Ibu, Makhluk Paling Sosial


Apa jadinya sebuah lingkungan tanpa para ibu? Garing, saudara-saudara! Tiap ada kelahiran, kematian, hari-hari besar, sakit dan gosip (eh, ini yang tidak baik heheee), ibu-ibu selalu yang terdepan dalam melakukan konfirmasi dan koordinasi. Kerja bakti boleh saja wilayahnya bapak-bapak, tapi tanpa es teh dan pisang goreng kiriman ibu-ibu, suasana jadi kurang akrab. Segelas es teh mampu mencairkan pembicaraan antara bapak-bapak yang baru saja selesai memangkas rumput, yang selama ini jarang bertemu karena sibuk bekerja.

Ibu-ibu juga selalu punya cara unik untuk mengakrabkan diri dengan lingkungan baru. Ada saja yang ibu-ibu lakukan, mengirim kue, nimbrung rombongan jalan-jalan ibu-ibu yang mengasuh putranya sore hari, berlama-lama ngobrol ketika belanja di tukang sayur dan sebagainya. Ibu adalah pembuka hubungan baik keluarga dengan sebuah lingkungan. Lingkungan tersebut bisa saja lingkungan perumahan, lingkungan kerja ataupun lingkungan sekolah anak-anak.

Sebagai ujung tombak humas keluarga, ibu perlu energi dan kesabaran yang luar biasa. Para ibu sadar bahwa perannya akan berdampak besar pada kenyamanan hidup bertetangga, perhatian sekolah terhadap anak-anak, bahkan kemajuan karier suami. Seringkali pula seorang ibu tidak mengharapkan timbal balik langsung melainkan di masa depan.
"Ibu senang membantu anak-anak yang kurang beruntung. Ibu tidak mengharapkan imbalan apa-apa untuk diri ibu. Tapi ibu selalu berdoa, jika suatu hari kelak anak-anak ibu kesusahan, akan banyak pula yang menolongnya."

Dalam hidup saya, ada satu sosok yang jiwa sosialnya kebangetan, yaitu sahabat saya sendiri. Dia tidak pernah mengenal kata repot atau ribet. Dia selalu punya energi untuk memikirkan dan menenteng oleh-oleh untuk saudara-saudara atau teman-teman yang akan ditemuinya. Jadi tak heran kalau dia seringkali terkena excess baggage charge. Jika dia tak sempat membawa oleh-oleh, maka dia akan menelpon teman-teman lain yang punya usaha makanan di tempat tujuan untuk menyiapkannya. Soal sedekah, dia tidak pernah pikir-pikir, pasti langsung mengiyakan. 

Tak hanya rumahnya sendiri, bahkan rumah saudaranyapun menjadi tempat mampir orang-orang yang mengenalnya. Dia selalu menawarkan diri dan menyambut teman seperti saudaranya sendiri padahal saudaranya juga tidak sedikit. Jika ada teman yang akan punya "gawe" seperti menikah, umroh, haji dan sebagainya, dia selalu mengirimkan barang-barang yang dia punya yang sekiranya akan berguna bagi orang tersebut.

Suatu hari ketika saya menginap bersamanya, saya takjub melihat isi tasnya yang berisi bermacam-macam oleh-oleh yang sudah ditandai untuk siapa saja. Belum lagi bekal yang akan dibawanya dijalan yang katanya selalu ada gunanya bagi orang yang akan ditemuinya dijalan nanti. 

Sahabat saya ini selalu mengatakan, "Enggak ada yang repot, enggak ada yang mubazir. Kita, perempuan memang diciptakan untuk mampu membawa lebih banyak karena kita lebih teliti dan lebih rapi. Dan percayalah, sebenarnya tenaga perempuan itu lebih kuat mengangkat yang beginian jika kita melakukannya dengan senang hati. Tak ada yang lebih membahagiakan dibanding ketika kedatangan kita selalu dinantikan."

Memang, yang dibawa teman saya itu seringkali nominalnya tidak besar, tapi kemauannya untuk merepotkan diri dengan membawakan oleh-oleh untuk semua orang yang akan ditemuinya membuktikan bahwa dirinya penuh perhatian pada orang lain. Dan jika lupa, dia akan kembali merepotkan dirinya sendiri membeli di tempat tujuan, meskipun dia selalu menolak disebut kerepotan. Saya selalu sukses dibuatnya terpana melihat energi yang dicurahkannya untuk memperhatikan orang lain.

Mungkin dunia perlu lebih banyak perempuan dengan sikap keibuan seperti sahabat saya itu. Jika perempuan makin cuek, makin maunya simple, males rempong, makin lama dunia akan kehilangan kehangatannya. Kalau simpul-simpul pergaulan tidak direkatkan oleh para ibu, kehidupan sosial akan makin individualistis dan dunia makin tak nyaman.
Selamat Hari Ibu, Para Ibu Indonesia.

Post a Comment

14 Comments

  1. Ah, salam kenal untuk sahabatnya, Mak. Kita sering berpikir memberikan perhatian yang besar. Tapi seringnya, perhatian-perhatian kecil yang terus meneruslah yang membekas di hati :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hmmm kalau udah kenal pasti langsung deket deh. Nggak adem2 aja kayak aku. Heheee

      Delete
  2. Postingan yg inspiratif bgt Mak. Iya, perhatian dan pemberian kecil bagi yg menerima itu adalah berkah. Suka sama postingan ini.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau dijumlah ya besar banget sih, tapi kalkulator dia udah dibuang heheee

      Delete
  3. mak lusi ama ibunda tercinta ya...iya mak setuju banget ibu itu selalu mengerti semua tetk bengek tentang kita, kelurganya, dan pasti lingkungannya...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Itu sahabat sy mak. Orangnya memang keibuan, sayanya aja yg slengean :D

      Delete
  4. saya dulu waktu gadis pemalu, mak...tapi sudah nikah terpaksa harus berbaur dengan banyak orang :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahahaaa *toss. Sering blank gatau harus ngomong apa kalau ada pertemuan ibu2 gitu

      Delete
  5. Salam kenal ya ibu luar biasa.... :)
    Maklus...selamat hari ibu yaaa *kiss

    ReplyDelete
  6. kalau punya sahabat kayak gini rasanya adem, Mak :)

    ReplyDelete

Dear friends, thank you for your comments. They will be appeared soon after approval.

Emoji
(y)
:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
:>)
(o)
:p
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
x-)
(k)