[Sponsored Post] Pengalaman Sebagai Perempuan Pengguna Jasa Tukang Bangunan

Pengalaman menggunakan jasa tukang bangunan ini saya bagikan karena sekarang banyak perempuan yang terpaksa mengurus sendiri pembangunan atau renovasi rumahnya.

Pembangunan rumah yang terburu-buru.

Tukang bangunan? Wow, perempuan atau para ibu sebisa mungkin nggak berurusan dengan dunia itu kan ya? Lha wong nggak paham sama sekali. Tapi terpaksa, beberapa tahun terakhir ini saya banyak berurusan dengan tukang bangungan, maklumlah karena kami baru pindah dan tidak ada rumah. Jadi semua kami mulai dari nol, yaitu mencari lahan, membangun rumah baru dan renovasi. Loh, rumah baru kok sudah langsung renovasi aja? Iya, begitulah kalau membangun rumah terburu-buru, lantaran ada kebutuhan untuk segera ditempati. Sebaiknya membangun rumah itu dengan perencanaan yang baik dan tidak terburu-buru karena renovasi itu juga butuh biaya yang tidak sedikit.

Renovasi juga menimbulkan kehebohan yang lumayan bikin pening. Apalagi yang kami renovasi itu termasuk lantai dapur. Terbayang dong, harus mengungsikan perabotan dapur segambreng. Belum lagi nggak bisa masak. Mau manasin air buat bikin kopi saja harus nunggu pak tukangnya istirahat atau selesai.

Sebenarnya mending mana sih, menggunakan tukang bangunan harian atau borongan? 

Dua-duanya ada untung ruginya. Kalau tukang borongan, kita nggak perlu pusing mengawasi setiap hari. You know lah tukang jaman sekarang kalau dibayar harian suka bikin emosi. Yang disela mainan ponsel lah, disela merokok lah, dan sebagainya. Stress kan kalkulator jalan terus gini. 
Tukang bangunan harian yang bagus biasanya punya antrian yang luar biasa. Seperti tukang yang merenovasi dapur dan teras saya itu antrinya satu tahun, ibu-ibu. Itupun saya buru-buru telepon sebelum orang-orang balik dari mudik Lebaran, jadi si bapak yang tinggalnya cuma di belakang kompleks saya itu belum dibooking orang.

Tukang borongan sering dicurigai tidak kompeten. Ini ada benarnya. Karena kita merasa tidak harus mengawasi jadi kita tidak cek apakah hasilnya memuaskan atau tidak. Terutama tukang borongan dari developer yang sudah ada penanggungjawabnya. Memang benar sih ada masa pemeliharaannya sekitar 3 bulan. Tapi kan baru ketahuan setelah ditinggali? Contohnya rumah saya ini yang ternyata semen dindingnya empuk sehingga gampang ditembus paku biasa. Belum lagi bentuk plafon yang menurut saya aneh karena debit air hujan yang masuk ke halaman belakang rumah terlalu besar.

Renovasi pembuatan talang karena debit air hujan yang masuk terlalu banyak.

Namun, ada satu keunggulan tukang borongan yang membuatnya lebih disukai yaitu mencegah kebobolan budget.

Harigini ya, bugdet itu diatas segalanya. Dalam memilih tukang borongan, penting sekali untuk mendapatkan rekomendasi sebelum memanggilnya. Sayangnya, meski namanya borongan, tukang borongan tradisional seringkali tidak menghitung dengan cermat meski sudah berpengalaman dan pekerjaannya bagus. Ini karena mereka menggunakan ilmu kira-kira. Contohnya ketika kami memborongkan tembok garasi, sudah disepakati borongan selama 3 hari. Eh, ternyata 5 hari baru jadi. Kami kan jadi kasihan karena pekerjaannya bagus. Akhirnya kami tambah lagi upahnya. Bobol deh budget saya berkat kasihan. Padahal saat itu tabungan saya bukannya berpundi-pundi karena barusaja selesai membangun rumah.

Beberapa hari lalu, saya dihubungi sejasa.com yang memperkenalkan cara baru mempekerjakan tukang borongan. Setelah saya cek metodenya, ini akan sangat membantu kita menyesuaikan budget. Dan bagi ibu-ibu, ini juga cara yang sangat mudah karena biasanya kita tidak punya networking di kalangan tukang-tukang bangunan. Hehehee....

Dijaman serba digital ini, pesan tukang borongan bisa dilakukan melalui ponsel atau laptop, tidak bingung tanya-tanya tetangga. Tukang borongan bukanlah suatu profesi yang tiap hari lewat macam tukang sayur, jadi belum tentu tetangga juga tahu. 
Dengan mengisi form secara online, kita bakal tahu berapa dana yang dibutuhkan. Apakah budget kita cukup atau tidak. Dan yang penting nggak perlu ngincer-ngincer tukang sampai setahun. Pengin nyoba nih buat kanopi garasi yang kependekan, yang bikin tampias tiap hujan. Padahal sekarang tiap hari hujan. Ya begitulah kalau membangun buru-buru. Serba nggak pas. Kanopi saja bisa kependekan. Duuuh....

Post a Comment

7 Comments

  1. wah dunia digital makin praktis aja ya mba...ternyata ada ya tukang bangunan online heheheh gak perlu susah nyarinya lagi dan no tipu-tipu. Nih sejasa juga ada di Surabaya :D

    ReplyDelete
  2. enakan borongan sih mbak klo aku..praktis. Dan sekarang jasa tukangpun sudah on line ya..

    ReplyDelete
  3. Serius itu mbak sampai setahun indent tukangnya? Dulu di rumah ibu kalau pesen tukang dari proyek sih dapatnya cepet ya mbak (cepet dapat tukang) tapi begitu ada proyek baru, kerjaan di rumah ditinggal begitu saja. Kadang yang gini ini bisa bikin trauma :(

    ReplyDelete
  4. Wah telat tahu :( sampai sekarang rumahku belum beres-beres nih, tukangnya beberapa kali libur karena hujan dan sakit :(

    ReplyDelete
  5. Duh tukang bangunan ini perlu banget deh buat bersih2 rumah. Dapur bocor masih jadi masalahku, udah 3 tukang yang mbetulin, masih bocor juga hiks.

    ReplyDelete
  6. Sekarang canggih ya mbak, Kalo kek gitu budget bisa dihitung diawal ya. Bisa nyiapin semua, kemarin kakak memperbaiki rumah dikampung, mahal banget sama tukangnya. Mungkin karena harian trus ambil barangnya harus di tukang juga, kena Mark up Sampek 3x lipat harga normal ternyata. Setelah selesai baru tau, itu diluar ongkos tukang. Kalo cewek pas bagian ginian rawan tertipu lah.

    ReplyDelete
  7. Bener mbak, dulu tukang abal2 ditinggal bapakku kerja malah main hp n rokok. Tukang yang bagus harus ngantri. Asyik nih skrg ada online juga...ah tukang sekarang gaul he

    ReplyDelete

Dear friends, thank you for your comments. They will be appeared soon after approval.

Emoji
(y)
:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
:>)
(o)
:p
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
x-)
(k)