Daripada Stress Tulis Esai Saja

Daripada stress, tulislah Esai. Begitu kata Gol A Gong dalam workshop Sahabat Keluarga yang diprakarsai oleh Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan (Kemdikbud).

sahabat keluarga tebing breksi
Foto: Fuji Rahman Nugroho

Tadinya saya ragu mendaftarkan diri di workshop ini lantaran harus bersama satu anak yang masih bersekolah di SD, sedangkan anak saya sudah remaja. Padahal saya ingin sekali bisa mengikuti workshop tersebut karena saya sangat intensif mendukung pendidikan anak-anak saya. Untunglah kemudian syarat bersama anak dihilangkan. Bahkan di akhir acara digarisbawahi bahwa konten pendidikan keluarga untuk remaja masih kekurangan kontributor.

Dalam undangan tertulis akan ada dua narasumber, yaitu Gol A Gong tentang How To Write An Essay dan M Iqbal tentang How To Make A Movie.

Kenyataannya, saya mendapatkan lebih dari itu. Di acara pembukaan, blogger mendapatkan banyak sekali masukan tentang berbagai masalah yang dihadapi para pelaksana program tersebut. Mereka juga sedang mengikuti workshop Kemdikbud lainnya di tempat yang sama. Dalam acara pembukaan tersebut kami disatukan lebih dulu. Setelah itu, barulah kami mengikuti workshop masing-masing.

PRAKTIK BAIK PENDIDIKAN KELUARGA

Sebenarnya, masukan tentang praktik baik pendidikan keluarga yang dibagikan oleh para penggiat pendidikan tersebut bukanlah bagian dari workshop untuk para blogger, melainkan sebagai pengisi waktu karena pesawat yang membawa Dr Sukirman selaku Direktur Pembinaan Pendidikan Keluarga, Direktorat Jenderal PAUD Dan Pendidikan Masyarakat, Kementrian Pendidkan Dan Kebudayaan, terus menerus terkena penundaan. Beliaulah yang akan membuka program workshop bagi blogger dan penggiat pendidikan.

Namun, kisah tentang praktik baik pendidikan keluarga dari berbagai daerah tersebut telah membuka mata saya bahwa butuh tenaga yang sangat besar untuk mengawal anak-anak Indonesia menjadi generasi yang hebat.
Disitulah saya menjadi paham mengapa Kemdikbud mengajak blogger terlibat dalam pendidikan keluarga.

Blogger diharapkan memberikan kontribusi sesuai dengan kapasitasnya yaitu membuat konten yang mendukung pelibatan keluarga dalam pendidikan melalui Sahabat Keluarga.

sahabat keluarga yoga
Yoga bersama Mira Sahid, founder KEB (Kumpulan Emak Blogger). Foto dari group Sahabat Keluarga.
Beberapa pelaksana program pelibatan keluarga dalam pendidikan tersebut mengungkapkan kesulitan yang dihadapi, beberapa yang lain menceritakan kisah suksesnya. Praktik baik dalam pendidikan keluarga memang sebaiknya jangan disimpan karena kita tidak bisa sukses sendiri. Untuk menghasilkan anak yang hebat perlu lingkungan yang hebat pula. Sukses pendidikan itu harus diusahakan bersama-sama.

Jadi, untuk sukses bersama maka praktik baik pendidikan keluarga itu jangan disimpan sendiri.

Contohnya seperti yang dilakukan di Sleman, DIY, yang melaksanakan jam belajar masyarakat dari pukul 19.00 - 21.00. Jam belajar ini diatur dengan peraturan gubernur sehingga wajib dilaksanakan. Jika teman-teman datang ke kampung-kampung di Sleman akan melihat plang-plang pengingat jam belajar masyaraka tersebut. Pengurus lingkungan seperti ketua RT dan RW bertanggung jawab menciptakan suasana yang mendukung kegiatan belajar di jam tersebut. Jadi, jangan coba-coba bikin party yang hingar bingar di jam tersebut pada hari masuk sekolah. Selain menjadikan anak-anak rajin belajar, pelaksanaan jam belajar masyarakat ini mampu mengurangi angka kenakalan remaja.

