Ibu, Pastikan Si Remaja Punya Kehidupan Digital Yang Aman

Banyak ibu yang terlalu mendiskreditkan media sosial, padahal kehidupan digital yang sehat itu cakupan jauh lebih luas lagi.

remaja dan kehidupan digital


Digital itu bukan cuma facebook dan twitter tapi juga instagram, path dan group chat seperti Whatsapp (WA), LINE, BBM dan Telegram. Orangtua seringkali resah, mengingatkan anak-anak untuk menjauhi facebook dan twitter. 
Kenyataannya, remaja sekarang tak terlalu menyukai twitter dan facebook. Tanpa dilarangpun mereka sudah enggan punya akun disana, yang menurut mereka terlalu banyak orang yang sudah tua. Meski demikian, tetap ada yang punya akun tersebut, dan sayangnya banyak kasus kriminal berasal dari pertemanan di facebook.
Instagram dan path meski merupakan jejaring sosial juga, tapi sering tak dianggap sebagai ancaman. Instagram kan cuma foto, path kan diprivat. Padahal banyak kejahatan pencurian anak dan pencurian identitas (foto diri) paling sering berasal dari instagram. Sedangkan path diprivat itu lama-lama seperti omong kosong. Makin banyak orang yang update path tapi nongol juga update tersebut di twitter dan facebook. Banyak pula pertengkaran yang berasal dari screenshoot percakapan di path yang dibawa keluar.
Di group chat, BBM tak lagi diminati remaja, sedangkan Telegram belum menjadi pilihan utama. Remaja lebih menyukai LINE yang banyak memberikan stiker ekspresi dan sebagian kecil menggunakan WA. Orangtua cenderung longgar dalam pengawasan group chat karena menganggapnya sebagai alat komunikasi semata dengan teman-temannya.
Lalu bagaimana dengan youtube yang sedang hits dikalangan anak muda sekarang, atau mungkin webtoon. Duh, kerja keras banget ya buat para ibu yang kebanyakan gaptek? 

Tapi pasti ada lah sesuatu yang bisa kita lakukan untuk memastikan anak-anak memiliki kehidupan digital yang aman, karena melarang sama sekali itu tidak mungkin dan anak-anak bisa tahu sendiri soal teknologi tanpa diajari orangtuanya.


1. Parental Guidance yang tak bisa ditawar.
Umumnya platform media sosial mengenakan aturan 13 tahun keatas bagi remaja yang pertama kali memiliki akun disana. Tapi jangan heran jika anak-anak sudah ribut sebelum saatnya karena teman-temannya sudah punya. Begitulah, dorongan memiliki akun yang belum saatnya tercipta karena pengaruh teman-temannya. Sedihnya, tak jarang si orang tua sendiri yang membuatkan dengan berbagai dalih, antara lain untuk dokumentasi, koneksi antara anggota keluarga, biar eyangnya yang jauh lihat dan sebagainya. Semua akun di internet bisa diretas. Itu sebabnya developer sering melakukan update aplikasi, selain menambah fasilitas, juga untuk mengimbangi kekinian para hacker. 

2. Filter konten pornografi dan sadisme.

Parental guidance yang tak bisa ditawar ada hubungannya dengan filter konten pornografi dan sadisme. 

Orangtua sering fokus pada masalah konten pornografi saja, padahal konten sadisme juga tak boleh dikonsumsi anak-anak. Gunakan nawala, safe search dari google, atur restriction level, firewall dan sebagainya. Cek history atau browsing activity untuk memastikan anak-anak tidak menjelajah situs-situs dewasa atau kekejaman. Jika masih dilakukan, mintalah nasehat teman-teman bagaimana memblokirnya. Bicara atau diskusi dengan anak-anak memang penting, tapi kadang jari mereka sulit ditahan karena dikendalikan oleh rasa ingin tahu. Orang dewasa saja sering khilaf kan?Lebih baik diblokir.

3. Jejaring sosial yang aman.
Jangankan anak-anak, orang dewasa saja bisa khilaf atau tertipu. Jadi lebih baik jadi salah satu teman jejaringnya. Tapi harus bisa mengendalikan diri, nggak usah sok akrab agar anak tidak merasa diawasi oleh sipir penjara. Pastikan saja mereka berteman dengan sebayanya. Jika ada yang jauh lebih dewasa, bahkan tua, lakukan background cek terhadap orang tersebut. Tak harus jadi predator anak yang seram untuk berbuat kejahatan, justru yang tampak bak malaikat itu yang seringkali bahaya. Pada teman sebayanya pun perlu diperhatikan jika ada yang bertingkah tidak wajar, apalagi jika bukan teman sekolahnya.

