Media Sosial Menyebabkan Malas Ngeblog
Teman-teman mungkin memperhatikan hobi crafting saya yang akhir-akhir ini menjadi-jadi. Tahukah teman-teman bahwa cukup sulit bagi saya mendapatkan referensi crafting dari blog orang lain melalui pencarian google karena yang muncul didominasi oleh link dari pinterest?
Tidak hanya tentang crafting, banyak cara orang mencari informasi selain melalui pencarian google. Jadi sebelum meneruskan tema-tema DIY (Do It Yourself) di blog ini, saya ingin ngobrol dulu tentang beberapa fakta yang saya temui selama ini. Lagipula, weekend ini banyak sekali acara sehingga tidak sempat mengerjakan dan merekam apapun.
Saya ambil contoh kegiatan saya sendiri. Setiap selesai mengerjakan suatu tema DIY, yang saya lakukan pertama kali adalah edit foto dan video. Kalau mau sabar, sebetulnya lebih baik membuat postingan blog lebih dulu, baru kemudian proyek DIY tersebut disebar di medsos berikut link url artikelnya. Tapi apadaya, setelah selesai, penginnya segera membaginya, kadang juga memamerkannya, ke teman-teman.
Akhirnya, muncul duluan di instagram. Lalu berkat aplikasi sharing otomatis, muncul pula di twitter dan facebook. Tak ketinggalan merangkainya menjadi sebuah video youtube, yang juga bisa langsung dishare di twitter dan google+. Belakangan juga meramunya menjadi foto pinterest setelah mendapati kenyataan foto DIY di pencarian google didominasi pinterest. Saya pengin juga dong muncul disana. Sudah follow akun-akun medsos saya di fanpage, twitter, instagram, youtube dan pinterest belum? Semua atas nama beyourselfwoman atau @beyourselfwoman , ya.
Setelah mendapatkan banyak respon, hati ini rasanya puas dan pengin segera melangkah ke project lain. Ngeblognya bagaimana? Perlu mengumpulkan nyawa lagi untuk membuat artikelnya. Heheheee.... Belum lagi banyak sekali teknik ngeblog yang harus dikuasai agar bercokol di page one, misalnya harus mikir keyword sesuai kaidah SEO, nyebar benih eh url kemana-mana, harus menguasai macam-macam statistik agar mengerti kebutuhan pembaca dan sebagainya. Sudah gitu, makin banyak job yang menanyakan jumlah followers akun medsos blogger yang bersangkutan dan makin jarang yang mensyaratkan angka statistik blog tertentu. Paling-paling yang penting ada sekian postingan baru dalam waktu sekian bulan.
Tapi alhamdulillah cuma tergoda saja sih, ngeblognya tetap rutin setidaknya seminggu 3 artikel, kadang lebih.
Tapi alhamdulillah cuma tergoda saja sih, ngeblognya tetap rutin setidaknya seminggu 3 artikel, kadang lebih.
Berikut fakta-fakta media sosial yang membuat saya tergoda untuk malas ngeblog:
1. Facebook. Sekarang apa sih yang nggak bisa didapat dari facebook? Semua tutorial ada dan bagus-bagus, baik dalam bentuk foto maupun video. Mau bergabung dengan komunitas apapun gampang. Mau belajar apapun di kelas online bisa. Mau cari tulisan inspiratif juga banyak. Dulu orang cuma bisa menulis yang singkat-singkat dan harus membuat note jika ingin menulis lebih panjang. Sekarang mau lebih panjang dari artikel blogpun bisa. Yang menulis senang, pembaca tak perlu repot membuka note. Apalagi kalau jumlah friends sudah ribuan, ngejongkrok di facebook saja sudah menghabiskan banyak waktu untuk membaca tulisan-tulisan panjang dan nonton video. Akibatnya, waktu untuk ngeblog sangat berkurang, apalagi untuk blogwalking.