Contoh lain adalah ketegasan pemerintah Kulonprogo untuk melarang semua iklan rokok secara terbuka. Pendekatan iklan rokok itu sangat pintar yaitu menjadi sponsor event yang digemari anak muda. Jadi, teman-teman tak akan menemui spanduk atau poster iklan rokok jika ke Kulonprogo.

Meski praktik baik sudah dilaksanakan di berbagai daerah, namun pelibatan orangtua dalam pendidikan masih banyak kendala. Peserta workshop mencontohkan, jika ada undangan agar orangtua datang ke sekolah, tingkat kehadirannya sangat memprihatinkan sehingga komunikasi antara orangtua dan wali kelas tidak terbangun. Di group whatsapp pun hanya segelintir yang aktif. Ketika mengambil rapor anak saya, saya melihat sendiri seorang ibu mengambil tiga rapor sekaligus yang tidak semua anaknya. Jadi, ada yang titip.

WORKSHOP MENULIS ESAI 

Membaca itu sehat, menulis itu hebat. Gol A Gong.

Untuk memberikan kontribusi terbaik berupa konten yang mendukung pelibatan keluarga dalam pendidikan, blogger diberikan workshop membuat esai lebih dahulu.

Narasumbernya bukan orang sembarangan, melainkan Gol A Gong, pendiri Rumah Dunia.

Para penulis pasti sudah kenal beliau karena beliau sudah berkarya sejak saya masih remaja sampai sekarang saya sendiri sudah punya anak remaja. Jaman dulu semua media sudah dilibas beliau, dari cerpen Anita Cemerlang sampai laporan-laporan jurnalistik di media besar seperti Gramedia Group. Beliau juga merambah televisi seperti RCTI, Indosiar dan Anteve.

Bagaimana Gol A Gong bisa seproduktif itu? Jawabnya adalah dengan membaca dan olahraga. 

Menulis adalah proses yang harus dilalui dengan berkali-kali membaca. Ketika kecil, ayahnya menyediakan beberapa koran untuk dibaca tiap pagi setelah olahraga.

Sedangkan olahraga yang dilakukan beliau adalah badminton yang dilakukan dengan sungguh-sungguh, bukan sekedar hobi. Sebagai pemain badminton misalnya, beliau adalah juara Badminton Cacat Se Asia Pasific tahun 1986-1990. Aktivitas fisik lainnya adalah keliling Indonesia dengan bersepeda dan berkunjung ke beberapa negara.

Beliau memang hanya memiliki satu tangan akibat kecelakaan di masa kecil. Tapi kita bisa lihat sendiri, kecacatan sama sekali tak menghalanginya menjadi pemain badminton dan penulis. Dua kegiatan yang sama-sama membutuhkan tangan.

Tubuhmu boleh cacat, tapi jiwamu tidak. Emak Gol A Gong

Yang sering membuat seorang penulis tertahan adalah ide. Gol A Gong mengajak kami menggali ide dari sekitar dengan cara:
  1. Perhatikan lingkungan.
  2. Apa yang kamu risaukan?
  3. Apa yang akan kamu lakukan?
Dari kondisi kota, sekitar rumah, bahkan anak sendiri, kita bisa mendapatkan ide menulis. Soal pendidikan yang kita hadapi setiap hari sebagai orangtua, pasti dengan mudah bisa kita temukan di sekitar kita sendiri. Gol A Gong mencontohkan bagaimana beliau menulis esai berdasarkan kisah care box putri beliau yang mengumpulkan sisa uang jajan untuk membantu orang miskin. Sebuah kegiatan sederhana yang kalau ditulis akan memberikan inspirasi bagi banyak anak seusianya untuk berbuat baik.

Kiri: Gol A Gong. Foto oleh Dian Ismyama. Kanan: M Iqbal. Foto oleh Fuji Rahman Nugroho.

Esai itu adalah pendapat pribadi dan solusi.

Setelah melakukan penggalian ide, kita boleh memasukkan pendapat subyektif, ide yang berbeda, bahkan gagasan baru terhadap ide yang membuat kita gelisah tadi. Jaman sekarang, orang mudah mengkritik bahkan mencaci di media sosial tanpa bisa memberikan solusi. Esai memberikan ruang pada kita untuk memberikan solusi dengan cara yang lebih beradab sehingga tak menyakiti pihak lain.

Berikut tahapan menulis esai.

