Blogger Dimata Pembuat Film Asing
Judul Blogger Dimata Pembuat Film tersebut memang harus saya tegaskan khusus film Asing supaya lebih fokus saja. Lain kali kita bikin yang Indonesia, yuk.
![]() |
Spiderman Homecoming. Picture by www.movie-blogger.com |
Saya tergelitik mengumpulkan film yang melibatkan blogger dalam alur cerita setelah teman-teman blogger banyak yang meringis melihat salah satu scene di film Spiderman Homecoming yang menyindir blogger melalui celetukan Tony Stark diatas.
Rupanya, tren di Amerika sekarang sama dengan di Indonesia. Ketika mau launching atau ingin mengangkat popularitas seseorang, tinggal memanggil blogger. Sebegitu mudahnya mengumpulkan crowd yang punya media membuat blogger menjadi bagian tak terpisahkan dari suatu campaign. Tapi mengapa dialog tadi terasa ser didada ya? Padahal kan blogger ada di banyak acara karena diundang? Karena dipercaya bisa menyebarkan informasi? Mengapa bisa lain dimata Tony Stark, ya?
TRUTH: Blogger Took Down Top Journalists
Pernah nonton film Truth? Film ini berdasarkan kisah nyata tentang bagaimana beda blogger dan jurnalis dalam melemparkan sebuah isu. Hanya karena sebuah pertanyaan tentang keraguan akan keaslian dokumen cuti George Bush di sebuah blog, seluruh tim 60 Minutes CBS yang terkenal itu harus berurusan dengan tuduhan, dengar pendapat dan sidang yang membuat Mary Mapes sebagai produser dipecat, seluruh tim dibubarkan dan kontroversi tak berkesudahan terhadap sikap Dan Rather sebagai anchor.
![]() |
Truth. Picture by www.uproxx.com |
Kekuatan blogger memang luar biasa. Dengan sekali sentil saja, kredibilitas sebuah informasi oleh suatu pihak bisa dipertanyakan, meskipun yang mengeluarkan informasi tersebut adalah sebuah dream team, dimana ada produser handal peraih Peabody Award, anchor ternama, dosen dan sebagainya. Media resmi harus melakukan riset secara tim untuk sebuah informasi penting dan harus menanggungnya secara resmi dengan ancaman hukuman yang fatal. Sedangkan blogger?
Nah, disinilah letak dua mata pisaunya. Disatu sisi blogger punya privilege yaitu bebas melontarkan pertanyaan atau informasi dan boleh cuek saja kalau ada yang balik mempertanyakan. Tapi disisi lain, lantaran tak ada kewajiban untuk memback-up semua informasi yang dikeluarkan dengan dokumen legal, maka dari itulah blogger sulit memiliki kredibilitas setara dengan jurnalis.
Dalam film ini, blog tersebut mengunggah sebuah foto dan menandai satu huruf yang merupakan font Microsoft Word, padahal di tahun 1970-an mereka masih menggunakan mesin ketik. Blogger yang tak jelas identitasnya tersebut membuat dream team ini harus habis-habisan membela hasil riset mereka. Identitas si blogger menjadi tak relevan untuk dikejar karena si blogger tak punya kewajiban untuk beradu argumentasi dan energi tim sudah terkuras untuk bertahan.
Dalam film ini, blog tersebut mengunggah sebuah foto dan menandai satu huruf yang merupakan font Microsoft Word, padahal di tahun 1970-an mereka masih menggunakan mesin ketik. Blogger yang tak jelas identitasnya tersebut membuat dream team ini harus habis-habisan membela hasil riset mereka. Identitas si blogger menjadi tak relevan untuk dikejar karena si blogger tak punya kewajiban untuk beradu argumentasi dan energi tim sudah terkuras untuk bertahan.
Jadi, nggak perlu melet diejek Tony Stark seperti itu karena nyatanya blogger juga punya kekuatan kok. Hanya saja, mungkin saatnya kita, para blogger, mendasari semua informasi penting di blog dengan dokumen yang lebih terpercaya, bukan cuma katanya-katanya.
