan pejabat dan tidak punya anak buah tak berarti nggak mikir parcel. Bagi yang punya tabungan, pasti akan antri di supermarket atau pusat grosir jauh-jauh hari. Yang bonus Lebarannya lumayan, pasti akan pesan kue kering dalam jumlah banyak untuk mengisi parcel. Lalu kalau bukan pejabat dan tidak punya anak buah, buat apa para ibu mikirin parcel? Cara berpikir para itu tidak seperti orang dagang, sudah bayar lalu bye bye.
Para ibu akan berusaha menjaga kedekatan dengan orang-orang yang sering berhubungan setiap hari. Di sekitar kegiatan rumah ada satpam, tukang sampah, tetangga yang sering dititipin jemuran, tetangga yang kadang dimintai tolong memangkas pohon, nenek-nenek sebatangkara, tukang sampah dan sebagainya. Diluar itu masih ada guru les anak-anak, saudara yang dekat dengan rumah dan sebagainya.
Parcelnya pun tidak seperti parcel pesanan untuk kolega kerj. Ibu-ibu biasanya sangat kreatif menyesuaikan dengan budget yang ada. Aneka keripik yang murah meriah pun bisa dikemas cantik oleh para ibu karena mereka sangat mengerti bahwa yang penting bukan harganya tapi perhatian yang mereka berikan.

Meski jalinan silaturahim dipelihara setiap hari, ibu-ibu sangat paham bahwa yang terjadi bulan Ramadhan meninggalkan bekas yang lebih berkesan. Karena itu jangan nyinyirin mereka, gak mau dukung gak apa-apa, terima enak saja sudah cukup membahagiakan mereka. Yuk bu, belanja!

Post a Comment

17 Comments

  1. Bener banget, ibu atau istri menjadi orang yang paling sibuk selama Ramadhan. Mulai dr ngurus menu untuk keluarga, sampai ngurus aktivitas ibadahnya sendiri.
    Hormat saya untuk para ibu/istri.

    ReplyDelete
  2. Teman saya pernah bilang : kalau orang-orang nggak kemaruk belanja pasti harga-harga nggak bakalan naik. Apa menyambut Lebaran harus segitunya?

    Ada benarnya sih, tapi yang kita hadapi adalah 'ritual tahunan nan sakral', apapun akan dikorbankan.

    Meskipun saya diam saja (demi perdamaian dunia) tapi dalam hati nggerundel juga : mana bisa begitu?? :)

    ReplyDelete
  3. Untuk sayuran aku nggak setok banyak. Kebetulan deket rumah ada warung. Kalau lauknya macem ikan dan daging aku setok buat 3 hari. Mungkin karena aku kerja di rumah jadi punya waktu yg lebih fleksibel. Jadi nggak perlu setok banyak2.

    ReplyDelete
  4. Saya belum nyiapin apa2 mba huhu

    ReplyDelete
  5. bener banget ini, plus nyetok sebelum lebaran. karena setelah lebaran biasanya kang sayur mudik semua

    ReplyDelete
    Replies
    1. Disini tukang sayur masih sih, tp biar ibadah lebih tenang

      Delete
  6. Sayaaa...saya paling seneng nyetokin makanan2 beku seperti nugget, bakso, sosis..gitu2 deh. Kalo puasa pengennya makan yg praktis2..hehe

    ReplyDelete
  7. aku baru nyetok makanan kemasan nih mbk lus, sm bumbu2 dapur ding
    ah semangat wesss menuju bulan puasaaaaa

    ReplyDelete
  8. saya baru sadar kalau persiapan puasa dan idul fitri ternyata banyak sekali ya mba :). Sudah lama ngga lebaran di tanah air tapi jadi kangen persiapan seperti ini :)

    ReplyDelete
  9. banyak yg harus disiapkan selama ramadhan dan syawal. Berbagi kebahaiaan dengan orang2 terdejat

    ReplyDelete
  10. Hai Mba Lusi, enak dong sudah punya stok, kalau saya sementara cicil dikit-dikit dulu, supaya pengeluaran tidak terlalu besar.
    Terima kasih

    ReplyDelete

Dear friends, thank you for your comments. They will be appeared soon after approval.

Emoji
(y)
:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
:>)
(o)
:p
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
x-)
(k)