4. Awasi group chat dan jalur pribadi.
Tidak seperti jejaring sosial dimana kita bisa masuk dalam lingkaran anak-anak tanpa menganggu, tidak group chat tentu saja tidak bisa. Tiap anggota berinteraksi lebih intens sehingga aneh sekali kalau mereka tahu ada salah satu orangtua yang gabung. Mengawasi group chat tidak perlu dengan merebut hp tiap mereka selesai mengetik tapi lebih baik dengan menanyai si remaja dengan santai, apa sih yang membuatnya tertawa, apa sih yang membuat bertampang serius dan sebagainya. Tentusaja sesekali wajib diintip, bener nggak ngobrol dengan teman-teman yang sudah kita kenal. Di group chat apapun bisa terjadi, antara lain pornografi dan jual beli kunci jawaban UN. Yup, itu sangat kekinian. 
Pernah suatu ketika salah satu teman anak saya terkena masalah disekolah karena membuat meme yang menghina salah satu guru. Untung guru tersebut berbesar hati ketika anak tersebut dan orangtuanya menghadap untuk meminta maaf. Masalah seperti itu bisa saja lebih besar lagi jika yang dihina seorang tokoh misalnya dan bocor keluar group. Guyonan remaja seringkali kelewatan.
Jalur pribadi atau japri lebih privat lagi karena antara anak kita dan satu orang lagi diseberang sana entah siapa. Orangtua berharap mengenal lawan bicara tersebut dengan baik tapi nyatanya orangtua tak pernah tahu. Jika membawakan telepon yang tidak smart ke sekolah dianggap aman, mungkin orangtua harus lebih waspada. Cek call log siapa yang ditelpon dan siapa yang menelponnya. Begitu pula dengan SMS. Lakukan tanpa memaksa, misalnya sambil tiduran dan ngobrol lalu main-mainkan ponselnya.

5. Telusuri keberadaannya.
Mungkin para ibu pernah ngomel begini ketika si remaja tak pulang-pulang sementara telepon tidak diangkat, "Ni anak harusnya dipasangi GPS biar gampang nyarinya."
Ya, mengapa tidak? Banyak berita anak-anak celaka karena berbohong pada orangtua. Dia tidak selalu anak yang nakal. Kadang karena dia tahu orangtuanya tidak bakal mengijinkan padahal itu kegiatan yang disukainya bersama teman-temannya, akhirnya dia berbohong. Padahal dengan berbohong dia menambah masalah baru, jika ada apa-apa orangtua tidak tahu keberadaan mereka. 
Tentusaja GPS yang dimaksud tidak seperti ibu ngomel tersebut yang serupa chip ditanamkan ke si anak. Heheheee.... Kebanyakan nonton science fiction kalau seperti itu. Ponsel jaman sekarang sudah bisa digunakan untuk tracking. Saya selalu menggunakannya jika anak-anak ada kegiatan diluar sekolah, misalnya study tour, studi banding atau kemah. Untuk anak-anak SMP dan SMA seringkali tak diiijinkan dijenguk orangtua ketika ada kegiatan sekolah dengan alasan supaya mandiri. Tidak apa-apa. Tinggal minta si anak menghidupkan sinyal lokasi di ponsel yang bisa kita lacak koordinatnya. Dengan demikian bisa mengurangi kekhawatiran kita yang jauh dari anak-anak. Lagipula banyak anak-anak yang malas update ke orangtuanya tentang kegiatan yang sedang dilakukannya, meski cuma ngetik singkat, "Lagi makan."
Mereka lebih suka membagi aktivitas dengan teman-temannya. Dengan tracking seperti itu, orangtua tak perlu senewen menunggu kabar dimana si anak sedang berkegiatan.

Teknologi digital memang ditakuti orangtua karena perkembangannya seringkali tak bisa mereka ikuti. Anak-anak melesat bersama terknologi tersebut. Menjadi orangtua di jaman modern ini sangat tidak mudah. Tapi harus yakin bisa mengantar anak-anak selamat menerobos belantara digital.

Source: http://www.mombloggersclub.com/profiles/blogs/secureteen-ensuring-a-safer-digital-experience-for-kids

Post a Comment

37 Comments

  1. Anak2 jaman skrng kdng lbh pinter mainin gadget milik ortunya, ya mbak. Bahkan seusia anakku yg balita ngerti cara unlock hp.
    Tapi emamg serba salah, krn di satu sisi gdget jg bnyk gunanya. Tingal ortu emang yg kudu awas thdp penggunaan gdget anaknya TFS artikelnya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihihiii iya mereka itu cepet banget padahal nggak diajarin.

      Delete
  2. tak lama lagi anak saya akan sampai pada masa ini, masa mereka kenal dunia digital lebih jauh dan dumay ...thank sharenya mak lusi

    ReplyDelete
  3. Mendidik anak jaman sekarang ibi ribet2 ngak jelas yaaa kak.