JULIE & JULIA: Blogger Took A Challenge
Diluar kontroversi abadi blogger dan jurnalis, sebenarnya film yang benar-benar connected dan mempengaruhi saya adalah film Julie & Julia. Film tahun 2009 ini benar-benar menggugah semangat saya yang waktu itu baru membuat blog untuk pertama kalinya. Mungkin film ini adalah satu-satunya yang bersumber dari sebuah blog.
![]() |
Julie & Julia. Picture by www.seriouseats.com |
Julie adalah saya dulu, menyebut diri penulis tapi lebih banyak bengongnya didepan laptop. Dia punya penghasilan meski tak terlalu besar tapi dari pekerjaan yang menjemukan. Sampai kemudian dia memutuskan untuk menantang dirinya sendiri dengan membuat proyek mereplika 524 resep Julia Child yang eksentrik selama 365 hari. Agar tantangan ini seru, Julie melaporkan progres tantangan tersebut di blog dan meletakkan countdown time di blognya. Julie sangat terobsesi dengan tantangan yang dibuatnya sendiri ini sampai-sampai membuat sang suami sempat meninggalkannya sebentar. Keseruan tantangan yang nganeh-nganehi ini akhirnya mendapat perhatian dari pengunjung, lalu lama-lama jurnalis, publisher dan Julia Child sendiri. Julie Powell menjadi terkenal.
Saya juga telah membuat buku berdasarkan jurnal saya di blog dengan judul Berani Ikut Pameran yang diterbitkan oleh Gramedia. Tapi setelah itu belum menemukan tantangan lagi di blog ini. Tak sedikit teman saya pada waktu itu yang membuat kategori khusus dengan tujuan untuk dibukukan jika sudah cukup banyak artikel. Sekarang, seperti blog ini, rata-rata kategori dimaksudkan untuk arsip saja agar pengunjung blog mudah mencari artikel yang diinginkan.
Ngeblog pada masa itu pernah dipandang sebagai sebuah tantangan yang sangat menarik dan antara lain menghasilkan Raditya Dika. Jika sekarang Tony Stark rada-rada ngejek begitu, mungkin saatnya kita, para blogger, membuat tantangan yang out of the box. Kemudian mikir....
CHEF: BLOGGER & SOCIAL MEDIA COULD KILL
Blogger dan media sosial saat ini sudah satu paket. Jika blogger tersebut sudah terkenal dan merupakan influencer yang benar-benar berpengaruh, tak perlu berpanjang-panjang di blog, satu kalimat di akun media sosial yang dimilikinya bisa sangat berpengaruh. Karena itu, undangan blogger (di Indonesia) saat ini selalu mempertimbangkan jumlah followers akun media sosial blogger tersebut. Jika respon yang diberikan blogger positif, maka dampaknya bisa luar biasa, seperti toko oleh-oleh artis yang baru-baru ini buka dan untuk mendapatkan produknya harus antri berjam-jam.
Baca: Mamahke Jogja
Sebaliknya, jika blogger memberikan laporan yang buruk, maka dampaknya juga mengerikan. Banyak yang menganggap remeh tulisan blogger, apalagi yang blognya masih gratisan. Tapi ketahuilah bahwa orang sangat tertarik pada hal-hal negatif, siapapun yang menulis, apapun medianya. Karena itu, meski seringkali tulisan blogger diremehkan, tapi jika menemui satu saja review tak baik, apalagi menyangkut bisnis makanan, tak urung si pemilik usaha tersebut akan panik luar biasa.
![]() |
Chef. Picture by www.greenbarlabs.com |
Beberapa teman yang pernah memberikan review kurang baik terhadap usaha makanan, mengaku mendapat kontak langsung dari pemiliknya. Ada yang marah-marah, memaki, bahkan mengancam akan memperkarakan. Sejauh ini yang diminta adalah menghapus postingan tersebut, belum ada yang sampai ke somasi. Lagipula kalau sesuai dengan kenyataan, apa yang mau disomasi?