1. Riset.
Bagi blogger, karena sudah terbiasa serba online, kemalasan utama terletak pada riset lapangan dan riset pustaka. Paling sering riset wikipedia kan, ya? Nah, di workshop tersebut kami dipaksa untuk riset lapangan ke Transmart yang terletak di depan Hotel Jayakarta sebagai lokasi workshop. Kami dibagi menjadi beberapa kelompok untuk mengambil apapun ide yang terlihat. Dari situ terlihat bahwa riset lapangan kami tidak maksimal karena tidak terbiasa. Buktinya, hanya satu peserta yang melakukan wawancara.

2. Menulis
Jangan takut menulis karena dilindungi oleh pasal 28 UUD 1945 dan pasal 29 Deklarasi Universal Hak-hak Asasi Manusia. Lebih dulu kita tentukan tema, target pembaca, judul, point of view, outline, diksi, gaya bahasa dan revisi.
Dengan berpedoman pada 5W1H, kita bisa menggunakan format: judul - masa lalu - masa sekarang- masa depan. 
Kita bisa membolak-balik format tersebut tapi tetap memberikan porsi terbanyak di masa sekarang.

3. Revisi
Ada yang anti revisi? Revisi itu bukan pertanda ketidakmampuan. Revisi itu adalah tahapan menulis yang wajib kita lalui jika ingin menghasilkan esai terbaik dan terhindar dari kesalahan-kesalahan fatal.

Dari workshop menulis esai ini, blogger diharapkan berkontribusi terhadap pendidikan keluarga Indonesia dengan mengisi konten laman Sahabat Keluarga.

WORKSHOP MEMBUAT FILM

Sudah pernah nonton Cinta Subuh yang ditonton lebih dari 2 juta kali di Youtube?

Nah, workshop membuat film ini diisi oleh M Iqbal dari Film Maker Muslim yang membuat film Cinta Subuh tersebut.

Kemampuan membuat video makin dibutuhkan blogger sebagai pendukung konten, terutama untuk membangun ikatan dengan pembaca di media sosial.

Dengan bekal singkat, kami langsung diterjunkan di Tebing Breksi untuk membuat video tentang kebebasan. Kami dibebaskan menterjemahkan arti kebebasan tersebut. Tak seperti kelompok lain yang segera memiliki kerangka cerita, kelompok kami baru mendapatkan kerangka cerita sambil memandang alam Breksi.

Kebetulan kelompok kami perempuan semua dan Muslim, jadi kami mengambil tema tentang beraktivitas bebas tanpa terbelenggu oleh tampilan kami yang kebetulan juga feminim semua. Mak Irfa kami tunjuk sebagai talent karena paling pas menggambarkan kontras dengan kontur Breksi yang cadas. Kamera dan editing dikerjakan oleh mak Ety. Voice over oleh mak Dian. Saya cuma berpartisipasi di narasi dan sedikit editing. Heheee.... Hasil sebagai berikut:


Bagaimana? Bagus kan videonya? Kesulitan kami adalah waktu yang diberikan sangat singkat dan tak satupun dari kami yang berpengalaman membuat video dengan kerangka cerita. Yang sering kami buat hanyalah video singkat untuk keperluan endorse. Tapi dengan kami bertekad untuk terus berlatih agar bisa menghasilkan video yang lebih bagus. Hasil video ini membuat kami yakin bahwa kami bisa membuat semacam film yang lebih bagus.

Membuat film yang benar tentu saja tak sederhana itu. Kita harus tahu siapa yang menonton, untuk apa dibuat dan pesan apa yang ingin disampaikan. Apalagi film untuk pendidikan keluarga, pesan harus sampai ke penonton meski dengan penyampaian yang ringan atau malah dengan humor.

Iqbal memceritakan bagaimana timnya membuat sebuah film. Mereka membuat kerangka cerita lebih dahulu dan melakukan pembagian kerja. Dengan pembagian kerja, rencana pengambilan gambar akan tepat waktu. Jika molor dari jadwal yang telah ditetapkan berarti akan ada pembengkakan biaya operasional. Jika sudah punya portofolio yang memadai sebagai pembuat film, saatnya mencari donatur atau investor untuk membiaya pembuatan film tersebut.

Untuk blogger yang mulai dari konsep, acting, eksekusi hingga editing dilakukan sendiri, hendaklah tetap memiliki konsep dan jadwal yang detil agar tidak membuang waktu dan tenaga. 