    Anak sudah memakan informasi yang terbuka dan terlalu banyak. Orang tua nya kelimpungan menyaring semua nha

    ReplyDelete
  4. Punya anak remaja di jaman sekarang harus extra ketat ya jangan sampai kecolongan..

    ReplyDelete
  5. harus selalu aware memang mba..soalnya lewat games pun banyak yang 'berbahaya'

    ReplyDelete
  6. duh deg2an, gmn nanti kalau anak saya udah remaja ya...
    mudah2an anak saya bisa jujur & terbuka tanpa saya hrs diam2 ngintip hp-nya...

    ReplyDelete
  7. Controlling memang penting, tapi kayanya metode preventing lebih penting yah, mbak?

    Salam kenal. Tipsnya bermanfaat, mbak :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semua metode penting, ngeri banget lingkungan remaja sekarang.

      Delete
  8. saya gak ingin menciptakan ketakutan tentang dunia digital kepada anak. Karena mereka sudah hidup di dunia digital. Yang ada saya bisa jumpalitan melarang anak ini-itu. Lebih baik memberi bekal do's and don'ts aja. Tetep sih jumpalitan. Tapi setidaknya mereka kelak punya bekal

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama ya kita ibu2 ini. Mau nglepas dg modal kepercayaan kok riskan banget, jadi kudu tetap jumpalitan ngawasi.

      Delete
  9. Anak saya yg 8 tahun msh pakai smartphone saya. Tp beberapa temannya sdh punya. Kadang dia mengutarakan keinginannya utk punya sendiri. Tp blm saya beri, karena sy pikir belum perlu. Tapi saya jadi berdebar nih... Bagaimana kalau dia sudah remaja?

    Terima kasih sharingnya, Mbak Lusi...

    ReplyDelete
    Replies
    1. 8 tahun terlalu muda utk smartphone mbak. Kalau utk games bisa dicarikan yg tanpa koneksi internet

      Delete
  10. Menarik mba sharingnya, zaman sekarang anak SD sepertinya gak lepas dari gadget buat main games. Kadang sebagai ortu suka bingung cara mem-protect hp, kalau ada tips teknisnya boleh dishare ya. Terimakasih

    ReplyDelete
  11. Melihat kekhawatiran para ibu dengan perkembangan teknologi ini sedikitnya bikin aku ikut ngerasainnya mba, walo aku belum dikaruniai buah hati. Memang peran orang tua dalam memantau anak-anak jadi sesuatu yang gak bisa dianggap remeh samasekali. Ya, sekali mereka 'tergelincir' bisa fatal akibatnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak, banyak teori & pengalaman, tapi membesarkan anak itu belajar seumur hidup.

      Delete
  12. Ortuku ga punya medsos dan ga mau pusing ngulik aplikasinya. Sebagai gantinya aku sama adik saling follow di medsos jadi saling tau aktivitas masing-masing termasuk kalau adikku yang bungsu lagi ngecengin siapa. Jangan sampai adikku ngalamin kayak karin. Cukup lah dia alay dengan dance-dance Koreanya itu :D

    ReplyDelete
  13. anak maunya pinjam gadget ortu, giliran ortunya minjem gak boleh gimana dong Mak ? wkwkwk

    ReplyDelete
  14. Betul juga, Mbak, anak saya kurang suka FB dan twitter. Dia lebih menyukai IG dan Line. Seringkali saya juga penasaran, kalo anak saya cekikikan atau menggerutu. Kalau lagi menggerutu, tidak perlu saya tanya, langsung saja dia cerita. Tapi kalau lagi cengar-cengir sendiri, memang harus ditanya. Memang perlu ekstra sabar, mendampingi anak-anak, ya...

    ReplyDelete
  15. aaar, tantangan buat para ibu..

    ReplyDelete
  16. Emang suka was-was aja nih jadi ortu yang anaknya sudah remaja.
    Yup, anak-anak komunikasi dengan teman biasanya pake bbm dan line aja. Kata anak-anakku hampir nggak ada yang pake WA.

    ReplyDelete
  17. Haha iya path itu katanya lebih privat tapi ttep dishare juga ke FB yak. Bener anak2 muda skrg banyak main line, aku masih nunak-nunuk pakai line. Malah pembaca Mak Irits ada yang minta Mak Irits dibikin stiker line.

    ReplyDelete
  18. Males update sm ortu tuh aku banget. Hihi.

    Penting banget ya anak terbuka sama ortu. Jadi kalo ada apa2 bisa cepat ketahuan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Gak penting gitu update kan cuma makan, udah nyampe gitu2 aja :))

      Delete
  19. anakku belum masuk tahap ini tapi harus mulai siap2 ya

    ReplyDelete

Dear friends, thank you for your comments. They will be appeared soon after approval.

Emoji
(y)
:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
:>)
(o)
:p
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
x-)
(k)