Jangan Jadi Crafter Manja, Sumber Ilmu Ada Dimana-mana

Sebuah tas yang cakep banget diposting di suatu group komunitas craft di facebook. Segeralah banjir pertanyaan dibawah foto tersebut.

sumber ilmu crafter
Picture from pexels.com

"Bahannya apa, mbak?"
"Ukurannya berapa, mbak?"
"Bahannya beli dimana?"

Satu persatu pertanyaan dijawab dengan sabar oleh si mbak. Si mbak ini bukan saya, ya. Heheheee.... Saya juga penyabar tapi belum sampai level bisa membuat tas sebagus itu. Wkwkwkk.

Sampailah pada pertanyaan-pertanyaan berikut:
"Ada tutorialnya?"
"Bisa minta link tutorialnya?"
"Bisa difotoin step by step-nya?"
"Pinterest itu apa?"

Si mbak diam seribu bahasa. Tak satupun pertanyaan-pertanyaan sejenis itu yang dijawab. Perlu diketahui, dalam caption foto tersebut, si mbak sudah menulis bahwa tas yang dibuatnya berdasarkan tutorial di pinterest. Tas tersebut sedang hits di pinterest sehingga ada beberapa tutorial. Tinggal pilih. Mungkin si mbak pusing dengan pertanyaan yang bak anak burung ciap-ciap minta disuapin. Bising! Belum lagi ada yang mengulang pertanyaan yang sama padahal sudah dijawab diatas.

Saya bisa membayangkan, si mbak pasti sudah berkata, "Hayati lelah, bang...."

Teman-teman mungkin sering melihat kejadian seperti itu atau bahkan mengalaminya sendiri. Gemes banget kan, ya? Padahal bisa search sendiri di pinterest karena si mbak sudah berbaik hati menyebutkan sumbernya meski tidak spesifik. Kalau mau, boleh lo dia menyimpan sendiri kepandaiannya tersebut. Si mbak juga sudah berbaik hati menyebutkan spesifikasi tas tersebut, eh masih ada yang minta difotoin segala. Iya kali kalau si mbak blogger seperti saya, yang bisa menjadikan tutorial sebagai konten blog sekalian. 

Nah, kalau ternyata si mbak sudah moncer dengan usaha tasnya, ngapain capek-capek menuruti permintaan pemalas? Mending buat cari duit, kan? Belum lagi yang bertanya pinterest itu apa. Memang, banyak yang belum tahu pinterest itu apa. Lha mbok ya cari tahu di internet. Ponselnya bisa untuk facebook dan youtube kan? Berarti bisa untuk cari tahu tentang pinterest. Atau mungkin bisa bertanya di thread lain yang lebih sesuai. Ibaratnya ini thread level 10, pertanyaan di level placement test.

Meski sudah lama bergelut di bidang kerajinan tapi sekian lama saya hanya memposisikan diri sebagai pemilik usaha penjualan, baik online maupun offline. Saya belum lama menjadi crafter, bahkan belum ada satu tahun meski punya mesin jahitnya sudah 2 tahun. Heheheee.... Kok bisa selama itu menunggu mengoperasikan mesin jahitnya? Karena saya semanja pertanyaan-pertanyaan kelompok kedua itu. Kadang ada yang berbaik hati memberikan link-nya juga. You know what? Ternyata mendapat link tersebut tidak membuat saya segera bangun dan berkarya. Setelah buka link tutorialnya, cuma dilihat-lihat, bookmark, terus lupakan. Bwahahaha.... Tentu saja ada perasaan bersalah, mengingat saya ngotot betul waktu membeli mesin jahit itu. Kok tidak menghasilkan apa-apa?

Jika ada teman-teman yang senasib dengan saya, mungkin pengalaman saya dalam mencari ide dan pengetahuan seputar craft ini bisa dimanfaatkan. 