Pendekatan sebagai vlogger akan lebih memudahkan pembuatan film secara individu dibandingkan dengan team work layaknya sebuah film panjang.

Sungguh 3 hari 2 malam yang penuh dengan ilmu, masukan dan pengalaman yang berharga bagi saya sebagai content creator, baik sebagai penulis, blogger maupun vlogger. Semoga artikel ini juga menginspirasi teman-teman untuk membuat konten pendidikan keluarga lebih banyak lagi bagi kepentingan masa depan generasi anak-anak kita semua. Oya, kirim saja konten teman-teman ke laman Sahabat Keluarga. Yuk, ngeblog!

Post a Comment

32 Comments

  1. Video kelompoknya MakLus kece beuuddd 😍

    ReplyDelete
  2. Betul sekali Mak, pendidikan keluarga jadi salah satu kunci berhasilnya pendidikan nasional. Semoga makin banyak orang tua yang melek akan pentingnya dikkel ini, ya.

    ReplyDelete
  3. komplit...plit catatannya. kini tinggal praktik nulis esai secara istikomah ya....

    ReplyDelete
  4. "Jangan takut menulis karena dilindungi oleh pasal 28 UUD 1945 dan pasal 29 Deklarasi Universal Hak-hak Asasi Manusia."

    Tapi juga ada UU ITE yang memberi "batasan" :D Lupa sih kemarin seharusnya nanya kontradiktif antara keduanya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah itu perlu penjlentrehan lebih detil. Kemarin lebih ke menumbuhkan semangat menulis.

      Delete
  5. Waaah keren berasa ikutan workshopnya juga hehehe. Makasih sharingnya mbak. Kagum juga dengan Gol A Gong yang karya-karyanya terkenang sejak dulu.

    ReplyDelete
  6. Sebagai bapak yang baik mau nulis soal parenting ah~

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya loh, serius ini penting karena sudut pandang bapak masih kurang.

      Delete
  7. Semoga dgn semakin banyaknya pihak yg turut berpartisipasi dalam terciptanya pendidikan keluarga yang benar, pengasuhan anak2 bangsa menjadi lebih baik ya. Aamiin 😊

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, keluarga juga menentukan keberhasilan pendidikan. Aamiin.

      Delete
  8. Semoga praktik pendidikan baik bisa makij dikenal dan diterapkan oleh semua kalangan ya, mak

    ReplyDelete
  9. Videonya bagus mba lusi.. mbak dian suaranya enak banget jadi voice over..:-)

    ReplyDelete
  10. Aku jujur kalo ngevlog itu kagok soalnya geli denger suara sendiri hahahahaha

    ReplyDelete
  11. Saya kok jadi lebih focus itu undangan wali murid, trus terang saja saya sendiri juga malas hadir. Kenapa gitu? ya itu pada umumnya hanya tentang penarikan dana bangunan. Alias sumbangan gedung, bukan tentang kaitannya persoalan pendidikan.

    ReplyDelete
  12. Tulisan esai emang paling cocok sih buat diadopsi di blog. Karena bahasanya casual, tidak kaku tp tetap subjektif. Kalau di media mainstream nggak semua wartawan punya kesempatan nulis esai.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul, pendidikan wartawan memang beda. Wartawan yg nulis esai kebanyakan sudah hobi nulis sebelumnya

      Delete
  13. Mb, acaranya seru banget ya... Byk ilmunya. Sayang kmrn ga bisa ikutan... Smg tahun depan ada lagi... 😍

    ReplyDelete
    Replies
    1. Eh kok dirimu nggak ikut ya? Akhirnya acara anak dibatalkan. Mungkin sudah telanjur full ya.

      Delete
  14. Wah keren pematerinya Gol A Gong.. sosok pegiat literasi yang saya kagumi, karena ditengah keterbatasannya, dia sangat produktif baik di event komersil maupun sosial-literasi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ternyata orangnya suka bercanda kalau lagi ngobrol. Di workshop juga materinya sangat menarik.

      Delete
  15. Gak nyangka Mas Gol A Gong jago badminton. saluut yah

    ReplyDelete

Dear friends, thank you for your comments. They will be appeared soon after approval.

Emoji
(y)
:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
:>)
(o)
:p
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
x-)
(k)