Namun film ini setidaknya menunjukkan bahwa hidangan yang tidak memuaskan si food blogger tak selalu karena tukang masaknya kurang piawai. Ada sebab yang tak diketahui blogger tersebut. Karena itu, demi kemanusiaan, jangan langsung tweet atau posting produk apapun yang kurang memuaskan sebelum mendapatkan klarifikasi dari pemilik usaha tersebut. Nasib baik kalau pemilik usaha tersebut punya motivasi tinggi sehingga tetap mengejar idealisme seperti di film Chef ini. Tapi kehidupan nyata kan tak seperti di film? Ada keluarga-keluarga yang menggantungkan nafkah disana. Masa kita tega? Apalagi jika dasarnya hanya selera? Lebih baik lagi sih memberikan second chance seperti di film tersebut walaupun kesempatan itu akhirnya dirusak oleh chef itu sendiri demi idealisme.
Teman-teman food blogger pernah menemui resto yang sudah direview akhirnya harus tutup atau ganti usaha? Saya pernah. Itu membuat perasaan sungguh tak enak karena seperti merasa tidak bisa mengangkat nama resto tersebut. Padahal belum tentu juga karena sepi pengunjung karena sebelumnya cukup ramai kok, meski setelah ganti dengan menu dan nama kekinian semakin ramai. Mungkin hanya merupakan strategi bisnis.
Baca: Belajar Food Plating
Beberapa waktu lalu saya berkunjung ke sebuah resto yang sangat terkenal dan kami suka menunya. Setelah agak lama tak kesana, kami dibuat kaget dengan penampilan makanannya. Misalnya chicken in the basket yang cuma digeletakin di cawan plastik, bukan disebuah keranjang dengan sayur hijau yang cantik seperti sebelumnya. Menu lain tak kalah menyedihkan.
Sebagai penggemar kuliner, kami cukup maklum bahwa itu tanda-tanda kebangkrutan, bukan semata-mata manajemennya males. Jadi kami cuma ngobrolin kekecewaan tersebut diantara kami saja dan itu akan menjadi kunjungan terakhir kami.
Beberapa hari kemudian, saya lewat pusat resto itu (resto diatas adalah cabangnya) dan ternyata bangunan tersebut sudah rata dengan tanah. See, tak perlu marah-marah sebelum tahu sebab pastinya. Apalagi jika langsung mengunggahnya di media sosial atau menceritakan kronologinya di blog. Maybe they are in trouble. Jadi tak perlu nambah-nambahin masalah mereka.
Sebagai penggemar kuliner, kami cukup maklum bahwa itu tanda-tanda kebangkrutan, bukan semata-mata manajemennya males. Jadi kami cuma ngobrolin kekecewaan tersebut diantara kami saja dan itu akan menjadi kunjungan terakhir kami.
Beberapa hari kemudian, saya lewat pusat resto itu (resto diatas adalah cabangnya) dan ternyata bangunan tersebut sudah rata dengan tanah. See, tak perlu marah-marah sebelum tahu sebab pastinya. Apalagi jika langsung mengunggahnya di media sosial atau menceritakan kronologinya di blog. Maybe they are in trouble. Jadi tak perlu nambah-nambahin masalah mereka.
Blogger mungkin tak punya pengaruh bergengsi seperti yang disangka Tony Stark, tapi blogger mampu melambungkan dan menghempaskan bisnis seseorang, terutama bisnis makanan yang sangat sensitif. Yang penting blogger harus tetap rendah hati, nggak perlu senewen pada Tony Stark dan orang-orang seperti dia.
BLOGS AS CRIMINAL SOURCES
Di tv series yang bertema kriminal, hampir semua sudah menayangkan blog atau blogger dalam alur cerita sejak dulu kala. Dari hasil googling nih, dari tahun 2009 sudah ada Criminal Minds dengan episode Soul Mates dan NCSI yang berlatar belakang Navy dengan episode Inside Man. Selain Criminal Minds, serial top dan kegemaran saya lainnya sudah pula menayangkannya, antara lain CSI, Law and Order dan Castle.