1. RAJIN BROWSING

Sebenarnya browsing tidak wajib bagi teman-teman yang memiliki lingkungan mendukung, misalnya punya teman-teman yang sudah menjadi crafter sehobi lebih dulu. Kan bisa bertanya atau belajar langsung. Kalau seperti saya yang blank dengan dunia crafter dan pengetahuan saya hanya sebatas harga-harga di pengrajin, browsing ini wajib banget.
Dari browsing tersebut saya mencari informasi tentang produk-produk yang bisa dihasilkan dari alat kerajinan yang saya miliki, yaitu mesin jahit. Kalau teman-teman punya alat yang lain, misalnya brush untuk hand lettering, tinggal menyesuaikan saja.
Dari produk jadi tersebut, baru kemudian saya mundur ke cara pembuatan, bahan dan alatnya. Jadi bukan sebaliknya, mencari pengetahuan tentang prosesnya dulu. Dengan begitu, saya tidak ruwet memikirkan printilan di awal, supaya tidak ada keraguan untuk segera mulai berkarya meski tidak ada jaminan hasilnya sebaik tutorialnya. 
Karena saya pernah menjadi penjual, maka saya juga memikirkan tren dan pasar yang saya kuasai. Contohnya, saya tidak ikut mempelajari cara membuat handbag yang menggunakan frame klasik meski di komunitas sedang rame dibahas karena lingkungan saya bukanlah tipe ibu-ibu PKK, melainkan ibu-ibu yang kerap datang ke event sehingga lebih suka tampilan yang casual tapi trendy. 
Yang terpenting, saya harus suka banget dengan hasilnya, tidak sekedar ikut tren. Biasanya kalau seseorang itu sudah suka sesuatu, dia tidak akan pernah kehabisan ide untuk mengembangkannya.

Baca: Inspirasi DIY Home Decor

2. BERGABUNG DENGAN KOMUNITAS

Komunitas yang saya maksud ini tidak menjurus ke online saja karena khusus untuk craft, kenyataannya komunitas offline justru lebih banyak kegiatan dan karya. Mungkin karena aktivitas utamanya melibatkan memproses suatu bahan maka komunitas offline dirasa lebih nyaman. Kalau pada akhirnya mereka juga punya WAG (Whatsapp Group) atau group online lainnya, itu lebih untuk saling bertukar informasi saja.
Berhubung saya sudah keluar masuk beberapa komunitas, maka requirement checklist saya terhadap komunitas yang akan saya ikuti cukup panjang dan ketat. Masuk komunitas itu berarti terpotonglah jatah waktu dan fokus kita untuk dibagi dengan komunitas tersebut. Karenanya harus benar-benar selektif agar tidak buang-buang waktu. Sekedar silent reader tidak pernah menjadi pilihan saya karena sesungguhnya silent reader itu juga bisa menjadi pencuri waktu. Kita tidak sadar sudah scroll lama padahal belum tentu apa yang kita lihat tersebut, meski skip baca, bermanfaat.
Syarat utama saya, komunitas tersebut harus benar-benar spesifik karena menjahit juga bermacam-macam. Berikutnya, komunitas tersebut minim drama. Yang saya sadari belakangan ini, nyaris tidak mungkin menemukan komunitas yang steril dari drama. Makin hari, karakter manusia itu semakin ajaib. Jadi ya nggak apa-apa ada dramanya sedikit, buat bumbu kehidupan. Kalau kebanyakan ya mangkel juga kan, buang-buang waktu dan pikiran orang banyak.
Komunitas yang bisa kita ikuti itu termasuk yang secara konvensional ada di masyarakat. Pemerintah daerah dan departemen terkait punya anggaran untuk mengadakan pelatihan bagi para crafter. Ibu saya yang sudah sepuh saja giat mengikuti pelatihan di Dinas Perindustrian. Selain mendapatkan bahan gratis, kadang ibu saya mendapatkan uang saku. Sebagai balas jasa, ibu saya membagi ketrampilannya di tingkat RT dan RW. Dulu ibu saya dengan senang hati mengajarkan ketrampilannya pada ibu-ibu pengungsi gunung Merapi agar tidak bosan menunggu masa tanggap bencana atas koordinasi dari pemerintah setempat. Sekarang ibu saya sudah terlalu sepuh untuk ikut menjadi relawan seperti itu.