2. Twitter. Memang, twitter sekarang membosankan karena didominasi oleh hashtag iklan. Bahkan twitter kehilangan 2 juta users dalam satu quarter saja di Amerika. Tapi pengiklan masih percaya bahwa masuk ke trending topic atau TT merupakan cara ampuh berpromosi. Sikap twitter sendiri mensupport orang-orang yang bosan dengan menyebarkan cara untuk "mute" hashtag, users maupun kata tertentu yang tidak disukai. Entah apakah itu ada efeknya bagi pengiklan jika makin banyak orang yang menggunakan fitur "mute".
Namun, kenyataannya twitter masih bisa menghabiskan banyak waktu saya untuk scroll hashtag yang penuh keributan. Seringkali tak sadar menghabiskan banyak waktu untuk menelusuri akun-akun yang terlibat keributan. Ribut-ribut yang berasal dari twitter lebih cepat update dibandingkan platform lain karena bisa langsung bersahut-sahutan.
Selain itu, twitter saya gunakan untuk mencari informasi workshop atau event dan "mencatat" jalannya sebuah event atau workshop, baik berupa tulisan maupun foto. Selain bisa langsung membagikannya pada followers, juga untuk memudahkan saya memindahkan materi tersebut kedalam blog. Nyatanya? Berhubung tiap buka blog selalu tergoda untuk menelusuri TT, waktu untuk ngeblogpun habis dan tertunda. Selain itu, idealnya begitu sampai di tempat yang nyaman (rumah, cafe atau di venue itu sendiri), materi segera dipindahkan saja ke blog. Karena jika menunggu berganti hari, biasanya gregetnyapun hilang.
3. Instagram. Apalah arti netizen tanpa instagram? Itu seperti sayur asem tanpa ayam goreng. Biarpun ada yang geser sedikit foto, ngapain dikit foto, sampai yang blur-pun diupload, tapi masih banyak yang keren-keren. Yang paling sering saya like foto pemandangan dan makanan. Wajah orang juga sih, yang nyenengin. Nyenengin itu kayak apa ya? Heheheee.... susah, masalah selera saja sih. Banyak yang cakep tapi males melihatnya.
Belakangan saya suka hunting video resep masakan di instagram. Dibandingkan platform lain, video resep di instagram kece-kece. Video yang dikemas dalam durasi kurang dari 60 detik bisa tersaji sangat jelas karena ada tulisan bahan-bahannya dan langkah-langkahnya. Nggak perlu lagi host yang menerangkan akan diapakan bahan-bahan tersebut. Orang sudah tahu lah kalau bahan tersebut keluar dari oven tanpa menunjukkan keluar masuk ovennya.
Trend tersebut bisa menjadi jalan keluar bagi teman-teman yang malu tampil atau tidak ingin terkenal sebagai pribadi karena branding jaman sekarang tidak melulu terkait personal, tapi bisa juga account branding. Kalau akunnya terkenal dengan puluhan bahkan ratusan ribu followers seperti akun-akun video masak tersebut, berarti branding sudah berhasil kan? Undangan yang datang baik sebagai peserta maupun pembicara bisa atas nama akun masak tersebut.
Lah hubungannya dengan ngeblog tadi apa? Ya karena keasikan scroll dan upload foto sendiri plus caption sepanjang postingan blog, waktu habis deh untuk ngeblog dan blogwalking. Heuheuheuuu.... Meski sambil ngesot, tapi sejauh ini masih bisa ngeblog setelah memposting foto-foto DIY di instagram lebih dulu. Kedepannya pengin saya balik supaya urlnya bisa sekalian disebarkan. Kira-kira bakalan berhasil nggak ya?
4. Youtube. Jebakan youtube ini juga luar biasa buat saya. Sekali masuk, susah keluar. Selain dalam rangka upload video saya sendiri, yang paling saya cari adalah video DIY. Sedangkan video masak kadang-kadang saja. Selain itu saya juga mencari tutorial teknik ngeblog dan tutorial pertukangan. Sedangkan vlog travelling nggak pernah. Heheheee... Sorry guys. Saya lebih menikmati foto atau video travelling di instagram yang lebih praktis dan tak perlu kecermatan tingkat tinggi ketika menontonnya seperti video-video tutorial yang sering harus diulang-ulang. Ya kan harus bagi-bagi alokasi paket data, biar ngirit. Hehehee....