![]() |
CSI: Trend With Benefits. Picture by www.imdb.com |
Blog sebagai media yang bebas dan terbuka memang bisa menjadi sumber kejahatan. Rata-rata tema yang diangkat adalah akibat terlalu narsis di blog. Ada yang menggunakan blog sebagai ajang narsis para penjahat sakit jiwa dengan memamerkan korbannya. Ada yang menggunakan blog untuk membully seseorang, lalu orang tersebut sakit hati dan membunuh blogger tersebut. Ada penjahat yang menguntit blog-blog untuk mencari korban.
Blogger memang berbeda dengan jurnalis, seperti kata Tony Stark karena blogger memposting opini, pengetahuan dan pengalaman pribadi. Tapi karena itu pula, blog merupakan sumber yang sangat gampang diolah penulis skenario menjadi kisah kriminal. Blogger harus lebih bijaksana sebelum posting agar tidak menjadi korban kejahatan dan inspirasi cerita kriminal.
Di tahun-tahun mendatang saya optimis makin banyak kisah di film dengan tema blogger karena blogger itu keren kok. Coba ya di Indonesia juga ada lebih banyak film tentang blogger, kan dramanya sudah berember-ember tuh di media sosial, tinggal ditampung dan diolah jadi skenario. Saya usul sih bikin sekuel The Nekad Traveller, pokoknya gimana caranya Hamish Daud bisa jadi blogger juga seperti Trinity. Terus, secara tak sengaja Hamish memotret seorang pejabat penting Indonesia dengan seorang artis di Maldives. Terus, Hamish dikejar-kejar mafia yang ternyata ada dibelakang artis tersebut. Dalam pelariannya, Hamish tidak bisa menghubungi siapapun karena ponsel disadap dan email dibajak sehingga hanya bisa sesekali menyelinap ke cafe untuk update blog dan menyelipkan kode-kode yang ditujukan pada kekasihnya. Heheheee....
Di tahun-tahun mendatang saya optimis makin banyak kisah di film dengan tema blogger karena blogger itu keren kok. Coba ya di Indonesia juga ada lebih banyak film tentang blogger, kan dramanya sudah berember-ember tuh di media sosial, tinggal ditampung dan diolah jadi skenario. Saya usul sih bikin sekuel The Nekad Traveller, pokoknya gimana caranya Hamish Daud bisa jadi blogger juga seperti Trinity. Terus, secara tak sengaja Hamish memotret seorang pejabat penting Indonesia dengan seorang artis di Maldives. Terus, Hamish dikejar-kejar mafia yang ternyata ada dibelakang artis tersebut. Dalam pelariannya, Hamish tidak bisa menghubungi siapapun karena ponsel disadap dan email dibajak sehingga hanya bisa sesekali menyelinap ke cafe untuk update blog dan menyelipkan kode-kode yang ditujukan pada kekasihnya. Heheheee....
31 comments for "Blogger Dimata Pembuat Film Asing"
Btw itu reng2an Mba Lusi yang terakhir mbok dikasih ke Mba Trinity, kali aja beneran jadi sekuel. Uhuy.
Saya suka banget film Chef dan memang kekuatan sosmed dan food blogger di sini berasa banget.
Dari film itulah sering berpikir - kekuatan seorang blogger itu kenceng banget. Jadi suka mikir juga, apa yang dishare nanti gimana ya? Bisa merugikan gak? Ah... mungkin sayanya yang terlalu lebay. hehe.
Nice share mbak. Penasaran sama yg Truth.
Soal film Indonesia terkait blogger atau influencer, sepertinya agak susah mbak. Yang ada juga akan munculnya dalam bentuk cinta2an. Masih blm terlalu besar pasarnya utk dilirik kalau bikin film Indonesia yang agak serius. Kecuali kl bintangnya dah super (pemain, sutradara ataupun penulis).
Iya, ada blogger disebut di adegan2 terakhir haha
Dear friends, thank you for your comments. They will be appeared soon after approval.