Baca: Tips Memanfaatkan Komunitas Kerajinan Dan Craft Workshop

3. IKUT WORKSHOP

Jaman sekarang, workshop itu banyak banget, baik gratis maupun berbayar, baik online maupun offline. Kalau dituruti semua, kita malah nggak jadi berkarya, sudah kecapekan ikut workshop. Bagi blogger seperti saya, tantangannya sedikit berbeda karena workshop apapun bisa jadi konten blog. Saya harus memilih antara mengejar workshop demi konten blog atau selektif yang benar-benar sesuai dengan craft yang sedang saya tekuni.
Sedih banget kalau ada yang mengatakan buat apa bayar workshop kalau banyak yang gratisan? Memang sih banyak workshop yang modal iklan keren doang isinya biasa saja, tapi bukan berarti mental gratisan seperti itu kudu dipelihara. Kita harus belajar menghargai kemampuan orang lain yang telah meluangkan tenaga, pikiran dan mungkin biaya untuk menguasai bidang yang akan kita serap tersebut. Kalau nggak mau kecele, ya harus selektif melihat narasumber dan penyelenggaranya. Kalau memang tidak punya biaya untuk ikut workshop berbayar, ya diam-diam sajalah nyari gratisan, nggak perlu koar-koar seperti itu. Sayapun suka gratisan kok tapi tetap berusaha menghargai keahlian orang lain dan sesekali ikut workshop berbayar.
Karena itulah, saya selalu memilih workshop yang benar-benar saya butuhkan, bukan untuk mengejar konten blog semata. Selain agar fokus craft saya tidak ambyar kemana-mana, juga biar nggak buang-buang uang. Kalau hasil workshop sudah saya kuasai, kreativitas saya akan meningkat dan berdampak juga kok buat konten blog. Malah dampaknya lebih jangka panjang, bukan buat konten sekali tayang dengan foto selfie kita aja.
Satu hal lagi yang berhubungan dengan no 2 diatas adalah saya tidak pernah mau ikut workshop yang digabungkan dengan kopdar. Kalau pun terpaksa ikut, ekspektasi saya di kopdarnya, bukan di workshopnya. Jadi saya akan memilih berdandan buat selfie sih daripada bersiap menyerap ilmu craft-nya. Selama ini, kopdar dan craft workshop tidak pernah bisa berjalan beriringan. Pasti nggak konsentrasi. Sialnya, pasti craft workshop-nya yang kalah.
Info workshop tidak hanya bisa didapat dari komunitas tapi kita juga bisa mencarinya secara mandiri. Kalau saya biasanya dengan mencarinya di akun-akun twitter media Jogja atau search di instagram dengan hashtag #workshopjogja. Info tersebut kadang juga ditempelkan di toko-toko bahan dan alat kerajinan. Saya bisa hadir di workshop tersebut tanpa harus melalui komunitas. Memang sih ada plus minusnya ikut workshop melalui komunitas dibandingkan dengan mandiri. Jika melalui komunitas, biasanya kita akan mendapatkan beberapa privilege tapi kita harus membalasnya dengan beberapa kewajiban.



4. SIMAK ATAU IKUT OBROLAN ORANG LAIN

Seringkali saya antusias jika diajak teman menemaninya untuk suatu kepentingan yang berhubungan dengan craft karena disana kita bisa mendapat insight yang aplikatif. Itulah asyiknya percakapan langsung karena kita bisa ngalor ngidul ngobrol apa saja, dari mulai ngobrol tentang bahan-bahan, toko-toko, hingga berbagai tips dan trik memprosesnya. Jadi sebenarnya saya suka juga kok dolan kemana-mana yang bukan untuk keperluan saya, tapi tetap harus mendapat sesuatu darinya, bukan sekedar kelayapan.
Paling mudah itu menyimak obrolan di group online komunitas craft. Saya tidak pernah membuka group komunitas craft tanpa persiapan atau tujuan karena disana bakal melihat parade karya yang keren-keren, membuat saya tak tahan untuk terus scroll dan akhirnya lupa waktu.
Sebelum membuka group komunitas crafter, biasanya saya menyiapkan buku catatan dan pena. Jika ada tutorial menarik, akan saya save atau bookmark. Jika ada info menarik, akan saya catat. Kok nggak di screenshoot saja? Laaah, biasanya info yang tersebar sangat banyak, menghabiskan memory ponsel jika semua discreenshoot.