Laluuu.... kesasar di videoklip-videoklip sampai mengantuk. Ngeblognya kapan? Cita-cita saya sih, ngeblog dulu, baru upload video saya di youtube sehingga bisa meletakkan url artikel tersebut di "description". Baru setelah itu eksplor untuk mencari ide dan cuci mata. Semoga kedepannya terwujud.
5. Pinterest. Siapa sih yang nggak cinta pinterest? Pinterest dikurasi dengan baik sehingga yang muncul di halaman depan adalah foto-foto kreasi yang keren-keren. Saya scroll sampai jauh ke bawahpun yang muncul tetap foto-foto keren tergantung minat kita. Yang lebih menyenangkan lagi, pinterest punya fitur pencarian berdasarkan deteksi foto yang serupa. Mudah sekali melupakan tujuan awal login ke pinterest karena terpesona dengan hasil penelusuran yang tak ada habisnya.
Pinterest sesungguhnya ingin saya gunakan sebagai sumber referensi bagi tema DIY di blog saya. Kenyataannya, saya asik melakukan bookmark untuk saya kerjakan kemudian. Entah kapan mengerjakannya kalau waktu sudah habis. Memulai sebuah project itu tak semudah melakukan bookmark. Apalagi jika semuanya bagus. Keinginan saya sama seperti kepada plasform lain, yaitu ngeblog dulu agar url linknya bisa saya sertakan di foto yang saya upload di pinterest.
Iya, iya, saya tahu, baik buruknya medsos itu tergantung dengan users-nya. Tapi sebagai manusia, sering terbesit juga apakah masih sepadan menghabiskan waktu berjam-jam untuk ngeblog, sementara bisa mandapat manfaat instan baik materi maupun non materi dari media sosial?
Saya melihatnya begini. Apa yang saya share di medsos itu adalah bagian dari berbagai puzzle yang saya sebar berdasarkan karakter platform media sosial dan para users-nya. Blog adalah tempat saya menyatukan puzzle tersebut. Blog adalah tempat orang melihat beyourselfwoman secara utuh. Begitu....
3. Instagram. Apalah arti netizen tanpa instagram? Itu seperti sayur asem tanpa ayam goreng. Biarpun ada yang geser sedikit foto, ngapain dikit foto, sampai yang blur-pun diupload, tapi masih banyak yang keren-keren. Yang paling sering saya like foto pemandangan dan makanan. Wajah orang juga sih, yang nyenengin. Nyenengin itu kayak apa ya? Heheheee.... susah, masalah selera saja sih. Banyak yang cakep tapi males melihatnya.
Belakangan saya suka hunting video resep masakan di instagram. Dibandingkan platform lain, video resep di instagram kece-kece. Video yang dikemas dalam durasi kurang dari 60 detik bisa tersaji sangat jelas karena ada tulisan bahan-bahannya dan langkah-langkahnya. Nggak perlu lagi host yang menerangkan akan diapakan bahan-bahan tersebut. Orang sudah tahu lah kalau bahan tersebut keluar dari oven tanpa menunjukkan keluar masuk ovennya.
Trend tersebut bisa menjadi jalan keluar bagi teman-teman yang malu tampil atau tidak ingin terkenal sebagai pribadi karena branding jaman sekarang tidak melulu terkait personal, tapi bisa juga account branding. Kalau akunnya terkenal dengan puluhan bahkan ratusan ribu followers seperti akun-akun video masak tersebut, berarti branding sudah berhasil kan? Undangan yang datang baik sebagai peserta maupun pembicara bisa atas nama akun masak tersebut.
Lah hubungannya dengan ngeblog tadi apa? Ya karena keasikan scroll dan upload foto sendiri plus caption sepanjang postingan blog, waktu habis deh untuk ngeblog dan blogwalking. Heuheuheuuu.... Meski sambil ngesot, tapi sejauh ini masih bisa ngeblog setelah memposting foto-foto DIY di instagram lebih dulu. Kedepannya pengin saya balik supaya urlnya bisa sekalian disebarkan. Kira-kira bakalan berhasil nggak ya?
4. Youtube. Jebakan youtube ini juga luar biasa buat saya. Sekali masuk, susah keluar. Selain dalam rangka upload video saya sendiri, yang paling saya cari adalah video DIY. Sedangkan video masak kadang-kadang saja. Selain itu saya juga mencari tutorial teknik ngeblog dan tutorial pertukangan. Sedangkan vlog travelling nggak pernah. Heheheee... Sorry guys. Saya lebih menikmati foto atau video travelling di instagram yang lebih praktis dan tak perlu kecermatan tingkat tinggi ketika menontonnya seperti video-video tutorial yang sering harus diulang-ulang. Ya kan harus bagi-bagi alokasi paket data, biar ngirit. Hehehee....
Laluuu.... kesasar di videoklip-videoklip sampai mengantuk. Ngeblognya kapan? Cita-cita saya sih, ngeblog dulu, baru upload video saya di youtube sehingga bisa meletakkan url artikel tersebut di "description". Baru setelah itu eksplor untuk mencari ide dan cuci mata. Semoga kedepannya terwujud.
5. Pinterest. Siapa sih yang nggak cinta pinterest? Pinterest dikurasi dengan baik sehingga yang muncul di halaman depan adalah foto-foto kreasi yang keren-keren. Saya scroll sampai jauh ke bawahpun yang muncul tetap foto-foto keren tergantung minat kita. Yang lebih menyenangkan lagi, pinterest punya fitur pencarian berdasarkan deteksi foto yang serupa. Mudah sekali melupakan tujuan awal login ke pinterest karena terpesona dengan hasil penelusuran yang tak ada habisnya.
Pinterest sesungguhnya ingin saya gunakan sebagai sumber referensi bagi tema DIY di blog saya. Kenyataannya, saya asik melakukan bookmark untuk saya kerjakan kemudian. Entah kapan mengerjakannya kalau waktu sudah habis. Memulai sebuah project itu tak semudah melakukan bookmark. Apalagi jika semuanya bagus. Keinginan saya sama seperti kepada plasform lain, yaitu ngeblog dulu agar url linknya bisa saya sertakan di foto yang saya upload di pinterest.
Iya, iya, saya tahu, baik buruknya medsos itu tergantung dengan users-nya. Tapi sebagai manusia, sering terbesit juga apakah masih sepadan menghabiskan waktu berjam-jam untuk ngeblog, sementara bisa mandapat manfaat instan baik materi maupun non materi dari media sosial?
Saya melihatnya begini. Apa yang saya share di medsos itu adalah bagian dari berbagai puzzle yang saya sebar berdasarkan karakter platform media sosial dan para users-nya. Blog adalah tempat saya menyatukan puzzle tersebut. Blog adalah tempat orang melihat beyourselfwoman secara utuh. Begitu....
40 comments for "Media Sosial Menyebabkan Malas Ngeblog"
Ampun dah ..harus kembali ke jalan yang benar hehe
Gara2 aku konsen ke Pinterest and Vlog, aku jadi sedikit berkurang intensitas ngeblognya. Soalnya udah nemuin aktivitas baru yg lebih seru :)
Semoga cuma bosan yg numpang lewat aja yah :) semangat ngeblognya hrs tetap dijaga supaya tetap konsisten dan mempertahankan posisi DA di google *halaagh*
Kalau facebook udah agak malaaash. Paling kalau mau bewe aja baru ngubek2 KEB, hahaha. Yang bikin malas ngeblog apa? Sama aja kaya Mba Lusi dan yang lain, karena udah keburu share di medsos lain (seringnya IG). Tadinya beralasan biar nggak keburu lupa. Tapi udahannya jadi males nulis ulang di blog, heu.
*kabuuur*
suka nggak ada gregetnya kalau udah cerita ke mana2 he.. he..
Dear friends, thank you for your comments. They will be appeared soon after approval.