5. MEMBELI BUKU ATAU MAJALAH

Meski tutorial dan pengetahuan craft lainnya sudah banyak tersebar di blog dan media sosial, saya masih membeli buku dan majalah kerajinan. Enaknya belajar dari buku adalah lebih santai membacanya, nggak perlu heboh klik tutorial. Lebih senang lagi jika ada pola atau pattern. Pola dari buku atau majalah itu biasanya real size, nggak pakai skala. Kita juga tidak perlu repot download, ngeprint, beli kertas, gunting pola dan sebagainya. Buku craft jaman sekarang itu juga memuat cara menghubungi penulisnya sehingga bisa mengirimkan pertanyaan jika ada yang kurang jelas.
Yang paling utama dengan belajar dari buku dibandingkan dari internet itu adalah penyusunnya lebih terpercaya. Foto craft yang dimuat lebih bisa dipertanggungjawabkan. Sedangkan di internet itu kalau bukan dari postingan asli crafter terkenal, seringkali copas tanpa ijin untuk akun-akun pencari uang dari internet. Memang sih, panduannya masih bisa kita ikuti. Tapi sebagai netizen berpengalaman, hati ini kok merasa muak juga, ya? Kebayang capeknya si pembuat konten, eh dicopas seenaknya. 
Kalau sedang sial, seringkali yang dicopas ada bagian yang tertinggal sehingga hasilnya tidak sesuai yang kita harapkan. Bagi si pencopas sih nggak masalah, dia kan sudah mendapat view dari kunjungan kita? Model seperti ini paling banyak terjadi di blog resep masakan. Sebenarnya ciri-cirinya gampang kok. Meski konten sama tapi jika bukan blog aslinya kok terasa seperti blog berita atau blog robot. Selain itu, iklannya pasti banyak banget, menuhin halaman, karena memang itulah tujuannya, buat cari uang dari klik.

Ada kabar baik nih! Dalam beberapa hari ini, akan ada blog tour buku tentang usaha yang bisa dilakukan teman-teman dengan modal dibawah 5 juta rupiah untuk menambah pengetahuan kita bersama. Tunggu tanggal mainnya, ya. :))

Nah, teman-teman yang hobi craft, kreatif itu bukan hanya dalam proses pembuatannya, tapi juga saat kita mencari informasi atau tutorial. Kalau manja, ya nggak dapat apa-apa, malah bikin crafter lain terganggu dan kezel. Berusahalah dulu sesuai yang dibagikan teman-teman crafter di berbagai media. Kalau belum mencoba sudah kebingungan ini itu dan malas nyari ini itu, maka akan seperti saya setahun yang lalu ketika mesin jahit cuma dikrukup taplak di pojokan. Heheheee.... 

Post a Comment

16 Comments

  1. Hahahaha... aku gak manja tapi mirip dengan kelakuan ikuti penelusuran link, tandai lalu lupa. Padahal dah niat mo ngelakuin tapi tetep aja niat tinggal niat. Resolusiku tahun depan mau mulai jahit baju sendiri lagi ah kayak beberapa tahun yg lalu. Terus mau belajar ngebordir. Semoga ga cuma niat aja.

    ReplyDelete
  2. Kalo menurut aku ini ada kaitannya dengan budaya kita yang sayangnya masih belum naik kelas yaitu budaya membaca. Another thing, kebiasaan instan. Jadi ya gitu deh...
    Etapi ini menurut aku lho yaaa, ^_^

    ReplyDelete
  3. makasih tipsnya, mungkin lebih enak begitu ya daripada susah browsing, jadinya nanya2 melulu yang bikin kesel

    ReplyDelete
  4. Saya sih biasanya sebelum nanya, liat dulu, siapa tau ada yg udah nanya jg pertanyaan yg sama ;)

    ReplyDelete
  5. budayakan membaca sebelum bertanya, masih belum terjadi disini mbak

    ReplyDelete
  6. Pinterest itu apa??hehehe kebayang keselnya yg baca^^
    Sekarang zamannya sudah dipermudah segala hal ya mak,termasuk tutorial bikin tas,sepatu,sampai baju..

    ReplyDelete
  7. Setuju banget jangan jadi crafter manja. Jaman sekarang gampang banget loh mengakses segala informasi. Dan kita nggak boleh males baca juga ya maaaak

    ReplyDelete
  8. Memang musti rajin ya mbaa..termasuk untuk mencari ilmu baru..jangan maunya serba instan hehe

    ReplyDelete

Dear friends, thank you for your comments. They will be appeared soon after approval.

Emoji
(y)
:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
:>)
(o)
:p
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
x-)
(k)